Semasa kecil dan remaja, saya terbilang gadis yang tomboy. Atau demikianlah adanya saya merasakan diri sendiri. Saya tidak suka dan benci dengan segala sesuatu yang berbau kewanita-wanitaan. Saya benci menjahit. Saya tak suka menyetrika dan saya benci segala hal yang seakan-akan merupakan takdir wanita untuk melakukannya.
Akhir-akhir ini mungkin karena perubahan iklim dan cuaca, saya mulai melakukan sesuatu yang dahulu rasanya mustahil. Saya mulai menyukai bidang jahit-menjahit! Awalnya adalah salah seorang sahabat yang memperkenalkan pada saya tentang seni dan keindahan jahitan. Saya mulai mengagumi dan merasa tertantang untuk melakukannya.
Segala sesuatu yang berbau 'maskulin' sudah begitu sering saya lakukan. Saya lalu merasa 'kenyang'. Kenyang dan lelah akan segala sesuatu yang bersifat tak sabaran dan instant. Sekarang ini saya justru merasa tertantang untuk melakukan hal-hal yang berbau 'feminim' - segala yang mensyaratkan kesabaran dan kerapian. Saya merasa sudah cukup lama menjadi wanita yang kelaki-lakian. Perempuan yang emosional, mudah kesal dan marah tentang segala sesuatu.
Dalam melakukan jahit menjahit, saya belajar tentang kesabaran. Dimulai dengan belajar melakukan jahitan tusuk silang dan menghasilkan karya-karya yang membuat saya sendiri terkejut, karena tak percaya bahwa saya mampu melakukannya. Keyakinan saya makin kuat bahwa tidak ada yang tidak mampu, jika kita sungguh-sungguh berniat untuk melakukan sesuatu. Pasti bisa! Yang ada hanyalah orang yang tidak mau atau tidak tergerak. Mulut meneriakkan semangat namun kakinya tak beranjak.
Dari dunia jahit - menjahit saya seakan memperoleh inspirasi bahwa kesabaran adalah dasar atau inti dari hidup yang damai dan bahagia. Mengapa? Kesabaran adalah kemampuan tertinggi untuk mengendalikan diri dalam keadaan apapun juga. Sabar dalam bertutur dan terlebih sabar dalam bertindak. Jika kita sudah belajar sabar dari hal-hal yang kecil, niscaya kita akan lebih sabar dalam menghadapi hal-hal yang besar.
Dalam membuat karya seni jahitan tusuk silang, berulang kali saya membuat kesalahan. Dari salah menggunakan warna benang yang tidak sesuai instruksi. Salah menghitung banyaknya jahitan. Hingga salah menjahit di tempat yang tidak semestinya. Pokoknya segala tragedi benang kusut menimpa saya dalam melakukan kegemaran yang baru ini. Mengarah pada rasa stress! Hobby kok bikin stress??
Awalnya saya masih terbawa emosi lalu menggunting putus semua jahitan dan memulai lagi dari awal. Lalu saya mulai lagi dengan mencoba mempertahankan yang sudah ada namun membuat jahitan-jahitan baru dan menyesuaikan pola yang seharusnya. Lama - kelamaan saya coba menerima jika terjadi kesalahan saya biarkan. Saya justru rapikan dengan trik-trik sederhana agar kesalahan tersebut tidak terlihat sedemikian buruk dan fatal. Pendek kata kecuali seseorang sungguh iseng menghitung jumlah tusuk silang saya dan mencocokkanya dengan pola, takkan ada yang tahu jika saya sedikit melenceng dari pola.
Lama - lama saya menjadi sungguh mahir dan mampu menghitung, menempatkan warna dan mencari siasat agar hemat benang atau tidak bolak balik mengganti benang. Banyak hal sederhana yang kelihatannya tak perlu namun saya peroleh dari hobby baru, benang kusut ini. Semua problematika benang kusut dalam menjahit pada akhirnya hilang/musnah. Tak nampak sama sekali. Lewat! Yang terlihat hanyalah keindahan. Seperti itu barangkali kita menjalani hidup? Segala sesuatu yang ruwet dan tak mulus, pada akhirnya akan lewat. Menjadi masa lalu, menjadi pengalaman dan menjadi pelajaran. Kuncinya hanya : tekun dan sabar. Seperti menjahit! Anda mau coba?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.