Bukannya ingin menyaingi Dan Brown maka
saya menuliskan tentang hal ini. Tapi memang ada suatu pengembaraan hidup yang
dapat digambarkan sebagai peristiwa pendampingan Angel and Demon dalam
hidup saya. Entah dengan hidup Anda, pernahkah hal semacam ini terjadi?
Baru-baru ini saya merasa dicobai oleh kekuatan pendampingan dari Angel
and Demon. Tidak dalam wujud yang sesungguhnya namun dalam wujud beberapa
peristiwa yang menimpa.
Saya kerap kali menyatakan diri jauh dari
karakteristik 'orang suci' atau orang yang getol melakukan kegiatan rohani.
Tidak berani menyatakan diri sebagai orang yang religius. Jika orang bertanya, maka saya akan menjawab bahwa agama bagi saya adalah sesuatu yang 'suam-suam kuku.'
Saya tidak berani mengenakan label 'spiritual' karena takut kelak akan menuai
beban mental jika suatu saat perilaku saya buruk atau melenceng dari batas.
Sebenarnya kalau dilihat dari sisi lain hal ini justru suatu 'excuse' atau
alasan, agar jika suatu hari jika perilaku saya salah, orang akan memaklumi. Hmmm...
Beberapa waktu lalu seseorang menawarkan
iming-iming Fame and Famous atau kejayaan dan popularitas dalam naungannya. Asalkan saya bekerja keras dan menurut pada semua arahannya.
Seiring waktu ternyata saya kelelahan, kehabisan dana dan terus dicambuk oleh
kata-kata yang hanya menggembar-gemborkan kekurangan saya. Tidak ada apresiasi
atau ungkapan syukur dan terima kasih atas jerih payah saya terhadapnya. Yang ada saya
selalu jauh dari target yang ditetapkan.
Hal ini juga mengingatkan saya pada
perumpamaan seekor kuda yang matanya hanya mampu memandang kedepan dan si kusir
kereta mengiming-imingi sang kuda dengan seikat rumput segar yang ditaruh didepan
moncong sebagai umpan. Kuda akan terus dicambuk dan diberi penglihatan
tentang seikat rumput segar. Pada kenyataannya rumput itu tidak akan pernah
diberikan. Kusir hanya butuh sang kuda untuk terus berjalan, bekerja keras dan
membawa beban. Demon. Orang semacam ini adalah demon dalam kehidupan, berhati-hatilah,...
Kala saya kelelahan, seseorang lainnya
muncul dan terus mengingatkan saya tentang Tuhan. Sesuatu yang tadinya
'suam-suam kuku.' Sesuatu yang buat saya adalah sekedar idealisme. Tuhan itu
dibutuhkan jika kita sudah tua, sepuh, sakit-sakitan dan butuh
bertobat. Terlebih lagi kita sudah tidak punya kegiatan lain yang dapat kita
lakukan selain dari mendekatkan diri kepada Tuhan. Mau dugem sudah telat, mau
gaul sudah kadaluarsa, mau sok keren sudah nggak laku. Nah, itulah saatnya kita
mendekatkan diri pada Tuhan. Tapi seseorang yang masih muda, keren, gaul dan
masih laku, banyakkah yang ingat kepada Tuhan? Seseorang yang lain ini takut
akan Tuhan dan terus mengikuti teladanNya. Ia juga terus mengingatkan dan
mendampingi saya. Angel. Ia senantiasa muncul kala dibutuhkan,...
Saya merasa sangat lelah dan berada di
persimpangan. Untung pada akhirnya saya dapat menjernihkan jiwa dan melihat
kenyataan bahwa seikat rumput segar yang dijadikan tumbal atau iming-iming
keduniawian bukanlah sesuatu yang real atau nyata. Itu adalah
sesuatu yang sangat menakutkan. Itu adalah Demon yang
mencobai, memberikan tawaran palsu. Itu adalah hasutan agar kita menyembah materi/ berhala atau sesuatu yang bukan Tuhan. Dan oleh sang demon saya diajarkan bahwa Tuhan hanyalah
sejenis medical kit, yang dapat kita pergunakan hanya jika kita
dalam keadaan darurat sakit dan terluka. Betapa dekatnya saya dengan pengkhianatan
terhadap Tuhan.
Pada akhirnya saya sadar semua orang pasti
akan mati. Sejauh apa ia menjadi sukses atau terkenal dan setinggi apa harta
yang ia timbun. Semua orang akan mati. Jadi pendampingan Angel and
Demon harus kita cermati betul dalam perjalanan hidup kita. Entah
kebetulan atau tidak, beberapa hari lalu saya juga menonton mengenai pengalaman
orang-orang yang comma atau hampir mati dari National
Geographic. Mereka mengalami sukacita atau kegembiraan yang luar biasa dan
bersaksi bahwa life after death indah, menakjubkan dan tak
dapat diungkapkan dengan kata-kata. Semua orang yang mengalami pengalaman
hampir mati itu, rata-rata mengubah pandangan mereka tentang kehidupan. Saya
tidak takut mati, tapi saya takut jika tidak dapat mempertanggungjawabkan
kematian saya. Karena apa? Karena sifat keduniawian yang begitu saya puja-puja
semasa hidup... Dan tidak siap dengan kematian.
Sometimes the people you'd take a
bullet for, are the ones behind the trigger....
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.