Thursday, April 28, 2016

Dalam Hidup Ini Pilih Pertarunganmu

Tadi saya hangout dengan seorang sahabat. Sebut saja namanya Mbak Anni. Kami membicarakan kejadian kecelakaan jalan raya yang menimpa pemuda mahasiswa berusia 20 tahun. Gara-garanya saat kami berkendara dalam mobil ada seorang anak muda lain yang asyik berfoto di tengah jalan. Ya betul, anak muda itu berfoto dengan berdiri agak ke tengah jalan. Teman-temannya sengaja mengambil foto tersebut agar mendapatkan frame latar belakang gedung di kejauhan dan mobil yang lalu-lalang. Lha gila dong ya! ...Mbak Anni yang sedang menyupir saya tereakin, "Awas Mbak,..ada orang berdiri agak ke tengah jalan,..." Dan ketika kami sadar bahwa itu khusus untuk selfie, kami terbelalak kaget. Pelis deh! 

Lalu kami mengobrol tentang 'muda' dan selfie. Betapa berbahayanya anak-anak muda yang terlalu bersemangat mengambil foto selfie. Saya menceritakan tentang anak kecil belasan tahun yang terseret arus banjir ketika foto selfie di sungai. Dan Mbak Anni mengingatkan tentang anak muda lain yang terpeleset masuk jurang ketika sedang berfoto di gunung. Lalu kejadian yang terbaru adalah kecelakaan yang menimpa seorang mahasiswa di pintu tol. Mobilnya terbalik. Padahal medan jalan lurus dan lapang. Jalanan mulus dan biasanya orang memperlambat mobil saat mendekati pintu tol. Mengapa bisa terjadi celaka, kami juga tak tahu. Karena kami bukan guardian angels, hanya emak-emak yang nganggur dan ngobrol ngalor-ngidul. Lalu sambil meringis saya teringat sesuatu, "Mbak Anni, ketika berusia dua puluh tahun, saya tidak tahu bahwa saya bisa mati,.. " I mean saya tahu setiap orang bisa mati. Tapi yang bener aja cing! Umur dua puluh kok merenungkan kematian? Itulah kecerobohan masa muda. 

Ketika berusia dua puluh tahun saya adalah sejenis ayam yang keluar dari telur menetas. Hidup ini dijalani saja. Nggak usah mikir panjang dan lebar. Usia sekarang? He-he-he..(mode ketawa ngikik),.. Usia sekarang adalah usia yang mulai takut mati. Komat-kamit, merintih-rintih sendiri. Kalau saya mati, bagaimana dengan anak dan suami? Adalah sifat-sifat cemen yang muncul dalam diri. Takut mati bukan karena saya pernah sakit keras, celaka dan sebagainya. Takut mati karena sadar betul dosa masih segerobak, banyak yang belum dilakukan dan sudah melihat sendiri kematian menjemput orang-orang yang ada di sekitar saya. Orang-orang yang membesarkan saya. Orang-orang yang pernah ada dalam kerangka usia 20-an saya yang tidak takut mati itu. Orang-orang yang mampu meyakinkan saya bahwa saya masih akan lama matinya. Opa-Opa. Mama. Oom. Tante. Banyak yang sudah tidak ada. Jadi ya takutlah! Tapi ketakutan itu bisa ditutup ketika kita percaya dan beriman kepada Tuhan. 

Makanya saya mengerti jika Pak Ahok bolak-balik mengatakan "Mati adalah suatu keberuntungan bagi saya!" Karena ia sudah melakukan yang terbaik secara maksimal. Kalaupun mati ia siap mempertanggungjawabkan apa yang telah ia lakukan semasa hidupnya. Bukan berarti ia bersih dari dosa. Namanya manusia selalu punya dosa! Hanya saja Ahok sudah yakin bahwa ia memaksimalkan dirinya untuk perbuatan yang baik. Masalah orang lain mau berdusta bukan urusan Ahok. Mengaku pejuang. Mengaku pembela rakyat. Mengaku siap berkorban bagi masyarakat. Mengaku jujur dan bersahaja. Mengaku bersih dan tak bercela. Silahkan saja berkotek-kotek. Anak ayam turun ke kali. Kok bawa-bawa Ahok sih? Ya udah sekarang saya bawa-bawa Alok. Kalo yang ini bukan kandidat Gubenur DKI tapi pemilik warung mie kesukaan, Bakmi Alok!

Balik lagi ke masalah "muda". Ketika muda berusia 20-an saya merasa pertarungan yang saya lakukan tidaklah maksimal. Banyak faktor ABCDE. Saya tidak puas karena saya tidak meraih gelar master. Tidak puas karena hanya bekerja di satu-dua perusahaan. Tidak puas karena tidak memiliki jabatan tinggi. Tidak puas karena tidak pernah bersekolah atau bekerja di luar negeri. Banyak hal yang saya pikir, "Hey I should do that! What a crap!" Tapi ternyata saya bahagia menjalani hidup sebagai ibu dan istri. Walaupun saya bukan ibu terbaik atau istri terbaik, tapi saya merasa keluarga kecil yang saya miliki adalah teamwork yang not bad. Itu pertarungan yang harus saya menangkan sejak berusia muda. Tentu saja selalu ada kerikil dalam berumah-tangga bukannya happily everafter. Bolehlah dikasih judul 'almost Cinderella.' 

Saat muda, jalanilah hidup dengan memikirkan pertarungan yang tepat. Jangan sekedar mikir, "Harus selfie sekeren apa ya? Supaya teman-teman saya nantinya pada terkagum-kagum dan yang nge-like ribuan?" Bukan itu yang terpenting dalam hidup ini! Tetapi pertarungan menaklukan diri sendiri, itu penting! "Saya harus menjadi manusia seperti apa? Apakah saya akan menjadi politisi yang baik? Dokter yang baik? Perwira yang baik? Bankir yang baik? Ilmuwan yang baik? Abdi masyarakat yang baik? Polisi yang baik? Pengacara yang baik?" Bagaimana kalau lebih banyak orang memilih untuk mencari jalan pintas? Madat dengan korupsi, kekayaan, ambisi? Balik lagi ke pertarungan menaklukkan diri sendiri. Silahkah saja! Hidup ini memang pilihan. Semua orang juga pengen: muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk-sorga. Tapi cuma Ahok yang bisa tereak, "Mati adalah keberuntungan bagi saya!" Iya karena dia sudah memilih pertarungannya sendiri. Dan ia bertekad untuk menang. Saya? Bukan fans berat Ahok! Tapi saya paham pemikirannya. We should cherish the life we have,.. Bagaimana dengan pertarungan memperebutkan cinta? Aih cincha! Itu mah di dramaworld,.. Cheers to life. I miss you Mom...

Wednesday, April 27, 2016

Drama 23 - Sang Putri (My Princess) ****

Kim Tae Hee adalah aktris yang dikenal dengan sebutan Goddess (Sang Dewi) di Korea. Tae Hee cantik tapi tidak jelita bagi saya. Saya pikir Kim Tae Hee terkenal karena berwajah natural beauty, dalam artian tidak memanfaatkan teknologi apapun untuk menonjolkan kecantikannya. Menurut saya asli dari sononya begitu. Banyak artis Korea yang cantik dan sangat jelita, however saya tidak yakin kalau semuanya asli pemberian Tuhan. Abis wajahnya mirip semua, he-he-he,.. Tae Hee di dapuk sebagai image (model) dari banyak brand terkenal seperti Samsung, LG, Daewoo, Olympus dan Toyota. Ia juga saat ini dikabarkan menjalin hubungan dengan aktor Rain (bi) yang juga masuk kategori megastar. Keduanya adalah pekerja keras dalam panggung seni Korea dan dua-duanya bagi saya memiliki natural beauty. Dirilis tahun 2011 oleh network MBC, drama ini tetaplah manis untuk ditonton.

Lee Sul (Kim Tae Hee) adalah gadis biasa yang bekerja serabutan sambil kuliah. Prestasi sekolahnya juga tidak menonjol. Pada suatu hari ia bertemu dengan Park Hae Young (Song Seung Heon), seorang diplomat muda yang tampan berusia 31 tahun. Takdir bergulir dan Lee Sul mendapati bahwa Hae Young selain diplomat muda yang bekerja di departemen luar negeri adalah juga cucu dari konglomerat pemilik group Daehan, Park Dong Jae (Lee Soon Jae). Satu hal yang tidak disadari oleh Park Dae Young adalah bahwa kekayaan kakeknya ternyata berasal dari harta seorang Raja dinasti terakhir di Korea. Raja ini meminta agar keturunannya kelak tetap mempertahankan garis dinasti darah biru dan hal ini menjadi tugas Park Dong Jae dan ayahnya pada masa lalu. Park Dong Jae merasa sangat menyesal dan terbeban karena memperkaya diri dan keluarganya dengan menggunakan harta kerajaan. Dengan berbagai cara ia kemudian berusaha kembali mencari keturunan bangsawan terakhir Korea itu.

Sampai disini saya merasakan pengaruh kuat dari film Princess Diary (2001) dengan pemeran Anne Hathaway. Park Dong Jae lalu memerintahkan Park Hae Young dan banyak staff-nya yang lain untuk mencari keberadaan keturunan terakhir sang raja. Yang 'kebetulan' ternyata adalah Lee Sul. Tadaaa,... Kehendak kakeknya ini juga menjadi beban pikiran bagi Park Hae Young. Pasalnya semua harta kekayaan group konglomerat Daehan nantinya akan dihibahkan pada putri/pangeran kerajaan dan Park Hae Young sendiri akan menjadi rakyat jelata dalam arti bukan lagi chaebol (putra keluarga konglomerat). Park Hae Young sangat keberatan dengan kehendak tersebut. Bahkan ayahanda Pak Hae Young yang adalah anak kandung Park Dong Jae diusir keluar dari Korea karena menentang kehendak hibah harta bagi kerajaan. Awalnya Park Hae Young berusaha keras agar kakeknya melupakan keinginan yang tak masuk diakal itu. Namun dalam proses menemukan putri kerajaan yang ternyata adalah Lee Sul, Park Hae Young akhirnya menyerah dan jatuh hati pada sang putri.

Tentu saja banyak orang yang menentang ide gila kakek Hae Young. Diantaranya adalah Oh Yoon Joo (Park Ye Jin). Wanita anggun berpendidikan tinggi ini adalah direktur musium seni di Korea, sekaligus teman masa kecil Park Hae Young. Ia berkehendak kuat agar Park Hae Young tetap menjadi chaebol, cucu keluarga konglomerat. Ia juga bercita-cita menjadi istri Hae Young, walaupun hati kecilnya mencintai lelaki lain, Profesor tampan bernama Nam Jung Woo (Ryu Soo Young). Nam Jung Woo sendiri adalah dosen yang dipuja Lee Sul. Banyak mahasiswi lain di kampus yang juga mengidolakannya. Lelaki yang bekerja di bidang akademik ini tidak berharta banyak, sehingga ia tidak berani melangkah lebih lanjut dengan kekasih masa lalunya, Oh Yoon Joo. Setelah mengetahui salah seorang siswinya adalah putri terakhir dinasti kerajaan Korea, Nam Jung Woo selalu berada disisi Lee Sul. Dan selalu membantunya dalam meraih kembali serta mempertahankan status keluarga kerajaan bagi Lee Sul.

Salah satu adegan paling menarik bagi saya adalah ketika Park Hae Young menemani Lee Sul duduk di undakan tangga batu berselimutkan salju di sebuah perkampungan. Mereka tengah menyelidiki asal usul Lee Sul yang sebenarnya. Tentang ayah Lee Sul yang keturunan raja namun hidup menderita sebagai pelarian. Hae Young berusaha menghibur Lee Sul dan mendukungnya, bahkan sempat menciumnya. Lee Sul yang gembira kemudian digendong Park Hae Young di punggung dan berteriak-teriak, "Benarkah?... Benarkah?... Kamu akan selalu menolongku??.." Sambil berteriak Lee Sul menggoyang-goyangkan tubuh saking girangnya. Sementara Park Hae Young terlihat repot menjaga keseimbangan. Menggendong seseorang yang jejingkrakan sambil menaiki undakan tangga batu bersalju yang licin. Tersirat dalam benak saya, "Bahaya bener nih akting! Kalau keduanya jatuh terpeleset bisa gegar otak terbanting ke undakan batu-batu keras semacam itu..."

Drama ini menjadi energik karena akting Kim Tae Hee yang lucu, seru, meriah dan menggemaskan tanpa kesan terlalu dibuat-buat. Disandingkan dengan akting Song Seung Heon yang pas banget memerankan diplomat muda tampan, chaebol, smart, stylish dan memiliki killer smile. Jika ingin tahu definisi 'killer smile' tontonlah episode terakhir ketika Putri Lee Sul muncul secara tiba-tiba di bangku sebelah Park Hae Young di pesawat terbang dan menemaninya bepergian diantara jadwal kegiatannya yang padat sebagai seorang princess. Saya agak terganggu dengan akting Park Ye Jin sebagai Oh Yoon Joo. Kalau dimaksudkan sebagai peran antagonis untuk dibenci, ia berhasil membuat saya benci melihatnya. Penampilannya kaku bak manequin dengan gaya berjalan robot seolah tanpa menggerakkan lengan. Rambutnya dipotong pendek berponi dan fashion-fashion busana aneh yang dikenakannya serupa dengan Cruelle De Vill. I hate her,...Grrh!

Monday, April 25, 2016

Drama 22 - Si Pemulih (Healer) *****

Fantasy yang berhasil menjadi reality adalah definisi tepat untuk drama ini. Ceritanya penuh khayalan, tapi berhasil membuat penonton percaya dan terpesona. Boleh saja dikatakan bahwa drama ini banyak meniru plot mini seri Amerika yang sangat sukses seperti Criminal Minds, CSI dan Arrow atau Person of Interest. Tapi nyonteknya berhasil banget. Apalagi dikombinasi dengan bumbu romance ala melodrama Korea. Belum lagi casting yang sangat pas dan mendukung dari semua pemerannya. Drama ini memiliki segalanya: action, hi-tech, romance, mystery and family story. Definitely must watch! Dirilis akhir 2014 oleh jaringan televisi KBS2, saya yang baru selesai menonton keseluruhannya pada minggu lalu, terpatri di depan pesawat TV sejak episode 1 hingga 16.

Lima reporter muda yang terdiri dari empat pria dan satu wanita yaitu Kim Moon Sik, Oh Gil Han, Seo Joon Seok, Ki Young Jae dan Choi Myung Hee pada akhir tahun 80-an menjalin persahabatan yang sangat erat. Sayang persahabatan itu kini tinggal kenangan. Choi Myung Hee (Do Ji Won) yang dulu menikah dengan Oh Gil Han kini telah menikah lagi dengan Kim Moon Sik (Park Sang Won), pria yang sangat kaya dan memiliki jaringan surat kabar besar di Korea. Sejak masih sangat muda Kim Moon Sik yang juga tergabung dalam persahabatan lima reporter jatuh cinta pada Choi Myung Hee. Sayang Choi Myung Hee memilih untuk menikah dengan Oh Gil Han. Kesempatan Moon Sik menikahi Myung Hee muncul setelah Oh Gil Han tewas. 

Healer, Park Young Shin/Jian, Kim Moon Ho
Tahun 1992 menjadi titik balik kisah lima reporter. Kala itu terjadi malapetaka dalam persahabatan mereka. Oh Gil Han (Oh Jong Hyuk) terbunuh dalam sebuah aksi reportase perburuan berita besar dan tersangka pembunuhnya adalah Seo Joon Seok (Ji Il Joo) sahabatnya sendiri, yang tak lama juga mati bunuh diri. Sementara itu putri tunggal Oh Gil Han dan Myung Hee yang bernama Oh Jian kala itu berusia lima tahun hilang dalam kerusuhan saat keluarga mereka diburu oleh kelompok oknum yang terganggu oleh aksi reportase. Myung Hee sendiri tertabrak mobil dalam pelarian dan dirawat di rumah sakit hingga setahun lamanya. Ia tak mampu mencari keberadaan putrinya, Jian. Moon Sik berbohong dengan mengatakan bahwa gadis kecil itu turut tewas dalam kerusuhan. Kondisi kesehatan Myung Hee sangat rentan dan ia selalu berada di atas kursi roda sejak kecelakaan itu.

Selain Oh Jian yang hilang, malapetaka persahabatan lima reporter juga berdampak pada Seo Jung Hoo (Ji Chang Wook) putra dari Seo Joon Seok. Karena ayahnya dicurigai sebagai pembunuh dan kemudian juga bunuh diri maka Jung Hoo tumbuh menjadi pribadi yang penuh luka batin. Ia menjadi penyendiri/ loner. Apalagi ibundanya sengaja meninggalkan Jung Hoo dan bahkan berkeluarga lagi. Ibu Jung Hoo sangat terpukul dan trauma dengan kasus bunuh diri suami serta tuduhan bahwa Seo Joon Seok adalah pembunuh. Dengan terseok-seok Seo Jung Hoo tumbuh seorang diri dari satu rumah yatim ke rumah yatim lainnya. Hingga akhirnya ia diasuh oleh Ki Young Jae (Oh Gwan Rok) yang juga anggota dari persahabatan lima reporter. Young Jae sempat dipenjara oleh pemerintah selama sebelas tahun karena aksi radikal reportasenya. Sekeluarnya dari penjara itulah ia mulai mengasuh Jung Hoo. 

Pola asuh Young Jae cukup unik. Ia mengasuh Jung Hoo untuk menjadi pria muda yang tangguh, mandiri, petarung sejati, ahli bela diri dan penyamaran. Jung Hoo dididiknya untuk menjadi healer, yang disebut-sebut sebagai petugas kurir malam. Sesungguhnya healer menerima pekerjaan dirty job untuk melakukan tugas-tugas rahasia yang berbahaya. Seperti mengambil barang bukti. Mengamankan seseorang. Menguntit dan memata-matai. Semua tugas yang terkait dengan spinonase dan intelligent sebagai pekerjaan freelance, tanpa terkait dengan institusi pemerintah seperti kepolisian. Healer pantang membunuh dan pantang mencari tahu urusan clients. Tentu saja tugas-tugas semacam ini dibayar mahal dan mengandung resiko keselamatan yang besar. Jung Hoo dibantu oleh hacker wanita senior Jo Min Ja (Kim Mi Kyung) dan gadis petarung yang tomboy Kang Dae Yong (Taemi). Dalam tugas terakhir, Jung Hoo/Healer dijebak oleh Kim Moon Sik dan dijadikan tersangka pembunuhan.

Sementara itu Kim Moon Sik memiliki seorang adik lelaki yaitu reporter Kim Moon Ho (Yoo Ji Tae) yang ganteng dan sangat populer. Sejak masih kanak-kanak Moon Ho sangat mencintai Myung Hee dan Jian. Sudah lama ia membenci kakak kandungnya sendiri, Moon Sik. Ia tahu bagaimana kotor dan jahatnya pengkhianatan sang kakak pada kawan-kawannya sendiri. Sejak kejadian malapetaka lima reporter, Moon Sik bernaung di bawah lindungan sesepuh Elder (Choi Jong Won). Lelaki tua ini misterius keberadaannya namun kekuasaannya menggurita di belakang layar dunia politik dan bisnis. Berita reportase besar yang diburu Gil Han dan Joon Seok rupanya adalah salah satu bisnis kotor dari sang sesepuh/elder. Dibawah lindungan Elder inilah karir serta kekayaan Moon Sik melejit. Kini ia bahkan berada pada posisi untuk mencalonkan diri sebagai walikota Seoul. Kejadian yang sesungguhnya adalah Gil Han dibunuh oleh antek-antek Elder dan Joon Seok difitnah lalu dibunuh juga. Sementara Moon Sik membuat kesaksian yang penuh dusta atas arahan Elder.

Dalam penugasannya Jung Hoo (healer) juga berjumpa dengan Jian, kini bernama Chae Young Shin (Park Min Young) diasuh oleh ayah angkat Chae Chi Soo (Park Sang Myeon) yang sangat menyayanginya. Cerita bergulir cepat hingga akhirnya Chae Young Shin dan healer bekerja sebagai reporter di Someday News milik Kim Moon Ho. Kim Moon Ho lalu bercerita bahwa pada masa remaja ia adalah paman (uncle) Moon Ho bagi Young Shin/Jian dan Jung Hoo yang kala itu berusia lima tahun. Ia sangat mencintai Jian dan Jung Ho. Ia juga sering menjadi baby sitter yang mengasuh keduanya. Kim Moon Ho juga menceritakan bagaimana kedua anak kecil itu selalu bermain bersama dan tak mau berpisah. Tentu saja pada usia 28 tahun saat ini Jung Ho dan Young Shin/Jian jatuh cinta sungguhan satu sama lain. Takdir berupa ikatan masa lalu rupanya tak bisa lepas dari keduanya. Jung Hoo dan Young Shin/Jian menjadi sangat hormat dan patuh pada Kim Moon Ho. Mereka bertiga dibantu oleh ahjumma (Tante) Jo Min Ja dan detektif kepolisian cyber crime Yoon Dong Won (Jo Han Chul) berusaha membuka kedok dan borok dari Kim Moon Sik dan Elder. 

Action yang dimunculkan dari drama ini bagus sekali. Sekalipun tak banyak, Ji Chang Wook tampak sangat piawai dalam adegan ilmu bela diri. Tak kalah dengan Jacky Chen. Sementara akting Kim Mi Kyung sebagai ahjumma (Tante) Jo Min Ja, si hacker wanita yang kocak bagi saya bahkan terasa lebih menawan dari akting Kirsten Vangsness sebagai Penelope Garcia dalam Criminal Minds. Sementara itu totalitas akting Park Min Young yang jatuh cinta pada Ji Chang Wook tergambar dengan sangat manis. Sweet and cute. Bagaimana Chae Young Shin yang penakut dan harus minum obat karena sesak nafas jika melihat kejadian kekerasan selalu dilindungi oleh Jung Hoo (Healer) yang justru sangat terbiasa untuk bertarung. Bahkan ada adegan Jung Hoo bertarung dengan gaya cuek sambil menerima telepon dari Chae Young Shin. Cinta antara dua anak kecil yang dulunya berusia lima tahun dan gemar bermain rumah-rumahan terjalin erat di usia dewasa. Chemistry Ji Chang Wook dan Park Min Young tidak bercela dalam memerankan sepasang kekasih. Romantis bangeud!

Friday, April 22, 2016

Drama 21 - Berbohonglah Padaku (Lie To Me) ****

Yoon Eun Hye, si cantik bergigi kelinci ini membuat saya terkagum-kagum dengan aktingya yang tomboy di K-Drama Coffee Prince. Maka saya coba tonton drama ini, Lie To Me (2011). Kong Ah-Jung (Yoon Eun Hye) adalah seorang PNS di departemen kebudayaan, olah raga dan pariwisata. Semasa kuliah ia memendam cinta pada seniornya Chun Jae Beom (Ryu Seung Soo). Sayang perasaan itu bertepuk sebelah tangan bahkan cowok pujaannya kini menjadi pengacara handal yang mapan dan memperistri Yoo So Ran (Hong Soo Hyun). So Ran ini tak lain adalah sahabat Ah-Jung. Dulu Ah Jung sudah berkasak-kusuk pada So Ran kalau dirinya naksir Jae Beom. Tak disangka, tak dinyana So Ran langsung menggaet Jae Beom tanpa sungkan-sungkan. Hingga hari ini Ah-Jung sulit melupakan sikap So Ran padanya yang tega mengkhianati. 

Dua kakak beradik chaebol (keluarga konglomerat) World Hotel, Hyun Ki Joon (Kang Ji Hwan) dan Hyun Sang Hee (Sung Joon) sangatlah berbeda sifat. Sang kakak penuh tanggung jawab memimpin perusahaan bekerja sejak duduk di bangku SMA. Sementara gaya hidup adiknya ala seniman. Keluyuran ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Seringkali menghabiskan waktu dengan melukis. Mereka berdua juga memiliki 'perang dingin' terkait seorang wanita bernama Oh Yun Joo (Cho Youn Hee) yang cantik jelita. Yun Joo dan Ki Joon pernah bertunangan dan nyaris menikah, namun Sang Hee yang juga mencintai Yun Joo menolak pernikahan itu dan patah hati. Demi menjaga perasaan adik satu-satunya Ki Joon membatalkan pernikahan. Hingga hari ini Ki Joon hanya sibuk mengurus bisnis perhotelan tanpa perduli untuk mencari calon pendamping baru. 

Ketika sedang berkunjung ke niteclub, Ah-Jung yang mabuk karena masalah di kantornya berkenalan dengan Sang Hee. Namun berpisah tepat di depan club ketika Ki Joon datang untuk menjemput adiknya itu. Sang Hee kabur, melarikan diri. Sang Hee selalu menolak untuk bertemu kakaknya, ia merasa enggan. Dirinya masih menyimpan luka batin akibat masalah wanita dengan kakaknya. Padahal sang kakak sudah banyak berkorban dan hanya memikirkan kebahagiaan Sang Hee. Karena mabuk dan komplikasi racun lebah, Ah-Jung pingsan di hadapan Ki Joon. Bahkan harus dilarikan ke rumah sakit. Terpaksa Ki Joon yang mengurus semua tetek-bengek urusan Ah-Jung di rumah sakit. Bahkan menunggui semalaman hingga Ah Jung terbangun. Setelah semua permasalahan pingsannya Ah Jung diperjelas (clear) keduanya lalu berpisah. Pada akhirnya Ah Jung mengenali Ki Joon sebagai 'bujangan idaman Korea' karena sebuah artikel tentang pria itu terpampang di majalah. 

Sementara itu di lingkungan sosial pertemanan Ah Jung digossipkan oleh kawan-kawannya. Dikarenakan ia 'gak kawin-kawin juga.' Bahkan gossip yang lebih sadis muncul. Barangkali Ah Jung tidak menikah karena masih mencintai Chun Jae Beom yang adalah suami So Ran. Gossip ini membuat Ah Jung 'panas' dan sangat kesal. Dirinya tertekan, malu dan jengkel karena dianggap sebagai perempuan yang tak laku. Ia lalu mengaku telah menikah dan berpura-pura memiliki suami. Ah Jung sendiri beberapa kali berusaha menemui Ki Joon karena ingin mengganti biaya rumah sakit yang dibayarkan oleh Ki Joon. Dalam pertemuan dengan Ki Joon ini beberapa kawan Ah Jung melihat secara tidak sengaja. Lalu mulailah bergulir gossip terbaru, "Ah Jung ternyata adalah istri dari Hyun Ki Joon sang bujangan idaman Korea. Pernikahan dilakukan diam-diam karena tidak disetujui oleh keluarga Ki Joon." Cerita berkembang pesat dengan sendirinya.

Tentu saja Ki Joon marah besar karena diberitakan secara tidak benar dan ia menuduh Ah Jung yang melempar gossip bohong tersebut. Ah Jung lalu mengakui bahwa ia berbuat salah karena berpura-pura memiliki suami namun ia yakin tidak menyebutkan nama lelaki manapun apalagi nama Hyun Ki Joon. Pada konflik ini bola panas bergulir cepat karena diam-diam Ah Jung bangga dan menikmati digossipkan sebagai istri chaebol. Kejengkelannya pada So Ran dan kawan-kawan lain yang menganggapnya 'tak laku kawin' jadi terobati. Ia mampu mengangkat kepala dan sedikit bersombong-sombong terhadap berita bohong yang mengangkat namanya. Ki Joon sendiri berupaya menggugat secara hukum melalui pengacara. Salah satu kandidat pengacara adalah Chun Jae Beom. 

Ah Jung akhirnya bersedia memenuhi permintaan Ki Joon untuk membersihkan nama lelaki tampan pemimpin World Hotel itu disebuah pesta yang diselenggarakan Ki Joon. Sayangnya di area pesta itu muncul kawan-kawan Ah Jung juga. Karena gengsi, Ah Jung langsung berubah sikap dan lagi-lagi berpura-pura telah memiliki suami. Kali ini tanpa ragu ia menjerit dari jauh, melambaikan tangan dan memanggil Ki Joon dengan sebutan "Yobooo... (sayangku;panggilan suami-istri di Korea),.." Wajah Ki Joon langsung mengeras, bete! Ki Joon sendiri pada akhirnya mendapati bahwa pria yang pernah dikagumi dan dicintai Ah Jung sejak masa kuliah adalah Chun Jae Beom. Wajahnya menunjukkan rasa heran sembari berkomentar, "Hah?? Ah Jung dulu naksir Pengacara Chun? Buset seleranyaaa,..." Pasalnya dari segi apapun Chun Jae Beom tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sang chaebol, Hyun Ki Joon. Selain tampangnya yang pas-pasan, Jae Beom hanya memiliki sebuah firma hukum menengah. Belum lagi ia punya sifat licik dan buaya darat. Mudah tergoda wanita lain. Rumah tangganya dengan So Ran banyak diisi pertengkaran. 

Berawal dari status nikah pura-pura hubungan Hyun Ki Joon dan Kong Ah Jung berkembang dengan manis. Segala tingkah mereka yang tadinya hanya pura-pura untuk dipamerkan kepada publik lama-kelamaan menjadi jatuh cinta sungguhan. Lagi-lagi Hyun Sang Hee merasa iri, karena yang pertama kali berkenalan dengan Ah Jung adalah dirinya. Namun kali ini ia memutuskan untuk bertindak benar dengan tidak lagi menghalangi percintaan kakaknya. Kisah berakhir happy ending bagi pasangan Hyun Ki Joon dan Kong Ah Jung. Sekalipun banyak diwarnai adegan romantis, chemistry antara aktris Yoon Eun Hye dan Kang Ji Hwan tidaklah semanis hubungan antara Eun Hye dan Gong Yoo di Coffee Prince. Entah kenapa ya? Disamping itu pada beberapa episode akhir terasa jalan cerita agak melambat, seolah kisah diperpanjang agar genap mencapai 16 episode. Secara keseluruhan kekuatan drama ini hanya pada akting Yoon Eun Hye dan Kang Ji Hwan. Para pemeran pendukung bermain rata-rata tanpa adanya akting yang cukup menonjol. (foto: asianwiki)

Thursday, April 21, 2016

Kartini Masihkah Perlu Masak?

Hari Kartini dan semua orang berbondong-bondong memamerkan pose berbusana kebaya. Seolah dengan mengenakan busana itu Kartini akan tersenyum bangga dan bahagia dari pusaranya. Takdir aneh membuat saya punya banyak teman dan sahabat yang berdomisili di luar negeri. Tentu saja berkomunikasi lewat sosial media. Ada yang di India, di Texas, di Seattle, di Jepang, di Belanda, di Jerman. Dan saya kagum pada mereka. Bukan masalah karena mereka menetap di luar negeri semata-mata langsung dikagumi begitu saja. Tetapi masalah kemandirian, sikap dan penerimaan terhadap kultur yang berbeda. Kekuatan mereka untuk bertahan di tempat-tempat yang awalnya mungkin terasa sangat asing.

Meme Kartini
Orang-orang yang menikah dengan kultur/budaya serta latar belakang berbeda itu bisa jadi harus full speed untuk saling menyesuaikan diri, khususnya bagi kaum wanita. Sama-sama orang Jawa menikah, wajar! Sama-sama orang Batak menikah, wajar! Ibu saya adalah wanita Chinesse Jawa yang menikah dengan lelaki Bugis. Dan saya sendiri sebagai blasteran tanpa kultur jelas menikah dengan pria Manado. Mungkin saya beruntung. Mungkin saya buntung. Ditakdirkan untuk hidup sebagai pemalas. Orang Manado memang suka pesta dan berdandan. Tapi itu juga sesuatu yang menarik, karena rata-rata dari mereka akan selalu berdandan rapi. Kemudian laki-laki Manado juga tak segan-segan memasak. Masakan saya adalah 'kacrut amburadul' dibandingkan masakan suami. Lalu saat saya bersemangat mencoba masak masakan Jawa seperti telor tahu kecap manis, dia tidak suka! Sedangkan saya tidak segitunya suka makan ikan, pagi sore siang malam? Sementara suami setiap hari harus makan ikan. Bingung dong! 

Itu hanyalah penyesuaian kecil ketika sesama orang Indonesia yang berbeda suku menikah. Bagaimana dengan mereka yang menikah dengan pria berkebangsaan asing? Tentu saja yang dihadapi seribu satu dan lebih bervariasi. Janganlah dianggap mudah! Selain dari masalah masakan dan selera makanan kesukaan yang sangat berbeda, pasti ada masalah sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Sesuatu yang tadinya sama sekali tidak pernah dimengerti kini harus dipelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri. Belajar dari nol menjadi orang India. Belajar dari nol menjadi orang Jepang. Belajar dari nol menjadi orang Jerman. Mungkin yang relatif mudah adalah menikah dengan pria Amerika karena sehari-hari tokh tontonan kita banyak diimpor dari Hollywood? Saya terkagum-kagum melihat bagaimana teman saya di India menjadi ahli masak yang handal dan bagaimana teman saya di Jepang paham betul adat-istiadat disana. 

Sebelum mengenal suami saya hanya punya satu teman berdarah Manado. Hanya satu saja! Itupun Manado yang sudah lama menetap di pulau Jawa dan doyan gudeg. Nama marganya saja saya baru hafal tahun-tahun belakangan ini. Saya hanya hafal nama kecilnya, Nita. Saya tidak perduli nama panjangnya karena sulit diingat. Nama marganya itu aneh bin unik, Tampinongkol. Saya pun sangat tidak terbiasa dengan nama-nama marga Manado. Saya terbiasa dengan Widodo, Yudhohusodo, Rahardjo, dst. Ketika bertemu suami, baru saat itulah saya mengenal masakan Manado yang seribu satu jumlahnya. Dari bubur manado, ikan cakalang, sambal roa, lalampa, balapis, panada, paniki. Halah! Ternyata makanannya banyak banget. Dari yang tadinya huwek-huwek gak bisa menelan, gak doyan bubur Manado. Sekarang udah merem. Bring it on! Mau makan apa? Asal jangan hewan yang aneh-aneh. Give me fish all day long! The biggest one! Dan marga-marga asing dari Indonesia bagian timur? Tuturoong, Rotinsulu, Loho, Lumowah, dst. Mulai terbiasa dan paham yang mana kira-kira orang Manado. Suami saya? Sampai hari ini masih alergi gudeg dan semua masakan manis Jawa. Paling sering komplain: Kalau di Manado, es kacang merah itu menggunakan coklat asli yang dicairkan! Bukan kayak kalian orang Jawa yang bikin es pake gula merah! Akh, Kartini masihkah perlu masak? Udaaaaah, beli sate di depan rumah aja deh! (untuk para Kartini modern: Elvira Saquei & Weedy Koshino).

Drama 20 - Ya, Saya Bersedia.. ( I do I do) ****

Dalam drama ini untuk pertama kali saya menonton akting Kim Sun A dan Lee Jang Woo. Saya tidak menyangka bahwa Sun A yang kurus dan langsing ternyata pernah gemuk dan sedikit montok seperti nampak dalam drama The Cityhall (2009) bersama Cha Seung Won. Tapi drama itu akan saya kisahkan di kesempatan lain. Sekarang kita akan bercerita tentang I do I do (2012). Percintaan dua anak manusia dengan rentang usia yang cukup jauh. Kalau cowok yang lebih senior usianya mungkin sudah biasa. Namun ini wanitanya yang lebih tua usia kira-kira sepuluh tahun. Apakah ada kejadian semacam ini di sekitar kita? Mungkin ada,..

Hwang Ji An (Kim Sun A) adalah wanita berusia di penghujung 30 tahun yang menjadi manager di perusahaan sepatu ternama. Sukses di usia relatif muda, Sun A sama sekali tidak tertarik dengan konsep pernikahan. Hidupnya hanya untuk bekerja dan berkarir. Mendesain dan membesarkan perusahaan sepatu tempatnya bernaung. Ji An sangat menyukai sepatu. Koleksi sepatu pribadinya berjumlah ratusan. Demikian pula ia pandai merancang, memperbaiki dan menggali ide dalam proses produksi sepatu. Buah karyanya adalah sepatu-sepatu yang elegant dan glamour. Sementara itu Park Tae Gang (Lee Jang Woo) adalah pemuda berusia 20-an yang merupakan putra seorang pembuat sepatu imitasi. Tae Gang dan ayahnya membuat sepatu bajakan (KW) dan dijual dengan harga murah.

Suatu hari Tae Gang berjumpa dengan Ji An dalam insiden serempetan motor. Karena terburu-buru untuk pergi ke acara ulang tahun ayahnya Ji An lalu menjadikan Tae Gang 'ojeg pribadi' dan dijanjikan upah. Ternyata ayah Ji An marah besar karena putrinya itu mengacuhkan HUT-nya yang ke 70 dan selalu sibuk bekerja. Ia merasa kecewa memiliki putri yang kurang memperhatikannya, apalagi Ji An selalu menolak ide untuk menikah. Di hadapan Tae Gang, Ji An didamprat ayahnya. Demikian pula Tae Gang juga bandel. Ia tidak menuruti kehendak ayahnya untuk melanjutkan kuliah. Inginnya bekerja guna meringankan beban hidup. Keduanya lalu sama-sama 'curhat' bahwa mereka bukanlah anak yang baik dan berbakti pada orang-tua, namun lebih banyak bertindak sekehendak hatinya sendiri. Berawal dari curhat (dan mabuk), maka esok paginya keduanya terbangun bersama di ranjang sebuah hotel. Mereka lalu sepakat melupakan kejadian malam tersebut. 

Tak disangka takdir terus mempertemukan Tae Gang dan Ji An, dikarenakan pada akhirnya Tae Gang diterima bekerja di perusahaan tempat Ji An bekerja dan menjadi anak buahnya. Ji An awalnya keberatan dan mengingkari kehadiran Tae Gang namun pada akhirnya justru sedikit tergantung dengan keberadaan pemuda itu. Apalagi setelah mereka mendapati bahwa Ji An ternyata hamil. Awalnya Ji An tidak percaya karena dirinya dinyatakan memiliki kecenderungan menopouse pada usia muda. Tae Gang tadinya juga tidak mengetahui perihal adanya calon jabang bayi. Saat tersadar ia jadi terkejut dan berusaha bertanggung-jawab dengan kemampuannya yang 'kalang-kabut' sebagai anak muda yang masih sangat belia. Ia rajin membelikan makanan kesukaan Ji An. 

Berbagai kejadian dan momen canggung muncul karena Ji An oleh orang-tuanya (yang tidak tahu bahwa anaknya hamil) dijodohkan dengan dokter muda tampan, Jo Eun Sung (Park Gun Hyung). Ji An pun tak menampik, dirinya tertarik pada sang dokter. Pria itu cerdas, menarik dan berusia sebaya dengannya. Namun ketika menyadari kehamilan, Ji An terpaksa membatalkan perjodohan itu. Dan ketika Eun Sung tetap mau menerima kenyataan dirinya Ji An justru tak bisa lari dari perasaannya bahwa ia mulai jatuh hati pada Tae Gang yang belia namun bersungguh-sungguh berusaha untuk bertanggung-jawab. Tae Gang tadinya tak dipandang sebelah mata oleh siapapun di perusahaan sepatu. Ia membuat kejutan saat pada akhirnya ia menjadi kekasih sang manager cantik Hwang Ji An. Tae Gang juga menyabet beasiswa pendidikan desain ke luar negeri dari perusahaan. Adegan lucu terjadi saat ayah Ji An berkenalan dengan Tae Gang yang adalah karyawan putrinya dan berusia jauh lebih muda. "Aduh-aduh tobaat!...Pusing kepala!" adalah ekspresi yang muncul di wajah sang ayah. 

Dapat diduga semuanya serba 'happy ending.' Sebenarnya saya kurang suka dengan plot cerita. Bagi saya kurang realistis. Namun karena kedua pemeran utama tampil maksimal maka drama ini mampu menghipnotis untuk diikuti sejak episode awal hingga episode akhir. Akting Kim Sun A sebagai desainer dan manager kawakan sangat memukau. Bagaimana ia menyentuh sepatu, menggunting bahan, menempelkan pita dan asesoris. Seolah memang ia lulusan sekolah desain. Sementara akting Lee Jang Woo sebagai pemuda miskin pekerja keras juga sangat meyakinkan. Seringkali saya melihat para aktor bekerja 'pura-pura jadi si miskin yang melakukan pekerjaan kasar' namun tak ada yang sehandal Jang Woo. Caranya menyapu, mengepel, mengecat, jualan sepatu, angkut karung dan sebagainya seolah punya tenaga yang tak ada habis-habisnya. Dan cara Lee Jang Woo tertawa, omaigattt! Bagi saya Lee Jang Woo punya faktor X yang dapat menjadikannya punya nama besar seandainya ia lebih bersungguh-sungguh lagi menekuni dunia akting. Sayang film dan drama yang diperankannya belumlah banyak. I like this drama, I do I do,.. 

Wednesday, April 20, 2016

Drama 19 - Selera Pribadi (Personal Taste) ***

Karena Lee Min Ho sangat populer, baiklah setelah nonton The Heirs, saya coba nikmati drama lain dengan pemeran utama Mr. Lee Min Ho. Judul dramanya adalah Personal Taste. Bukan masalah selera makan, tetapi masalah selera berpasangan. Apakah jeruk dengan jeruk? Ataukah jeruk dengan apel? Drama ini mencoba mengangkat tema tentang gay dan arsitektur. Walau pada akhirnya saya pikir drama ini gagal mengangkat sesuatu. Apakah itu simpati terhadap kaum gay. Ataukah kemahiran para arsitek dalam mendesign bangun serta tata ruang. Semuanya terasa mengambang di awang-awang dan agak dibuat-buat. Kisah cinta para pemeran utama juga adem ayem. Setelah saling mengamati sekian lama, akhirnya keduanya saling jatuh cinta. Titik. Begitu saja. Love you! Yang pasti para penggemar Lee Min Ho akan tetap berteriak histeris, "Min Ho Oppa..saranghae..."

Jeon Jin Ho (Lee Min Ho) adalah pemimpin firma arsitektur yang sedang berkembang. Di masa lalu perusahaan ayahnya disabotase oleh orang kepercayaan keluarga mereka yaitu Mr. Han Yun Seop (Ahn Suk Hwan) dan putranya Han Chang Ryeol (Kim Ji Suk). Perusahaan itu kemudian menjadi milik keluarga Han. Keluarga Jin Ho bermusuhan dengan keluarga Chang Ryeol. Permusuhan ini terbawa hingga masa sekarang. Chang Ryeol yang berpacaran dengan Park Gae In (Son Ye Jin) mendadak memutuskan untuk menikah dengan perempuan lain. Pada hari H pernikahan Chang Ryeol, Gae In tersadar bahwa selama ini ia mencintai lelaki yang tidak menganggap ia eksis. Chang Ryeol berniat menikah tidak lain dan tidak bukan dengan sahabat Gae In sendiri yaitu Kim In Hee (Wang Ji Hye). Chang Ryeol bahkan memberi undangan pada satu hari sebelum dilangsungkannya acara. Batin Gae In terpukul. Sakitnya tuh, disini! Kekacauan menyebabkan pernikahan Chang Ryeol dan Kim In Hee pun berantakan. Lambat laun bahkan keduanya saling menjauh. Lagian siapa suruh nusuk dari belakang?

Jin Ho sangat berkonsentrasi pada pekerjaan dan perusahaannya. Niat Jin Ho adalah menggapai kembali masa kejayaan dulu yang dimiliki oleh keluarganya. Sebuah tender pembangunan gedung galeri skala raksasa tengah digelar. Penyelenggaranya adalah perusahaan milik ayah Choi Do Bin (Ryoo Seung Ryong). Mr. Choi adalah seorang pria matang yang mapan dan berwibawa, direktur dari sebuah galeri seni. Jin Ho dan firmanya sangat berhasrat memenangkan tender tersebut, demikian pula perusahaan milik Chang Ryeol dan ayahnya. Salah seorang anak buah Jin Ho kemudian mendapat masukan bahwa gedung galeri yang hendak dibangun nantinya akan mengusung tema dan desain mirip dengan rumah keluarga arsitek Park Chul Han. Park Chul Han adalah arsitek handal yang menjadi icon di Korea. Arsitek Park lebih sering berada di Inggris bekerja sebagai dosen di sana. Rumah keluarga di Seoul hanya ditinggali oleh putri semata wayangnya yang tak lain adalah Park Gae In. Rumah itu disebut sebagai Sanggojae.

Dengan keinginan menggebu untuk memenangkan tender, Jeon Jin Ho nekad indekost di Sanggojae. Niatnya adalah mencari tahu rahasia atau keistimewaan rumah tersebut, yang mana konsep pembangunannya nanti juga akan digunakan sebagai konsep galeri raksasa yang sedang dibuka tendernya itu. Karena kesalahpahaman, Gae In menyangka Jin Ho sebagai pria gay. Dan demi untuk dapat menetap di Sanggojae, Jin Ho membiarkan Gae In menyangka dirinya adalah gay. Kebersamaan menimbulkan rasa cinta di hati Gae In pada Jin Ho. Walaupun sepengetahuannya Jin Ho adalah pria gay, ia tetap tertarik dan selalu membela/menolong Jin Ho dalam berbagai situasi. Demikian pula ketika Chang Ryeol mencoba lagi mendekati dirinya, Gae In tetap memilih untuk mencintai Jin Ho. Di sisi lain, pria gay yang sesungguhnya ternyata adalah direktur Choi Da Bin. Pria berwibawa ini diam-diam naksir Jin Ho dan siap sedia menolong agar Jin Ho mampu memenangkan tender. Lalu kenyataan terbuka bahwa Jin Ho adalah pria straight yang juga mencintai Gae In dan menolak dengan sopan perhatian Mr. Choi pada dirinya.

Diwarnai dengan banyak adegan flashback (mengenang masa lalu) yang diiringi lagu-lagu sendu, drama ini membuat saya rajin memencet tombol skipping/ forward. Lah, ngapain? Melihat adegan kilas kenangan masa lalu diulang-ulang tiap episode? Chemistry antara Park Gae In dan Jeon Jin Ho juga terasa sangat 'memaksa' dan tertatih-tatih dalam bercinta. Mana ekspresinya? Jin Ho terjebak dalam karakter pria straight yang disangka gay. Ia ingin balas mencintai Gae In namun tidak dapat menunjukkan perasaan karena ia sedang dalam penyamaran sebagai pria gay. Lalu rumor bahwa Jeon Jin Ho adalah gay bermunculan disana sini. Membuat ibunya sangsi, teman-temannya sangsi, gadis lain pun sangsi (tak seorangpun menyadari sesuatu?). Lalu hal apa yang menyebabkan Gae In menarik bagi Jin Ho selain dari teman serumah? Rasanya kurang digali dan dijelaskan. Kenapa gituh? However rumah Sanggojae adalah rumah tradisional Korea yang cantik dan unik untuk dinikmati. Selain dari rumahnya, yang lain biasa-biasa saja. Plot tidak istimewa dan cenderung mengada-ada. Namun untuk Lee Min Ho yang handsome selalu ada perkecualian, "Min Ho Oppa..saranghae..."

Drama 18 - Bergembiralah ! (Cheer-Up!) ***

Drama ini serupa namun tak sama dengan CITT (Cheese In The Trap). Udah sumpah-sumpah males nonton drama anak SMA, eh akhirnya nonton Cheer-Up! Atau judul lain adalah Sassy Go Go! hingga tamat. Makanya jangan sembarangan bersumpah. Dibilang jelek enggak juga. Mungkin karena beda generasi, saya menikmati drama Cheer Up ini dengan baik namun bukan sesuatu yang akan masuk kenangan top ten drama kesayangan. Sebagai perbandingan dengan CITT, aktor Kim Ji Seok yang usianya sebaya dengan aktor Park Hae Jin memerankan tokoh guru/faculty. Berbeda dengan situasi CITT dimana aktor Park Hae Jin (yang sebenarnya berusia diatas 30 tahun) dicasting berperan menjadi anak kuliah, menjadikan CITT tontonan yang timpang. 

Kang Yeon Doo (Jung Eun-Ji) adalah gadis yang sering menempati ranking 10 besar dari bawah dalam urutan 200 anak di sekolah. Nilai-nilainya jauh dari memuaskan. Ia dan kawan-kawannya aktif dalam club dance yang disebut real king. Sementara itu Kim Yeol (Lee Won Keun) adalah ketua kelompok study Baek Ho di sekolah tersebut. Kelompok Baek Ho yang elite terdiri dari anak-anak ranking teratas. Sebaliknya kelompok real king yang jago dance terdiri dari anak-anak kelompok ranking terbawah. Sevit School tempat mereka bersekolah adalah sekolah favorit yang mengagungkan otak cemerlang. Kecerdasan menjadi sesuatu yang dikejar. Para orang tua lebih ambisius daripada anak-anaknya. Melakukan segala cara agar mereka terus-menerus belajar dan mendapatkan nilai terbaik di sekolah. Khususnya para orang tua dari kelompok Baek Ho. 

Kim Yeol & Kang Yeon Do
Tentu saja kedua kelompok ini berseberangan. Saling bermusuhan. Kelompok real king dipojokkan karena kepala sekolah Choi Khung Ran (Park Hae Mi) tidak menyukai group dance. Dalam suatu insiden diputuskan bahwa kelompok real king harus bergabung dengan kelompok Baek Ho dan mengikuti lomba cheer-leading antar sekolah. Sifat kedua kelompok yang tadinya berlawanan mulai menyatu. Anak-anak yang hanya melulu belajar textbook mulai belajar bergaul dan menari. Sementara anak-anak yang kemampuan akademiknya masih tertinggal juga dibimbing oleh mereka yang pandai dari kelompok Baek Ho. Yeon Do dan ketua Baek Ho yaitu Kim Yeol akhirnya menjalin hubungan cinta. 

Karakter antagonis diperankan oleh Chae Soo Bin sebagai Kwon Soo Ah. Di sekolah ia hanya menempati ranking kedua dikarenakan Kim Yeol yang cerdas dan rajin belajar selalu mengunggulinya. Padahal ibunda Kwon Soo Ah sangatlah ambisius, bahkan menyewa jasa konsultan pendidikan untuk mengarahkan masa depan putrinya dengan tujuan menembus sekolah bergengsi di Amerika seperti Ivy League dan Harvard. Karakter menarik lain diperankan oleh Ji Soo sebagai Seo Ha Joon. Pemuda ini adalah sahabat Kim Yeol dan selalu masuk dalam ranking lima besar di sekolah. Begitupun ayahnya sering menghajar Ha Joon, dikarenakan sang ayah tidak puas. Menurutnya Ha Joon dapat memperoleh ranking yang lebih baik. Demikian pula dengan ibunda Kwon Soo Ah yang tidak puas jika putrinya hanya menempati ranking dua disekolah. kedua anak ini memiliki beban teramat berat dalam masa-masa sekolahnya. 

Drama Cheer-Up! menggambarkan betapa mengerikannya tingkah laku para orang tua yang sangat berambisi menggapai masa depan gemilang bagi anak-anaknya. Tolok ukur adalah pencapaian nilai akademik dan prestasi pelajaran sekolah semata. Banyak anak-anak yang diforsir, dipaksa belajar dan diberi patokan bahwa sukses adalah menempati ranking sepuluh besar di sekolah. Seo Ha Joon menjadi pribadi yang rentan dan penuh kemarahan karena sering dihajar ayahnya. Beberapa kali ia berniat bunuh diri. Kwon So Ah juga menjadi gadis yang sangat serius, ambisius, menghalalkan segala cara demi meraih ranking satu. Jika depresi diam-diam So Ah merokok. So Ah juga sering dihantui kenangan sahabatnya semasa SMP yang bunuh diri karena depresi dengan target akademik. Ibunda So Ah dengan keji berkomentar, "Sahabat kamu terkenal karena dia adalah anak ranking satu yang bunuh diri di sekolahnya. Kalau dia hanya ranking dua, tidak ada orang yang akan perduli apalagi membicarakan kasus kematiannya,.." 

Ibunda Yeon Do (Kim Yeo Jin) adalah wanita yang bijaksana. Tidak pernah ada paksaan dari dirinya agar putrinya berprestasi di sekolah. Sekalipun putrinya menekuni kegiatan dance, ia tetap mendukung. Dukungan dan kasih sayang ibu itulah membuat Yeon Do menjadi gadis yang berkepribadian baik, stabil dan selalu berusaha menolong teman-temannya. Demikian pula ayah Kim Yeol (Choi Duk Moon) juga adalah seorang ayah yang banyak mengalah pada putranya. Kim Yeol yang menyimpan amarah karena perceraian kedua orang tua berhasil tumbuh menjadi anak pintar yang bertanggung-jawab tanpa paksaan orang-tua (dari sononya begitu!). Selain cerdas, ia memiliki kemampuan analitik, problem solving dan selalu melindungi sahabatnya Seo Ha Joon. Diam-diam Ha Joon turut pula jatuh hati pada Yeon Do, kekasih Yeol. Namun Yeol dapat memaklumi dan bersikap bijaksana. Hal ini juga tidak merusak persahabatan mereka. 

Drama ditutup dengan rencana pernikahan ibu Yeon Do dan ayah Kim Yeol, kebetulan keduanya sudah lama saling mengenal dan menjalin kasih. Awalnya Kim Yeol tidak setuju karena hal itu akan mengakibatkan ia dan Yeon Do menjadi kakak-beradik (sibling) padahal dalam kenyataannya mereka juga menjalin cerita cinta. Namun akhirnya Yeol mengalah dan memberikan restu. Kwon Soo Ah menjadi anak yang lebih relax, santai dalam menggapai prestasi. Ia menyadari gadis seusianya tetap butuh waktu untuk bergembira, bersosialisasi dan berkencan. Ia mulai dekat dengan pebasket Ha Dong Jae (Cha Hak Yeon) yang tak lain adalah sahabat sejak masa kecil Yeon Do. Karakter guru homeroom Yang Tae Bum (Kim Ji Suk) dan guru senam cheer-leading Nam Jung A (Lee Mi Do) juga menjadi karakter guru-guru yang layak dijadikan panutan. Guru yang membimbing siswa-siswanya dengan kasih sayang dan pendidikan budi pekerti. Serial drama yang sangat baik untuk ditonton anak-anak SMA dan para orang-tua yang terlalu berambisi. Cheers!

Monday, April 18, 2016

Sederhananya Menjadi Remaja

Akun skype putri saya tak sengaja terbuka di laptop. Sebenarnya saya bukan jenis ibu atau istri yang 'kepo'. Tipikal wanita yang mengecek semua kegiatan putri atau suami saya. I let them free, be their selves. Biarkan saja mereka menjadi dirinya sendiri. Mau punya teman sekampung. Punya teman lelaki/perempuan atau setengah lelaki/setengah perempuan, silahkan! Mau punya acara apapun. Terserah! Yang penting tidak melewati batas mereka sebagai anak dan suami. Setiap individu punya hak untuk mengekspresikan diri, bukankah begitu? Trust menjadi bagian penting dalam berkeluarga.

Tapi karena akunnya terbuka. Saya jadi iseng-iseng kepo melihat daftar kontak putri saya. Nama-nama yang tertera adalah nama-nama yang sudah tidak asing. Nama-nama yang saya kenal sejak mereka masih bersama-sama duduk di kelas 1 SD, sekarang semuanya sudah kelas 3 SMP. Setiap nama mencantumkan status/statement. Ini sama seperti akun sosial media lainnya. Sudah jamak pada jaman sekarang bahwa manusia gemar mengumumkan pada dunia. Apa yang sedang terjadi pada dirinya. Apa yang sedang dirasakannya. Sah saja! Bahkan suami yang sudah lewat setengah abad pun masih hobby memasang status ABCDE. Terkadang saya heran, tapi kemudian maklum karena beliau baru mainan FB beberapa tahun belakangan (cape deh, toloong!). 

Saya lalu amati status-status itu dan tertawa sendiri. Karena pure and honest. Penuh kemurnian dan kejujuran masa remaja. Yang tertulis adalah apa yang menjadi maklumat dalam hidup mereka. Yang sedang jatuh cinta paling mudah ditelusuri. Status jatuh cinta menjadi sesuatu yang sangat populer untuk diumumkan pada dunia. Yang jengkel karena diejek teman-temannya juga mengumumkan kedongkolan pada dunia. Yang sering didikte dan diomeli oleh orang-tua juga memasang pertanda pada statusnya. Berbagai emoticon dalam bentuk tulisan mulai membuat sketsa jati diri. Siapa saya?

Dan berikut inilah status-status mereka. Melia : If I could fly, I'd be coming home to you. Axel : When a boy fall in love with a girl, they sometimes lie. Why? Because he doesn't want the girl to be sad about reality. Rezky: Aku gendut dan aku tahu itu,.. Status putri saya diluar dugaan bagaikan status Pegawai Negeri Sipil yang bertanggung-jawab (tapi saya tidak tertipu! anak ini suka ngeles, licin bagaikan ular air, hihihi,..) : hanja oentoek mengerdjakan toegas sekolah,.. Jika saya menjadi remaja lagi, saya akan membuat status : hopes my dreams comes true,... Karena apa yang kita impikan semasa remaja seringkali akan sangat jauh berbeda kenyataannya saat kita menjadi dewasa. Segala sesuatu tidak sesederhana itu,...  However harus selalu bersyukur. Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta tetapi apa yang kita patut peroleh. Sederhananya menjadi remaja! Pasang status yuk: I know I can do it!...

Drama 17 - Martabat Lelaki (Gentleman's Dignity) *****

Dirilis 2012 oleh SBS (Seoul Broadcasting System; Stasiun TV Korea) serial drama ini tetap berkualitas untuk ditonton pada hari ini. Setiap episode-nya dibuka dengan adegan-adegan lucu yang merupakan sindiran tentang tingkah lelaki. Apakah mereka berusia 20-an atau 40-an ternyata jika para lelaki berkumpul bersama kelompoknya tingkah mereka tetap tidak berubah. Kekanakan. Empat pemeran utama pria estewe berhasil menghidupkan drama ini dari awal hingga berakhir pada episode 16. Walaupun saya kurang cocok dengan akting percintaan Jang Dong Gun dan Kim Ha-Neul (pemeran utama pria dan wanita -- c'mon you can do better guys!) yang menurut saya agak kaku, tetap saja drama ini tidak boleh dilewatkan. Para pemeran pendukung bermain prima!

Jung Rok, Do Jin, Tae San & Choi Yoon (foto:viki)
Adalah empat lelaki yang bersahabat sejak masa sekolah dulu hingga kini. Sekarang, keempatnya berusia 41 tahun. Dihitung-hitung persahabatan mereka berlangsung selama dua puluh tahun. Im Tae San (Kim Su-Ro) dan Kim Do-Jin (Jang Dong Gun) berdua bahu-membahu mengelola firma arsitektur yang sukses. Pada usia 40-an mereka telah menjadi lelaki yang sesungguhnya dengan memiliki usaha sendiri. Choi Yoon (Kim Min Jong) adalah pengacara yang juga memiliki firma hukum sendiri dan berafiliasi dengan sahabat-sahabatnya Tae San dan Do-Jin. Semua legalitas perusahaan arsitektur di-handle oleh pengacara Choi. Sementara itu Lee Jung Rok (Lee Jong Hyuk) adalah satu-satunya pria yang menikah dari keempat sahabat itu. Istrinya bernama Park Min Sook (Kim Jung Nan) berusia lebih tua namun cantik jelita dan berharta banyak. Sehari-hari Jung Rok mengelola Coffee-Shop atas modal istrinya. Namun diam-diam tanpa sepengetahuan sang istri Jung Rok juga memiliki bar dan lounge. Keempat pria sering berkumpul dan mengobrol di Coffee  Shop maupun Bar milik Jung Rok. 

Plot dibuat menarik dan lucu. Do-Jin adalah pria yang paling tampan dan cool dari keempatnya. Tae San seorang yang spontan, macho dan emosional. Choi Yoon disebut-sebut sebagai yang paling pintar dan bijaksana. Sementara Jung Rok adalah lelaki buaya yang tak segan-segan memburu wanita manapun yang menurutnya menarik. Hubungan suami-istri antara Jung Rok dan Min Sook sangatlah dinamis diwarnai tuduhan-tuduhan selingkuh dan pembelaan diri mati-matian alias ngeles. Hampir empat puluh kali selama kehidupan pernikahannya Min Sook mengancam minta cerai. Setiap kali itu pula ketiga sahabatnya yang lain langsung membela Jung Rok, mencoba menutupi boroknya dan meminta maaf pada Min Sook. Pasalnya Min Sook yang kaya raya memiliki gedung-gedung perkantoran. Salah satunya adalah gedung yang disewakan di bawah harga pasar bagi kepentingan firma arsitek dan firma hukum milik ketiga sahabat Jung Rok itu.

Choi Yoon dan Tae San aktif dalam perkumpulan baseball. Mereka berteman baik dengan seorang guru SMU jelita bernama Seo Yi-Soo (Kim Ha Neul) yang juga tergabung dalam group baseball mereka. Diam-diam Yi-Soo naksir berat pada Tae San. Pada hari ulang tahun Tae San ia bermaksud memberikan sebuah kado. Pahitnya pada hari hari itu Tae San menilpon Yi Soo dan menyatakan maksud ingin berkencan dengan sahabat serumah Yi Soo (teman kost) yang adalah pe-golf profesional Hong Se Ra (Yoon Se Ah). Se Ra sangatlah cantik, seksi dan mudah bergaul dengan para pria. Pergi ke bar dan berkumpul bersama mereka tanpa rasa canggung. Entah mengapa Tae San sama sekali tidak pernah mempertimbangkan Yi Soo yang lembut dan alim. Justru ia jatuh cinta pada Se Ra yang bergaya hidup bebas dan bikin pusing kepala. Yi Soo akhirnya menyimpan rasa itu sendiri. 

Ketika sedang berada di Coffee-Shop, Do-Jin melihat seorang wanita cantik berteduh dari hujan di depan cafe. Pikirannya melayang dan seketika ia merasa tertarik pada wanita itu. Namun mendadak wanita itu pergi dan ia tidak pernah lagi melihatnya. Di lain kesempatan ketika sedang berjalan-jalan di kaki lima, tas Do-Jin menyangkut pada rok seorang perempuan yang mengenakan gaun rajut berbahan wool. Otomatis benangnya tertarik dan membuat gaun wool itu rusak hingga pakaian dalam sang wanita terlihat. Do Jin kemudian membantu wanita itu dan membeli secarik kain untuk dikenakan sebagai penutup gaun. Ketika Do Jin ingin bertanya tentang identitasnya, wanita itu lagi-lagi mendadak menghilang dengan menumpang taksi. Tanpa ia sadari wanita itu adalah Yi Soo yang merupakan kenalan dari Tae San dan Choi Yoon.

 Collin,--Min Sook,--Yi Soo--Se Ra--Maeri
Dalam kesempatan berikutnya Do-Jin berhasil mengenal Yi Soo dan segera menyadari bahwa Yi Soo jatuh cinta pada Tae San. Do Jin juga memiliki gaya hidup bebas. Ia berkencan dengan banyak wanita tanpa keinginan untuk terikat. Awalnya Do Jin ingin menjadikan Yi Soo sebagai salah satu perempuan koleksinya. Namun sifat Yi Soo tidaklah demikian mudah untuk jatuh hati pada Do Jin, apalagi ia menyimpan perasaan kuat pada Tae San. Untuk menutupi cinta yang bertepuk sebelah tangan, Yi Soo seringkali menggunakan Do-Jin sebagai tameng. Diakuinya kepada Tae San dan Se Ra bahwa ia menyukai Do Jin. Dalam berbagai kesempatan ia menipu teman-temannya yang lain dengan menyatakan Do Jin adalah pujaan hatinya. Awalnya Do Jin masih bersedia membantu Yi Soo namun lama-kelamaan ia menjadi muak dan marah besar. Do Jin lalu mengancam Yi Soo untuk melupakan dirinya dan jangan pernah pula bertemu apalagi berteman lagi. Saat itulah Yi Soo menyadari bahwa hatinya telah berubah. Dengan sifat yang tidak mudah menetapkan rasa hati pada perempuan, Do Jin ternyata serius dan banyak berkorban bagi Yi Soo. Setelah menangisi kebodohannya Yi Soo lalu berusaha mengambil hati Do Jin kembali. Situasi berubah 180 derajad. Yang tadinya dikejar-kejar sekarang mengejar-ngejar. Ups!

Plot cantik lainnya adalah bagaimana Im Tae San berusaha menundukkan Se Ra yang berlaku sedikit liar dengan para pria di sekelilingnya. Se Ra akhirnya sadar bahwa Tae San adalah lelaki utama tambatan hatinya dan ia tidak lagi berani macam-macam. Sementara itu Tae San juga memiliki seorang adik perempuan bernama Im Maeri, berusia 24 tahun. Gadis ini sejak masih kecil jatuh cinta pada Choi Yoon. Padahal ada gap perbedaan usia 17 tahun diantara mereka (nyambung gitu?). Choi Yoon sendiri sudah empat tahun menduda sejak istrinya wafat. Sesungguhnya ia juga mencintai Maeri namun tidak berani melangkah lebih lanjut karena Tae San tidak merestui hubungan mereka. Tae San mengancam tidak mau mengenal keduanya lagi jika mereka menjalin kasih. Sekalipun bersahabat baik Tae San tidak sudi satu-satunya adik perempuan yang masih sangat belia berhubungan dengan Choi Yoon yang adalah duda berusia 41 tahun. Setiap saat Maeri mencucurkan air mata berusaha merubah pendirian Tae San dan Choi Yoon, namun keduanya kokoh bertahan. 

Kisah semakin seru ketika akhirnya Do Jin dan Yi Soo menjalin hubungan tiba-tiba terbuka sebuah fakta bahwa Do Jin memiliki anak remaja berusia 19 tahun. Di usia 22 tahun ternyata Do Jin pernah menghamili seorang wanita tanpa ia sadari. Wanita itu lari ke luar negeri dan memiliki kehidupan baru di sana. Sang anak yang penasaran kemudian datang dari Jepang dan mencari tahu siapa sesungguhnya ayahnya. Tentu saja semua orang terhenyak kaget. Namun tak lama kemudian mereka menerima keberadaan Collin (Lee Jong Hyun) yang adalah putra Do Jin. Bahkan Collin menjadi murid di sekolah tempat Yi Soo mengajar. Ending berakhir manis bagi semua tokoh. Choi Yoon menikahi Im Maeri yang belia. Se Ra mengandung anak dari Im Tae San. Do Jin juga melamar Yi Soo di hadapan semua sahabat-sahabat dan putranya. 

Banyak dialog menarik dan 'bernas' dalam film ini. Diantaranya ketika mengobrol dan Yoon bertanya, "Tae San, seandainya saat itu kamu yang menghamili ibunya Collin dan ia minta pertanggungjawaban apakah kamu akan bersedia?" Tae San menjawab tegas dan spontan, "Tentu saja, aku akan bertanggung-jawab!" Yoon lalu berkata, "Kamu berkata demikian karena kini usiamu empat puluh satu tahun. Namun jika saat ini usiamu dua puluh dua tahun dan sedang kuliah, aku tidak yakin kamu akan menjawab setegas ini. Pasti kamu akan panik dan kebingungan,..." Tae San mengangguk, "Benar juga..." Akting Kim Su Ro sebagai Im Tae San dan Lee Jong Hyuk sebagai Lee Jung Rok keren abis! Kocak, seru dan memikat. Menjadikan serial drama ini kian berbeda warna. Pertanyaannya : mungkinkah martabat lelaki baru muncul setelah berusia 40 tahun? Telat gak tuh..?

Thursday, April 14, 2016

Drama 16 - Pewaris Tahta (The Heirs) ***

Nonton drama ini udah lama banget. Kayaknya tahun lalu. Bahkan drama ini sepertinya drama Korea pertama yang saya tonton. Saking nggak pernah nonton drama Korea sebelumnya, pertama kali nonton The Heirs terpesona. Sepertinya bagus banget! Setelah banyak drama Korea berikutnya yang saya tonton baru ngeh, terasakan. Bagus. Tapi nggak banget! Pemeran utama adalah Lee Min Ho. Number one Korean actor, yang fotonya segede gaban sebagai bintang iklan sebuah produk kopi (enak juga kopinya!) dipasang di tepi jalan tol Kebun Jeruk menuju Tangerang (saat ini). Gak percaya? Sok atuh menuju ke tekape,..

Lee Min Ho adalah aktor yang relatif muda usia, dibawah 30 tahun. Sangat populer dikarenakan menjadi pemeran utama Boys Over Flowers (versi Korea). Yang versi aslinya di Jepang adalah Hana Yori Dango (manga) dan versi Taiwan jadoel-nya (jaman saya masih muda bahuela; dirilis th 2001) adalah "Meteor Garden." Tentu saja saya sudah merasa sangat cukup dan muntah luber menjadi fans berat Jerry Yan (Dao Ming Shi), Ken Chu (Xi Men), Vaness Wu (Mei Zhuo), Vic Chou (Hua Ze Lei) dan Barbie Hsu (San Chai) di tahun 2001 itu. Dibuat versi apapun bertahun kemudian serial Hana Yori Dango selalu mereguk sukses. Siapa saja yang dikutuk menjadi pemeran utamanya (Jerry Yan dan Lee Min Ho), popularitasnya bakal melejit bertahan selama bertahun-tahun. Of course Boys Over Flowers saya belum nonton. Dikarenakan khawatir termehe-mehe lagi mengenang episode Meteor Garden yang telah berlalu 15 tahun silam. Ketika yang judulnya ngefans aktor sampai gitu-gitu banget! He-he-he,...

However, saya kurang cocok dengan akting Lee Min Ho. The Heirs ceritanya rada aneh menurut saya. Ada dua pemuda pewaris perusahaan konglomerasi yaitu Kim Won (Choi Jin Hyuk) dan Kim Tan (Lee Min Ho). Kim Won adalah anak dari almarhum istri sah sang konglomerat. Ayah Kim Won menikah lagi dengan seorang wanita tapi tidak memiliki anak. Lalu ayahnya memiliki wanita simpanan/mistress yaitu ibunda Kim Tan. Jadi kedua anak ini berbeda ibu namun diasuh, di-register (terdaftar) secara hukum sebagai anak dari istri sah ayahnya yang sesungguhnya tidak pernah melahirkan seorang anakpun. Gak heran ibu ini (istri sah ayah Kim Tan dan Kim Won) kelakuannya aneh dan kadang stress. Sering pula ia menyerang si mistress (ibu Kim Tan). Sampai disini kisah kian rumit. Terjadi persaingan juga karena si sulung Kim Won takut hak waris perusahaan diserahkan pada Kim Tan. Padahal Kim Tan sangat kagum dan memuja kakaknya (aneh pisan!). 

Kim Tan bersekolah di sekolah khusus 'anak tajir.' Agak bingung karena sebelumnya Kim Tan juga bersekolah di Amerika. Jadi sebenarnya duduk di bangku SMA berapa tahun? Lucu dan aneh. Namun entahlah, barangkali nyata? Semua siswa di sekolah tersebut adalah The Heirs atau pewaris tahta perusahaan-perusahaan besar/ternama di Korea. Bahkan Kim Tan juga sudah bertunangan dengan Rachel Yoo (Kim Ji Won) yaitu putri pewaris perusahaan fashion ternama di Korea. Dalam perjalanan cerita, Kim Tan berjumpa gadis yang nasibnya memelas. Gadis itu adalah Cha Eun Sang (Park Sin Hye). Tambah memelas lagi karena ternyata Eun Sang adalah anak ART atau asisten rumah tangga di kediaman Kim Tan. Ibunda Eun Sang yang bisu adalah pelayan utama Madam Han Ki Ae (Kim Sun Ryung) yang tak lain adalah mistress-nya ayah Kim Tan. Percintaan pangeran dan gadis dusun tentu saja menghadapi banyak aral melintang. Kesibukan perebutan menguasai saham terjadi pada ending cerita. Tak lupa dipertontonkan acara bullying di sekolah 'anak tajir'. Kim Tan selalu bersitegang dengan Choi Young Do (Kim Woo Bin) yang tak lain adalah sahabat masa kecilnya. Keduanya juga memperebutkan cinta Eun Sang. Padahal menurut saya karakter Eun Sang dan Young Do nggak cocok banget untuk menimbulkan chemistry. 

foto : viki
Ceritanya agak simpang siur. Tapi cukup bisa dinikmati. Sebagai sepasang kekasih, chemistry antara Kim Tan dan Cha Eun Sang rasanya juga adem ayem saja tuh! Namun kedua aktor dan aktris mendapat penghargaan sebagai pasangan idola dalam drama. Bagi saya yang menarik justru adalah akting Kim Mi Kyung sebagai Park Hee Nam alias ibunda Eun Sang yang bisu. Komunikasi dengan bahasa isyarat tangan maupun tulisan pada notes memberikan visual memelas, haru sekaligus lucu. Pasalnya ibunda Eun Sang ini tipe asisten rumah tangga yang cuek dan tak takut apapun. Yang penting bekerja dengan baik. Dimarahi seperti apapun oleh Madam Han Ki Ae ia selalu sabar dan cuek. Hal ini lama-kelamaan menimbulkan ketergantungan ibunda Kim Tan pada ibunda Eun Sang. Yang awalnya menentang percintaan putranya dengan putri pelayannya, lama-kelamaan Madam Han dapat menerima. Barangkali juga menarik diangkat percintaan Esther Lee (ibunda Rachel Yoo) dengan Yoon Jae Ho (Choi Won Young), tangan kanan di perusahaan ayah Kim Tan. The Heirs menghibur walau rada mumet jalan ceritanya. Almost impossible. Tapi sudahlah tonton saja. Demi Lee Min Ho, number one Korean actor.

Thursday, April 7, 2016

Drama 15 - Kontrak Pernikahan (Marriage Contract) *****

foto:dramafever
Untuk pertama kali saya menuliskan K-Drama yang sedang hangat-hangatnya. Drama 'marriage contract' ini dirilis 3 Maret 2016 dan akan berakhir kira-kira pada penghujung April. Total 16 episode dan saat ini sudah ditayangkan hingga 10 episode. Awalnya iseng. Gara-gara bintang prianya, Lee Seo Jin, mirip banget dengan teman SMP/SMA saya. Miripnya komplit dengan lesung pipi yang sama. Ach! Alasan yang sangat lebay untuk nonton drama Korea! Tapi saya tidak menyesal mengikuti drama ini. Akting para pemerannya memikat. Ceritanya bermakna indah dan romantis. Teringat semasa SD. Ketika pertama kali berlangganan majalah Bobo, setiap minggu tidak sabar menantikan kiriman majalah yang datang pada hari Kamis. Seperti itulah rasa tak sabar saya menantikan episode selanjutnya dari 'marriage contract.'

Han Ji Hoon (Lee Seo Jin) adalah bungsu dari dua bersaudara. Jamak seperti kisah lain K-Drama, Ji Hoon putra dari keluarga kaya-raya dan kurang memiliki rasa tanggung-jawab. Bagi wanita Korea adalah 'kartu mati' jika ia memilih menjadi istri kedua atau istri simpanan/mistress. Korea menetapkan setiap warganya memiliki nomor induk. Semacam nomor jaminan sosial. Ketika seseorang berkeluarga harus jelas tercatat (registered) nama suami, istri dan anak-anak yang sah. Maka nama istri kedua serta anak-anak yang dilahirkan diluar pernikahan sah menjadi tidak jelas kedudukannya. Biasanya anak-anak dari istri kedua akan dicatatkan sebagai anak dari istri pertama/istri sah. Sedangkan nasib si ibu yang menjadi simpanan/mistress terpaksa pasrah pada nasib saja. Hak-haknya tidak ada dan tidak pula terlindungi secara hukum.

Uee & Lee Seo Jin (foto viki)
Ji Hoon bukanlah anak kandung istri sah dalam keluarga itu. Ayahnya yang bernama Han Seong Gook (Kim Yong Geon) memiliki wanita simpanan, dari hubungan itu Ji Hoon lahir. Sejak kecil Ji Hoon dipisahkan dari ibu kandungnya dan diasuh oleh istri sah ayahnya bersama anak pertama mereka, Han Jeong Hoon (Kim Young Pil). Sepintas mereka berempat tampak bagaikan keluarga bahagia. Sepasang pasutri di usia jelang senja dengan dua anak pria yang sudah berangkat dewasa. Jeong Hoon si sulung, sesungguhnya pernah menikah namun istrinya kabur. Kini ia bertunangan dengan Seo Na Yoon (Kim Yoo Ri), gadis pemain harpa, yang keluarganya merupakan partner usaha Han Seong Gook. Tanpa disadari, Na Yoon ternyata pernah berpacaran dengan Ji Hoon ketika sama-sama kuliah di Amerika. Na Yoon mencintai Ji Hoon, namun Ji Hoon mengabaikan cinta itu dan tidak pernah sungguh-sungguh menyukai Na Yoon. Tentu saja ketika fakta ini terbuka Jeong Hoon terluka harga dirinya.

foto Hancinema
Sementara itu di masa tuanya Oh Mi Ran (Lee Hwi Hyang), ibu kandung Ji Hoon mengalami depresi. Ia menyesali keadaan diri yang menghabiskan masa muda dengan mencintai pria beristri yaitu ayah Ji Hoon. Sekarang Mi Ran tidak punya siapa-siapa. Tidak punya suami. Tidak pula punya anak karena Ji Hoon tinggal bersama ayahnya dan tercatat sebagai keluarga mereka yang sah. Walaupun demikian Ji Hoon selalu memonitor dan menengok ibu kandungnya secara berkala. Oh Mi Ran kini terdeteksi sakit liver dan harus mendapatkan donor agar segera sembuh. Kang Hye Soo (Uee) yang adalah single mom dari Cha Eun Seong (Shin Rin Ah) sekaligus asistant chef di Resto milik Ji Hoon mendengar kebutuhan mendesak untuk donor. Ia segera menawarkan diri. Apalagi Ji Hoon menjanjikan imbalan pembayaran yang menggiurkan.

Hidup Hye Soo sangatlah menderita. Suaminya meninggal ketika Eun Seong masih dalam kandungan. Sejak itu ia pontang-panting bekerja dan mengasuh Eun Seong seorang diri. Ji Hoon dan Hye Soo lalu membuat 'kontrak pernikahan.' Mereka berpura-pura menikah. Hanya diatas kertas. Agar Hye Soo dapat menjadi donor bagi Mi Ran secara sah, dengan dalih : 'donor sang pasien adalah anak menantu'-nya. Mereka bahkan berlatih menjadi sebuah keluarga agar tidak dicurigai oleh dinas sosial/pemerintah. Ada ancaman pidana bagi mereka yang menjual organ tubuhnya kepada orang lain. Dalam kontrak pernikahan ini Ji Hoon lalu mencoba beradaptasi dengan kehidupan Hye Soo. Ji Hoon yang seumur hidupnya adalah pria lajang penikmat kemewahan dan serba nyaman, kini harus menghadapi Eun Seong. Gadis kecil berusia enam tahun yang mendadak jadi anak tirinya. Being a husband. Being a father. 

Eun Seong awalnya membenci Ji Hoon. Dianggapnya lelaki itu hendak mencuri perhatian sang ibu dari dirinya. Ji Hoon sendiri sakit kepala mengurusi anak kecil. Proses asimilasi pria lajang dengan janda beranak satu yang masih kecil digambarkan dengan sangat manis. Seorang anak ternyata berperan penting dalam kehidupan berpasangan dan menjadi orang-tua. Seperti ketika Eun Seong dijahili seorang anak lelaki di TK-nya. Anak ini dihadang oleh Ji Hoon dan diminta mengembalikan mainan yang direbutnya dari Eun Seong. Si anak lelaki bertanya, "Tapi Oom ini siapa yaaa..?" Lalu dengan lirih Eun Seong menjawab,.."Ooh,.. dia adalah Papa saya,.." Ji Hoon jadi tersenyum-senyum sendiri. Di lain waktu Eun Seong mengingatkan Ji Hoon, "Oom,...jangan mati dulu ya! Jangan seperti Papaku. Duluan berangkat ke surga nggak ngajak-ngajak,.." Kata-kata itu juga membuat Ji Hoon tertegun. Ji Hoon yang sama sekali tidak pernah terpikir untuk punya istri apalagi anak perlahan-lahan mulai menikmati 'keluarga kontrak'nya. Bahkan Oh Mi Ran juga senang bermain dengan 'cucu kontrak.'

foto ohk tv
Tentu saja tak lama kemudian Hye Soo dan Ji Hoon saling jatuh hati dengan jalinan cerita extra romantis pada episode 9. Diwarnai ketidaksetujuan ayah Ji Hoon yang terus mengancam agar Hye Soo si perempuan pengeretan segera diceraikan oleh Ji Hoon, Hye Soo hanya menahan segala hinaan. Tidak diketahui oleh semua pihak bahwa Hye Soo sebenarnya menderita tumor otak. Uang yang diperoleh Hye Soo dari Ji Hoon akan dipergunakan untuk pengobatan berkala di rumah sakit, sekaligus menjamin masa depan Eun Seong kelak jika dirinya tiada. Hidup Hye Soo melulu didedikasikan untuk kesejahteraan Eun Seong. Bagi Hye Soo mencintai Ji Hoon adalah kemewahan yang sulit ditanggung olehnya. Hye Soo kerap menangis, menyesali hidupnya yang terus bernasib malang. Sementara Ji Hoon justru sungguh-sungguh jatuh cinta padanya dan Eun Seong. 

Pemeran Ji Hoon dan pemeran Hye Soo yaitu Lee Seo Jin dan Uee berbeda usia 17 tahun. Aih buset! Entah apa rahasianya Lee Seo Jin bisa tetap terlihat ganteng di usia yang sudah pertengahan menuju ke angka 50? Apakah pake susuk? Apakah operasi plastik? Pekerjaan rumah yang berat bagi Uee ketika usianya belum lagi mencapai 30 tahun namun ia harus berperan sebagai single mom sekaligus adu akting dengan 'Oom Lee Seo Jin.' Awalnya saya meragukan akting Uee, namun pada episode-episode berikut saya justru angkat topi. Sama sekali tidak ada kesalahan dalam seni peran yang ditekuni Uee. Wajahnya senantiasa keruh, kerap menangis dalam diam dan terlihat tertekan. Benar-benar wajah seorang wanita muda yang putus asa menjalani hidup. Keindahan melodrama ini (sungguh mellow) adalah alurnya yang mengalun lembut, natural, bak Tarian Srimpi. Tak ada akting yang terlalu berlebihan. Segalanya berproses perlahan dan harmonis. Angkat jempol untuk pemeran nenek cantik Oh Mi Ran (Lee Hwi Hyang) dan gadis kecil yang cerdas Cha Eun Seong (Shin Rin Ah). Endingnya? Kita tunggu 6 episode lagi sembari menikmati soundtrack "Marriage Contract" yang menyayat hati, Hold On by Ji Soo. Semoga berbahagia,.

Kehidupan Kita Adalah DeRaMa

Even stay@home 'dasteran' dan menyeruput kopi terdengar sebagai gaya hidup yang sangat membosankan, saya tersentak saat menyadari (dalam keadaan dasteran dan menyeruput kopi) bahwa sesungguhnya kehidupan kita adalah de-ra-ma yang kita lakonkan sendiri. Benar tidak? Bagaimana pada suatu hari mungkin kita akan ngebathin dan bertanya-tanya dalam hati, "kenapaaaa... idup gue kayak gini?..." Mungkin bukan penyesalan. Mungkin bukan kesedihan. Mungkin bukan kemarahan. Mungkin murni sebagai sebuah pertanyaan kepada Tuhan, "Kenapa hidup saya seperti ini?" Dalam untung dan malang manusia diharapkan mampu melakukan balance. Terlalu happy? Jangan... Terlalu sendu? Jangan... Stay cool @whatever life is giving you...

Shin Eun Kyung (asianwiki)
Adalah seorang wanita cantik kenalan saya yang mirip dengan Shin Eun Kyung. Wanita dengan tiga putra-putri ini adalah senior saya. Kami memiliki hubungan pekerjaan. Sebut saja Mrs. Shin. Kala pertama kali berkenalan dengan Mrs. Shin, saya harus banyak membungkuk-bungkuk hormat layaknya para assistant/secretary dalam drama Korea. Pasalnya posisi saya adalah 'bawahan' dari Mrs. Shin. Sabdanya adalah hal yang saya takuti karena berpotensi menghancurkan hidup kami sekeluarga. Jadi teringat drama-drama Korea yang saya tonton ada kata-kata demikian, "Setinggi apapun harga diri kita, kita harus tahu saatnya membungkuk hormat dan bersikap rendah hati pada orang yang tepat!"

Mrs. Shin dengan rentang usia yang terpaut cukup jauh diatas usia saya, selalu terlihat jelita. Ramping dan terawat. Suaminya adalah pengusaha papan atas. Mrs. Shin memiliki segala yang diimpikan para wanita. Suami sukses, anak-anak yang bersekolah di LN, beberapa mobil pribadi dan berbagai investasi property. Sikapnya sedikit angkuh, ketus dan berkelas. Dalam hubungan pekerjaan ini suatu ketika saya 'kena damprat habis-habisan' oleh Mrs. Shin (honestly saya sering kena damprat orang, mungkin karena wajah saya 'terima dampratan'?). Sebenarnya saya marah dan benci. Saya merasa tidak melakukan kesalahan dalam pekerjaan tersebut. Mrs. Shin hanya merasa kesal dan melampiaskannya kepada saya. Emangnya saya bantalan karung tinju? Sebel saya kepadanya !

foto : rocketnews
Tetapi saya belajar bersikap rendah hati. SAYA YANG MEMINTA MAAF pada Mrs. Shin karena telah menyakiti hatinya. Namun dalam hati saya selalu ada rasa ketakutan dan segan. Saya tidak mau di-bully- lagi olehnya (ini seperti dalam drama Cheese In The Trap). Saya sedikit menghindar terhadap Mrs. Shin. Hubungan pekerjaan hanya dilakukan dengan jarak jauh tanpa saya merasa perlu banyak-banyak berinteraksi lagi dengannya. Saya hanya menjaga agar relasi tidak memburuk namun juga tidak terlalu baik. Saya sering merasa kecewa dengan orang lain ketika saya berbuat baik. Balasan yang saya terima bukanlah kebaikan namun lebih sering kekecewaan. Sebaik-baiknya manusia, kita bukanlah malaikat dalam kehidupan ini. Rasa jengkel, sakit hati dan benci selalu mewarnai. Minimal saya sudah mengerti cara untuk tidak terlalu terlibat namun juga tidak terlalu memusuhi seseorang. Singkatnya : Jaga Jarak. Jaga Jarak adalah sikap buruk yang saya pelihara dan sirami dengan tekun. Saya capek jikalau diharuskan meladeni emosi sejuta umat manusia. Nggak sanggup!

Mrs. Shin secara berkala menghubungi saya. Lagi-lagi dalam konteks pekerjaan. Dan saya mengiyakan berbagai perintahnya tanpa banyak membantah. Sepanjang saya tidak mengecewakan dirinya, saya berharap ia akan tetap berlaku baik terhadap saya dan keluarga. Saya tidak pernah menghubungi Mrs. Shin terlebih dahulu. Saya selalu menunggu dirinya yang berinisiatif. Hari ini Mrs. Shin menghubungi saya memberi instruksi tentang pekerjaan. Caranya halus, lembut dan sangat sopan. Manis. Dengan tenang Mrs. Shin memberitahukan kepada saya bahwa Mr. Shin telah meninggal dunia lima bulan yang silam. Dalam serangan jantung. Lalu dua bulan sebelumnya salah seorang putrinya terlibat kecelakaan jalan raya dan mereka diharuskan membayar berpuluh-puluh juta rupiah sebagai ganti rugi. Saya tercengang! Mrs. Shin adalah karakter arogan yang tak tergoyahkan dalam hidup saya! Ternyata ia juga bisa menanggung derita. Bahkan musibah mengubah sikapnya menjadi lebih sabar, rendah hati dan tabah. SAYA: merasa bersalah ! Selama ini saya diam-diam masih menyimpan dendam dan trauma terhadap Mrs. Shin. Tidak masalah jika Mrs. Shin kaya-raya berharta, tetapi sebagai salah satu bawahan setidaknya saya dapat bersikap lebih sopan, hangat dan menghibur dirinya dalam kedukaan. Karena saya tidak punya hal lain untuk ditawarkan. Bukankah demikian? Aih,..chinchaaaa...