Saya paling tidak tahan dengan segala sesuatu yang tidak rapi. Tak tahu mengapa, bahkan melihat seseorang mengenakan baju dengan beberapa helai
benang menjuntai saja sudah membuat saya gelisah. Ingin menggunting
benangnya yang mencuat tak karuan itu. Melihat seseorang mengenakan baju kusut
tak disetrika akan membuat saya mengernyitkan mata. Sesuatu
bangeeet,... He-he!
Di tempat kerja, lokasi meja saya kebetulan terletak di bagian depan meja tempat duduk tamu. Di meja itu banyak terdapat buku dan majalah yang tersedia untuk
dibaca. Sementara itu banyak pula tamu datang dan pergi bergantian, tak semuanya meletakkan majalah
dan bukunya dengan rapi ke tempat semula. Otomatis, saya merasa harus meletakkan semuanya kembali
dengan rapi ke tempat semula. Sepet mata melihat buku, majalah dan segala
brosur bertebaran diatas meja.
Akhir-akhir ini kegilaan saya terhadap kerapihan dan keteraturan
benar-benar akut dan justru membuat stress. Akibatnya sering kelelahan karena terus-menerus
merapikan dan mengatur segala
sesuatu secara berurutan. Atau bahkan selalu mengembalikan barang-barang ke tempatnya semula. Atau melabel barang dengan judul-judul
yang seharusnya. Bagaikan mesin organizer, semua harus masuk
dus, kotak dan wadah yang
seharusnya! Waduh,...
Hari ini untuk kesekian-ratus kalinya saya membereskan kamar putri
saya. Stress-nya minta ampun! Anak
perempuan, tetapi berantakan tak ketulungan. Koleksi bandana bertebaran,
ikat rambut, boneka teletubbies empat buah, kartu remi hingga beberapa set, pinsil warna dan spidol. Beberapa dus, buku cerita juga bertebaran disana-sini. Kertas-kertas
hasil gambarannya, buku pelajaran sekolah, buku latihan, satu dus permainan magic, berbagai jenis puzzle, aneka sticker, puluhan notes.
Rasanya bisa gila untuk membereskan semuanya. Butuh waktu setidaknya 36 jam!
Kekacauan ini akan selalu berlangsung karena putri saya rajanya membuat kamar berantakan dan menyebar barang-barangnya sendiri. Saking
kesalnya sering anak ini saya hardik dengan keras. Di sisi lain ia yakin sekali bahwa saya akan selalu membereskan
barang-barangnya. Saya jengkel karena merasa sudah kelelahan dengan segala tetek-bengek kantor, masih di
repotkan dengan kamarnya yang berantakan! Karena
keyakinannya itu, putri saya
justru rajin berulang kali membuat kamarnya berantakan. Sedangkan saya selalu kecanduan melihat segala sesuatu harus kembali pada tempatnya. Tak tahan
jika tak merapikannya.
Kejadian semacam ini terus berulang bagai sebuah siklus gila ibu dan anak. Saya tahu
orang lain akan berkomentar: "Udah biasa Jeng, namanya juga anak-anak
pasti nggak bisa diem. Tidak usah dibereskan, nanti juga akan berantakan lagi. Bereskan saja
seperlunya, tak usah terlalu rapi!” Tapi saya tidak bisa. Sumpek melihat sesuatu yang tidak teratur.
Tadi putri saya
lagi-lagi kena hardik karena chaos di kamarnya tak ketulungan dan barang-barang
menggunung setelah sekian minggu. Mulai berantakan dan kacau lagi. Ia bertanya, “Kalau Mami mau beres-beres kenapa aku
yang selalu dibentakin sih?” Saya jawab ketus, “Habis udah puluhan hingga ratusan kali Mami
beresin ini. Kamu buat
berantakan lagi! Padahal sudah dikasih contoh cara merapikan dan memasukkan lagi ke tempatnya."
Putri saya hanya tersenyum
simpul dan berlalu dari kamarnya. Memang ada yang namanya siklus tak
berkesudahan. Ada yang menyesatkan, ada yang mengharukan. Ada siklus cinta yang
bolak-balik melelahkan sambung putus bak ingus. Ada siklus memaafkan dan mengulangi yang sama, bolak-balik. Yang
melihat atau mendengar kisahnya barangkali sudah lelah dan bosan. Namun yang menjalaninya tak henti dan tak kapok. Terus
terjerat.
Lalu, apakah saya harus berhenti membereskan ruang
kamar putri saya? Dan
membiarkannya tidur diantara tumpukan mainan, dus-dus serta kertas sampul dan buku-buku yang
bertebaran, seolah
gelandangan??....Jika jawabannya :IYA. Saya
hening sejenak dulu deh!....Hmmm,.. namun rasanya saya tetep harus membereskan. Pertama, alasannya
putri saya masih relatif kecil dan muda usia, ..kedua ... Seorang ibu tidak butuh alasan untuk selalu
menolong anak-anaknya. Balik
lagi deh, siklus gila ibu-anak!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.