Monday, November 30, 2015

Bosen Jadi Orang Keren

Jamon Jamon Movie
Gara-gara nonton film Desperate Housewives, ketertarikan saya merambat pada Penelope Cruz dan Javier Bardem. Siapa sih kedua orang itu? Mereka adalah dua orang Spanyol yang merajai Hollywood. Daripada Brangeline (Brad dan Angelina) saya menempatkan Pe dan Javier menjadi pasangan Hollywood idola saya. Keduanya berdarah latina, kelahiran Spanyol. Spanish Speaking. Menurut saya adalah fenomena yang menarik ketika orang-orang asing datang ke sebuah teritori mapan seperti Hollywood dan justru berprestasi serta meraih posisi unggulan di tempat yang bukan merupakan tanah kelahirannya. Bahkan melebihi orang-orang yang sudah bertahun-tahun bekerja disitu. Susah? Banget!

Jamon Jamon Movie
Penelope Cruz lahir pada 28 April 1974 di Alcobendas, Madrid, Spanyol, sedangkan Javier Bardem lahir pada 1 Maret 1969 di Las Palmas de Gran Canaria, Spanyol. Mereka pertama kali bertemu, bersanding pada tahun 1992 dalam film Jamon, Jamon. Menjadi sepasang kekasih. Dibilang teman, tentu saja mereka adalah rekan kerja di bidang perfilman. Kalau dipikir menjadi aktor atau aktris kelas Hollywood itu kasihan nasibnya. Kenapa? Karena tubuh dan diri sendiri adalah milik publik/penikmat film/seni. Mereka tidak bisa menolak ketika tuntutan film mengharuskan melakukan adegan berbahaya dan aneh-aneh. Tadinya saya pikir Jamon Jamon adalah film biasa percintaan remaja. Setelah dilihat, ya ampun! Film rating 'semi.' Adegannya serba syur dan ada kekerasan juga. Ketika itu Penelope baru berusia 18 tahun dan Javier usianya 23 tahun. Penelope sendiri merasa 'trauma' dan seram kalau mengingat film tersebut dan adegan-adegan syur yang harus dilakukannya bersama Javier. Tapi itu dulu ya Pe? Sekarang happy dong. Kan film kenangan?

Setelah film tersebut ada satu film lain yang dibuat oleh keduanya namun tidak dalam satu frame sehingga mereka tidak bertemu-muka. Pada tahun 2008 Woody Allen kebetulan membuat film Vicky Christina Barcelona. Film drama percintaan. Ceritanya model 'Eat-Love and Pray' dimana si Javier juga pernah berperan menjadi kekasih Julia Roberts dalam film tersebut. Di film Vicky Christina Barcelona, Penelope dan Javier menjadi sepasang suami istri. Enam belas tahun silam perannya sepasang kekasih dan kini perannya adalah pasutri. Naik kelas? Pertemuan ini menumbuhkan benih asmara yang tumbuh pesat diantara keduanya. Betapa perjalanan kehidupan dapat menciptakan pengalaman-pengalaman yang berbuah manis. Termasuk bagi Penelope dan Javier. Gimana nggak klop? Keduanya adalah orang-orang Spanyol yang merantau, menyingsingkan lengan baju di Hollywood. Ketika datang ke Hollywood, keduanya masih belum bisa berbahasa Inggris dengan baik. Sama-sama kenal dari usia remaja. Penelope sejak kanak-kanak membintangi banyak iklan dan film di Spanyol, Javier juga demikian. Malah Javier sejak usia 6 tahun sudah terbiasa berada di lokasi shooting karena ibu, kakek dan pamannya adalah sineas-sineas ternama Spanyol. Memang keturunan orang film! Romantis? Banget!

Penelope tadinya saya pikir 'just another latina woman.' Bagaimana tidak? Semua yang latina itu pasti cantik dan ganteng. Udah tidak dapat dinilai lagi tentang hal lainnya. Mereka enak dipandang dan keren. Lalu? Sudah berhenti disitu, sebatas dikagumi. Penelope berbeda. Pe sangat seksi dan cukup berani dalam film-filmya. Tapi dia bukan wanita sembarangan. Dua mantan pacarnya dinobatkan sebagai 'sexiest man alive.' Kedua mantannya adalah Tom Cruise dan Matthew MacCoughney. Bahkan pernah juga datang ke acara Oscar ditemani oleh Matt Damon. Kalo dipikir-dipikir Penelope bisa memilih pria terhebat manapun untuk mendampinginya. Tetapi tidak! Bahkan percintaannya dengan Tom Cruise bubar, tetapi mereka tetap menjadi sahabat/teman baik. Penelope betah menjadi artis papan atas yang melajang hingga usia 36 tahun. Tidak terburu-buru tertarik lelaki milioner atau pengusaha atau seseorang yang 'wah' untuk dipaksakan menjadi pasangannya. Penelope justru kembali menjalin hubungan dengan 'cowok' masa remajanya: Javier Bardem. Hubungan ini seolah direstui Tuhan. Pada tahun 2010 keduanya menikah dalam upacara sederhana di Bahamas. 

Oscar Award Winners
Prestasi serta penghargaan yang diraih Penelope Cruz dan Javier Bardem puluhan. Tetapi yang paling mengesankan adalah Javier menjadi orang Spanyol pertama yang masuk nominasi Oscar dan Penelope kedua! Lalu Javier meraih Oscar pertamanya di film No Country for Old Men sebagai pemeran pembantu pria terbaik tahun 2007. Berikutnya Penelope Cruz memperoleh Oscar juga menyusul Javier di tahun 2008. Keduanya susul-menyusul dalam berprestasi. Pe menang sebagai pemeran pembantu wanita terbaik di film Vicky Christina Barcelona. Benar-benar pasangan yang memperoleh anugrah terbaik dari Tuhan! Dalam festival Cannes 2010, Javier berkata, "Saya ingin berbagi kebahagiaan ini dengan temanku, pasanganku dan cintaku : Penelope. Saya banyak berhutang padamu dan saya sangat mencintaimu." Pernyataan ini mengejutkan dunia karena Javier dan Penelope memang tidak banyak bercerita pada publik tentang hubungan cinta mereka. Mereka sangat tertutup untuk urusan hubungan personal. Tidak pernah mengumbar kisah kasih. Selalu diam-diam bersembunyi dari lampu sorot Hollywood. Kini pernikahan keduanya sudah berjalan selama lima tahun dan punya dua anak. Leo serta Luna. 

Why Javier and Penelope? Why not Brad and Angelina? Karena menurut saya mereka jujur serta low profile. Mereka sama-sama lajang yang menikah pada usia matang setelah belasan tahun malang-melintang di dunia perfilman. Bekerja keras dan berprestasi. Mereka tidak pernah bercerai atau memiliki anak dari orang lain. Hidup di Hollywood memang semrawut tetapi pasangan ini mampu meminimalkan kesemrawutan itu dalam roda mahligai perkawinan yang cukup stabil dan semoga bertahan untuk selamanya. Penelope juga memiliki sikap-sikap yang cukup tegas. Ketika adik bungsunya Eduardo menjalin cinta dengan Eva Longoria yang usianya 10 tahun lebih tua dan sudah dua kali menjanda, dengan cepat ia memperingatkan adiknya agar memilih wanita yang lebih tepat. Penelope dapat membedakan imajinasi masyarakat/publik dengan kenyataan yang sesungguhnya. Ia tidak memilih Tom Cruise atau Matthew MacCoughney, sebaliknya ia memilih menjadi pasangan dari seseorang yang barangkali memang sudah sejak dulu dicintainya diam-diam : Javier Bardem. Melihat pasangan ini, sepertinya ada harapan bahwa masih akan ada penikahan yang langgeng dan membumi bagi pasangan Hollywood. Contohnya : Penelope & Javier. 

Parenting
Dalam sebuah foto terakhir di tahun 2015, tampak Javier, Penelope dan kedua anaknya berlibur ke Afrika Selatan. Keduanya mengenakan baju yang lusuh dan tidak berdandan. Merasa bahagia menjadi orang-tua yang sesungguhnya, menunggui anak-anaknya duduk mewarnai di sebuah meja. Ada masanya mereka ingin menjadi diri sendiri, malas dandan dan mungkin sesekali terlihat dekil. Penelope mengaku lelah mengurus kedua anaknya. Tetapi ia juga merasa sangat bahagia. Menurutnya anak-anak memang sebaiknya diasuh sendiri oleh kedua orang-tua. Javier dengan rendah hati pernah berkata, "Saya bukan aktor. Saya ini hanya orang yang bekerja di bidang perfilman." Beberapa penggemar mengomentari keduanya di foto tersebut, "Kok terlihat seperti gelandangan gitu ya?" Padahal keduanya adalah pasangan latina yang super hot. Keduanya pasti akan tertawa terbahak-bahak jika dikata-katain, "Jelek loe pada,..." Ya, iyalah! Mereka sudah bosan jadi orang keren! Emang situ? Diapa-apain juga jelek mulu. He-he,...

Foto: berbagai sumber/dokumentasi pemberitaan Penelope & Javier

Saturday, November 28, 2015

Rasionalitas Versus Kehendak Tuhan

BUKU ADALAH JENDELA DUNIA, katanya demikian. Buku membuka indera perasaan Anda bukan dalam hal fisik, meraba kasar dan halus permukaan sebuah benda. Tetapi dalam hal spiritual, meraba kasar dan halus karakter seseorang. Meraba kasar dan halus sebuah permasalahan dalam kehidupan. Saat berbicara dengan seseorang yang cukup rajin membaca buku, maka akan terasa lebih mudah melakukan komunikasi dan interaksi. Dikarenakan orang tersebut terbiasa membuka pola pikirnya pada hal-hal baru. Namun ada pula seseorang yang banyak membaca dan oleh karenanya menjadi angkuh serta tak boleh diganggu-gugat pendapatnya. Ini dikarenakan memang sifat bawaan. Ada orang yang mengerti bahwa membaca harus membuatnya kian rendah hati karena luasan pengetahuannya melebihi orang-orang lain. Tetapi ada yang merasakan membaca membuatnya kian pintar dan harus menggurui orang-orang yang lainnya. Persepi tentang membaca patah jadi dua. Bermanfaat atau mencelakakan? 

Saya tersentuh ketika pertama kali membaca "GUNUNG KELIMA" karya Paolo Coelho. Ceritanya diambil dari bagian kitab suci dan dinovelkan sedemikan rupa sehingga seperti hidup dan membiuskan kesadaran atau pemahaman baru. Ketika membaca novel itu, saya berpikir bahwa ternyata pergulatan hidup ini memang berat dan semua orang diminta untuk terus berjuang. Tanpa henti. Bahkan Tuhan sendiri yang 'menantang' hidup kita dengan aneka cobaan. Benar kan? Hidup ini disebut anugerah karena dalam kehidupan kita diberi kesempatan untuk melakukan apa saja dan menjadi apa saja. Makanya hidup ini memang perjuangan tetapi seharusnya indah. Indah gimana Bu, kalo di kehidupan ini bawaannya sial dan apes melulu. Terus tersenyum dan ketawa-ketawa dibawa happy, bukannya malah sudah gila? 

Seorang sahabat membeli novel tersebut, GUNUNG KELIMA dan langsung menghadiahkannya kepada saya setelah membaca beberapa lembar halaman depan. Nggak suka ceritanya! Membingungkan! Saya menerima novel itu seolah sekantung permata. Karena saya sangat menikmati cerita-cerita Coelho. Saya suka pintu kesadaran yang dibukakan dengan membaca. Jujur, dulu ada masanya saya nggak tahan dengan orang yang bodoh (saya tidak menguasai ilmu-ilmu eksakta karena saya tidak suka, tapi saya pikir saya cukup menguasai ilmu-ilmu sosial karena suka), diajak ngomong nggak nyambung. Ngotot pula! Tetapi sekarang saya berpikir, mereka kurang membaca barangkali? Atau kalaupun sudah membaca juga tidak mampu menyerap intisari bacaannya dengan baik? Atau bisa juga membaca hal-hal yang tidak berguna? Entahlah. Tetapi sekarang saya tidak ambil pusing. Kalau mengobrol nggak nyambung ya memang alamnya beda. Situ silahkan kesana dan saya kesini. 

Dengan membaca penalaran dibukakan. Menurut saya bacaan yang paling utama sesungguhnya adalah kitab suci. Apapun agama yang dipeluk. Membaca kitab suci terlebih dahulu, menyatukan suara hati dengan apa yang tercantum disitu dan mengamalkannya dalam kehidupan. Ketika kita diberikan masalah oleh Tuhan, itu artinya kita harus memetik suatu pelajaran. Dalam sebuah badai kehidupan ketika kita keluar, kita tidak lagi menjadi orang yang sama. Kita telah berubah! Kenapa permasalahan disebut UJIAN? Karena apa yang tertulis di kitab suci seharusnya pasti ada yang menjadi 'contekan' jawaban dari UJIAN kehidupan tersebut. 

Kitab suci adalah buku besar yang paling utama, berisikan semua ajaran yang diperlukan untuk bertahan hidup. Seorang teman terus mengeluhkan masalah yang sama, mengaku telah berdoa secara rutin. Tetapi ia tidak juga mendapatkan jawaban. Terlebih ia tidak mau beringsut menjauh dari titik semula karena harus mengedepankan 'rasionalitas.' Ia tidak mau keluar dari zona nyaman, tidak mau melakukan perubahan dan tidak mau mencoba hal baru. Saya jadi bertanya-tanya, benarkah yang dilakukannya adalah rasional? Rasionalitas memang penting. Sebelum menyeberang jalan tengok kanan dan kiri. Tetapi ketika kehendak Tuhan terjadi, saat menyeberang ada yang mendadak liwat mengebut, maka celakalah kita! Kehendak Tuhan diatas rasionalitas. Kehendak Tuhan adalah misteri yang harus dipecahkan oleh si manusia sendiri. Rasionalitas hendaknya dibarengi dengan doa-doa yang memperkuatnya. Selama seseorang ngeyel dan ngotot, merasa paling tahu apa yang terbaik dan rasional bagi dirinya sendiri maka kehendak Tuhan akan terhambat menghampirinya. Saya bukan orang yang pandai tetapi ada satu kalimat dalam buku besar agama saya yang kata-katanya demikian, "Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendakMu." Lalu masih adakah rasionalitas ketika hidup seharusnya kita biarkan mengalir sekehendak Tuhan?

Refleksi diri : Selesai membaca buku "PRAY: LET'S DO IT", author : Marvin McKenzie

Friday, November 27, 2015

Meditasi Menata Keheningan Diri

Sudah agak lama saya pernah menuliskan tentang 'monkey mind' bagaimana pikiran manusia sering melompat-lompat sesuka hati. Ini benar. Kadangkala kita menyesali masa lalu. Kadangkala kita ingin marah akan sesuatu hal. Kadangkala kecewa karena apa yang di damba tidak terpenuhi. Kadang-kadang juga iri hati karena orang lain nampak sukses, bahagia dan mapan. Pikiran kita adalah sesuatu yang 'jahat' jika kita tidak berhati-hati mengendalikannya. Saya pernah mengalami pikiran jahat ini mengendalikan diri saya sehingga segala hal terlihat 'layak dibenci' dan semua yang terjadi di kehidupan saya adalah 'melulu kekecewaan.' Waduh, gawat ya? He-he..

Beberapa waktu lalu ada kawan yang menghimbau saya agar mengikuti kelas meditasi Zhen Qi. Saya akui saya bukan tipe orang yang bisa berhening dan berdoa berlama-lama. Doa saya 'fast food.' Tuhan itu bukan 'partner dialog' yang asyik. Jadi kadang saya malas bercakap-cakap dengan Tuhan. Untuk apa tokh Dia tak bisa menjawab? Lalu saya berkata 'Tuhan kan Maha Tahu' seharusnya Tuhan tahu persis apa yang terjadi di hidup saya dan kalau memang Tuhan berkenan, maka Ia akan memperbaiki apa yang salah dalam hidup saya dan menganugerahkan apa yang pantas saya terima. Cara berpikir saya adalah cara berpikir praktis. Boleh dikata semi agnostik. 

Itu dulu ketika saya tidak mengerti bahwa memang ada kebenaran di dalam berdoa. Bahwa doa itu dijawab. Bagaimana doa itu dijawab Mbak? Dengan berbagai hal yang terjadi di kehidupan Anda. Perhatikan dan hitunglah satu persatu...Doa dijawab dengan kejadian demi kejadian! Bukan dengan suara Tuhan berseru, "Hellooo..can I help anybody?" Emangnya Tuhan support service? Walaupun tidak pandai berhening dan berdoa, saya cukup concern masalah kesehatan dan asupan makanan. Jadi saya suka mengikuti arahan pada hal-hal yang berbau kesehatan. Meditasi Zhen Qi diperkenalkan kepada saya beberapa minggu yang lalu. Disebutkan bahwa meditasi ini membantu menjaga dan memperbaiki kondisi tubuh. Saya tak memiliki pandangan sama sekali seperti apa sih 'meditasi Zhen Qi' kok kesannya ampuh banget?

Ketika datang ke kelas meditasi. Saya bingung, waduh serasa balik jadi 'anak muda.' Soalnya yang ikut meditasi usia 50 tahun ke atas, mayoritas. Saya tidak ada penyakit apapun. Saya hanya jenis orang yang ingin 'sedia payung sebelum hujan.' Saya tidak mau menjadi tua dan sakit-sakitan lalu merepotkan putri saya. Sehingga sejak dini saya berpikir harus menjaga kondisi tubuh dengan baik. Yoga pernah saya lakukan. Terbentur waktu dan biaya, sementara vakum dulu. Sekarang saya ingin mendalami meditasi karena tampaknya hal yang mudah untuk dilakukan. Cuma duduk diam lalu memetik buah kesehatan dalam tubuh. Gampang kan? 

Yang datang ke tempat kursus meditasi ternyata banyak yang sudah sepuh dan mulai sakit-sakitan. Ada yang stroke, ada yang mulutnya menganga tidak bisa ditutup dan ada yang menggunakan tongkat. Miris melihatnya. Yang stroke disebutkan dulunya sebagai pria yang gagah dan tinggi besar, namun tidak menjaga asupan makanannya. Apa saja asal doyan langsung dilahap. Tubuh manusia juga seperti mesin. Banyak fungsi-fungsi yang saling terkait. Bisa dibayangkan jika kita jajan sembarangan dan bersantap. Seperti mobil mesinnya bensin diisi solar ditambah bensin oplosan pinggir jalan dan minyak rem murahan. Bodhol-lah mesinnya dalam waktu singkat!

Anyway, saya lalu belajar meditasi Zhen Qi. Jujur, awalnya saya mau tertawa terpingkal-pingkal. Kesannya meditasi ini kok mengada-ada. Dulu saat kecil saya suka nonton FILM SHAOLIN. Nah, meditasi ini persis seperti gaya perguruan shaolin. Atur napas dan disimpan sebagai tenaga dalam. Percaya nggak percaya, saya ikuti dan saya coba berlatih. Aneh! Akhirnya saya bisa percaya. Karena merasakan sendiri aliran tenaga "Qi". Zhen Qi sendiri berarti hawa murni. Ada kaitannya dengan ketenangan. kesabaran dan nafas panjang. Gimana tuh kaitannya Mbak? Jadi gini, makanya orang nggak boleh marah-marah. Nafasnya pendek-pendek dan sesak (maap: bisa cepat mati). Zhen Qi mengajarkan menarik nafas, disimpan didada. Jika sudah mahir, simpan di perut (3 cm dibawah pusar). Edan kali Mbak, kita kan bukan Jacky Chen yang bisa narik napas ala shaolin dan nyimpen diperut buat jurus dewa mabuk!

Nah, ini adalah bagian dimana yang tadinya saya tertawa, sekarang saya terdiam. Malu. Waktu saya masih mudaaa banget dulu, Bapak angkat saya di kantor senang 'ilmu pernafasan' dan dia berusaha mentransfer ilmunya kepada saya dengan menempelkan telapak tangan pada punggung. Untuk bersikap sopan saya mencoba menerima. Padahal dalam hati tertawa dan mengatakan, Bapak ada-ada saja! Sekarang saya yang bertingkah seperti Bapak angkat saya. Ikut-ikutan belajar ilmu pernafasan dan percaya! Jadi nafas itu adalah THE ONE and ONLY most importante thing in life. Napas putus? End! Ternyata nafas ini sering diremehkan dan dikalahkan dengan obat/vitamin serta makanan. Nafaslah yang menjadi 'aliran Qi' atau energi kekuatan kita. SEMUANYA diatur oleh nafas dan jantung. Makanya jantung berhenti juga? End! Karena gratis, nafas diremehkan. Padahal nafaslah si pekerja yang diam-diam bekerja keras dibelakang layar kehidupan Anda.

Zhen Qi hanya menganjurkan agar kita bernafas biasa dan menyimpan energi dalam tubuh. Untuk saat-saat sakit parah/sakit yang tak terkendali. Meditasi itu ibarat 'tidur tapi terjaga.' Diam saja selama beberapa waktu tetapi mengatur nafas. Karena kita diam, energi itu disimpan di tubuh (tidak dipergunakan dalam pekerjaan motorik). Inilah yang akan menjadi tabungan tenaga masa depan Anda kelak. Saya tadinya mentertawakan hal ini seolah kebohongan yang lucu. Karena kita tahu benar, kita semua bukan lulusan sekolah silat atau perguruan shaolin, mana mungkin bisa pandai mengatur nafas dan mengarahkan energi murni dalam tubuh kita? Ternyata saya bisa! Dan dampaknya pada saya adalah teratur/tidak sulit ke belakang serta mudah tidur lelap/pulas. Pikiran juga lebih jernih. Badan terasa segar. Ngibul? Untuk apa saya ngibul? Jualan juga engga? Dapat hasil juga engga? Saya hanya memberitahukan kabar baik kesehatan. 

Bagi yang percaya silahkan, yang mau mencoba silahkan. Yang melewatkan ya silahkan. Dampak positif lainnya, setelah rajin bermeditasi, saya lebih mudah fokus untuk berdoa, karena sudah terbiasa berhening. Maklum pikiran dalam kepala selalu melompat-lompat.... 

Refleksi diri : setiap hari saya bermeditasi 1 jam dan berdoa ritual agama selama 15 menit. 

Detail tentang meditasi Zhen Qi klik : secapramana

Monday, November 9, 2015

Anda Tidak Dapat Memiliki Segalanya

Sibuk..buk-buk-buk! Teler...ler-ler-ler! Alasan untuk lagi-lagi tidak menulis berhari-hari. Padahal cita-cita saya menulis blogging itu inginnya satu naskah dalam sehari. Jadi setahun 365 artikel tulisan. Eh, boro-boro deh! Bingung. Ketika bekerja di kantor, waktu sepertinya berjalan sangat lambat seperti keong. Setelah tidak berkantor, waktu melaju cepat bak jet coaster yang menderu. Waduh, yang belum saya sharing dan kisahkan di blog, buanyaaak banget. Tapi sudahlah, diantara waktu tidur setelah tengah malam buta ini saja yang dapat saya sharing-kan hari ini. Saya sudah bersyukur, mampu menuliskannya!

Tadi baca-baca web 'Positif Thinking'.. Wah! Motivasi mbelgedhes biasanya. Hehehe,..ngomong gampang, realisasinya sulit! Bullsh*t. Saya membaca beberapa nasihat/ quote-quote yang mengandung kebijaksanaan. Ternyata ada satu quote yang menarik minat saya. Lalu mendadak saya teringat diri saya sendiri dan aneka cita-cita serta hidup seperti apa yang saya rencanakan sejak semula. Dulu saya ingin sekali putri saya bersekolah di sekolah yang paling mewah dan mahal di wilayah tempat tinggal saya. Saya sudah tahu nama sekolah tersebut, letaknya dimana, bagaimana rasanya bersekolah disana. Karena teman sekantor ada yang memiliki anak lulusan sekolah ternama itu dan saya terkagum-kagum dengan promosinya. Kenyataannya, saya tidak mampu! Suami juga tidak sanggup! Sekolah itu sangat mahal dan borjuis. 

Sekarang saya pikir-pikir, seharusnya saya bersyukur. Putri saya bersekolah di sekolah yang sangat kecil. Sangat sederhana dan biayanya relatif murah. Saya kenal dengan banyak teman-teman putri saya dan para orang-tuanya. Menyadari bahwa mereka anak-anak yang baik, disayang dan dirawat dengan baik oleh orang-tua mereka. Sehingga menimbulkan efek lingkungan pendidikan dan pertumbuhan yang baik pula. Apa jadinya jika putri saya dibesarkan di lingkungan sekolah yang borjuis lalu banyak tuntutan dan banyak permintaan ini serta itu. Biaya yang dikeluarkan sangat besar dan sikap yang dibina bisa jadi adalah sikap yang menuntut kemewahan serta kesempurnaan. Jadi sekarang putri saya menjadi seseorang yang bahagia dengan 'apa adanya.' Makan indomie ya happy, pakai tas tanpa merek ya happy, pakai kaus yang beli seharga dua puluh lima ribu rupiah ya happy. Simple! Dan saya bahagia dengan keadaan putri tunggal saya. Setiap orang yang bertemu saya berkomentar, "Dia, putrimu sangat mandiri!" -- Padahal putri saya anak tunggal, satu-satunya darah daging kami. Tapi memang sengaja di didik untuk menjadi sangat mandiri dengan pedoman, "Hey, you're alone in this world, be a tough girl!" 

Rencana kehidupan berumah-tangga yang dulu saya idamkan secara muluk-muluk juga gatot. Gagal total! Dulu ingin punya rumah begini. Ingin punya mobil begini. Ingin punya kebun begitu. Tapi ketika sekian belas tahun berlalu dan saya berjumpa beberapa teman lama, mereka berkisah si A sudah berpisah dengan suaminya. Si B ditinggal kawin lagi. Bengong. What?? Yup, kehidupan ini tidak bisa dipaksakan. Minta begini dan minta begitu kepada Tuhan. Saya langsung 'mingkem' dan tidak lagi banyak komplen muluk-muluk minta istana atau kereta kencana pada suami saya. Bisa hidup bahagia berdua hingga hari ini ternyata nilainya luar biasa. Tidak mudah. You can not have it all! Anda tidak dapat memiliki segalanya. Anda tidak bisa bermimpi menjadi putri cantik, tinggal di istana kaca, mengenakan sepatu kulit rusa, berdansa dengan pangeran tampan dan hidup bahagia selama-lamanya. Tidak bisa. Itu adalah keadaan yang sangat ideal dan hanya ada dalam dongeng. Anda bisa memilih meninggalkan hidup yang Anda rencanakan dan menjalani hidup yang disediakan Tuhan untuk Anda dengan terus bersyukur. Yup, too bad.. you can not have it all!