Sunday, May 22, 2016

Percobaan Tikus Yang Dilistrik

Secara pribadi saya tidak tertarik menjadi ilmuwan yang 'njlimet' dengan ilmu-ilmu eksakta, kimia-biologi-kedokteran and bla-bla. Tetapi ketika percobaan yang dilakukan berkenaan dengan psikologi dan perilaku manusia, ilmu-ilmu itu jadi menarik buat saya. Ketika berbagai eksperimen, sedikit banyak dapat mengungkapkan tentang behaviour atau perilaku manusia, setidaknya kita bisa paham. Mengapa sifat manusia beraneka macam? Mengapa tidak seperti hewan yang sifatnya hanya semacam? Hanya berburu untuk perannya dalam rantai makanan (food chain) dan melawan untuk pertahanan diri (self defense)

Beberapa waktu lalu saya membaca sepintas istilah yang menyebutkan "Manusia adalah hewan yang terus berpikir." Lalu tak lama kemudian saya juga mendengar kejadian tindak kekerasan terhadap gadis-gadis belia bernama Yuyun dan Eno. Berita yang dituliskan begitu mengerikan. Untuk menceritakan dan membahasnya saya tidak berminat. Terlalu keji! Bingung juga, hewan pun tidak akan berlaku demikian. Lalu manusia yang bertindak sedemikian apakah dapat disebut hewan? Mungkin sepantasnya disebut monster. Tidak jelas bagaimana monster dapat hidup diantara manusia normal lainnya. Tetapi faktor-faktor psikologi pasti berperan sangat besar dalam mengubah perilaku manusia hingga diam-diam berubah menjadi monster. Bagaimana proses terjadinya? Banyak faktor yang secara langsung/tidak langsung disebabkan oleh manusia-manusia lain di sekitar dan lingkungannya. Maka monster-monster semacam itu akan selalu ada dan hidup ditengah masyarakat, karena ditumbuhkan oleh masyarakat sendiri. 

foto : http://alllies.org/
Ketika sedang mengobrol dengan seorang teman, kami berdiskusi tentang orang-orang yang berada dalam kondisi hidup kurang layak dan membosankan tetapi mereka memilih untuk terus berada dalam kondisi semacam  itu tanpa kekuatan atau niatan untuk mengubah jalan hidupnya. Teman saya lalu bercerita tentang "Percobaan tikus yang dilistrik." Dalam sebuah laboratorium seekor tikus yang tinggal di dalam kotak selama sebuah periode dilistrik secara berkala. Setelah si tikus cukup dewasa, kotaknya kemudian dibuka dan si tikus dilepaskan. Anehnya, tikus itu memilih untuk tetap tinggal di dalam kotak dan menunggu waktu untuk dilistrik lagi secara berkala! Saya jadi tersenyum sendiri karena melihat pola dalam kehidupan. Tentang ikatan-ikatan yang sulit dilepas. Tentang kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging. Maka manusia terkadang sulit mengubah watak dan perilakunya. Maka hanya beberapa manusia saja yang sangat kreatif dan pintar. Seperti Marilyn Monroe, Einstein, Elvis dan Leonardo Da Vinci. Manusia-manusia semacam itu tidak terkategori dalam percobaan tikus. Outstanding.

Saya berusaha mencari fakta tentang kisah percobaan tikus yang dilistrik. Karena baru pertama kali saya mendengar tentang gagasan semacam ini. Sayangnya saya belum mendapatkan detail tentang percobaan tikus yang dilistrik. Jadi saya tidak berani memastikan apakah percobaan ini real atau hanyalah kisah isapan jempol? Tetapi sebagai gantinya saya justru menemukan artikel bbc yang membahas tentang perilaku dan kebosanan. Para ilmuwan mengemukakan bahwa ternyata kebahagiaan itu bukan hanya ada dalam hal-hal yang menyenangkan. Anda harus memiliki arti dan tujuan dalam hidup. Maka ketika manusia terisolasi dalam kehidupannya, tidak melakukan apa-apa dan tidak memiliki tujuan apapun, mereka terjebak dalam kebosanan yang mencekam. Mereka akan merasa lebih baik jika melakukan sesuatu sekalipun itu adalah tugas-tugas kecil atau bahkan hal-hal yang menyedihkan seperti menikmati dilistrik. Lalu apakah tindak kekerasan brutal yang dilakukan oleh sekelompok manusia adalah hasil dari kehendak kuat untuk keluar dari kebosanan hidup mereka? Alangkah mengerikannya! Maka dari itu berlatih kontemplasi atau meditasi sangatlah baik untuk mengendalikan naluri 'hewan yang terus berpikir.' Today is a gift, that's why they call it the present. The future depends on what we do in the present. Hari ini adalah hadiah (dari Tuhan), maka mereka menyebut saat ini (present) sebagai hadiah (dalam bahasa Inggris). Masa depan bergantung dari apa yang kita lakukan hari ini. 

Apa yang akan kita lakukan dengan hadiah kita?

Wednesday, May 18, 2016

Drama 24 - Butuh Romantika (I Need Romance) ****

Tadinya saya ingin memberikan ponten bintang tiga bagi drama ini. Tapi setelah berpikir ulang saya berikan bintang empat. Bagaimanapun juga drama ini punya nilai lebih untuk direnungkan. Walaupun saya kurang suka karena jalan ceritanya agak muter-muter dan adegan-adegan syuur-nya bagi saya rada kebanyakan. He-he-he,...Drama ini termasuk beberapa serial awal yang saya tonton ketika mulai menggemari k-drama. Untuk ukuran masa kini, I need romance terasa jadoel karena dibuat pada lima tahun silam tepatnya 2011. Dibintangi oleh si imut Cho Yeo Jeong, Kim Jeong Hoon, si sexy oriental Choi Yeo Jin serta aktor sejuta umat Choi Jin Hyuk. Choi Jin Hyuk ini sangat populer dan rajin absen di banyak k-drama. Ia muncul di The Heirs, Emergency Couple, Fated To Love You, Pasta dan sebagainya.

Pada usia twenty something, Sun Woo In-Young (Cho Yeo Jin) berjumpa kembali dengan kawan masa SD-nya Kim Sung Soo (Kim Jeong Hoon) di sekolah mereka. Sung Soo lalu mengakui bahwa sejak masa SD itu dirinya naksir In-Young. Tentu saja In-Young rada-rada surprise, karena di hati kecil ia juga mendambakan seorang kekasih. Dalam waktu singkat keduanya menjalin hubungan sebagai sepasang sejoli. Romantika bergulir cepat dan panas. Tidak hanya sekedar pacaran, mereka memutuskan tinggal bersama. Secepat itu romantika bergulir secepat itu pula waktu melibas dan berlalu.

Sepuluh tahun kemudian, In-Young dan Sung Soo masih menjadi pasangan kumpul kebo. Kebo aja kali udah bosen! Di bidang pekerjaan In-Young memiliki karir yang mentok pas-pasan sebagai deputy banquet sebuah hotel berbintang. Ia kini memiliki asisten junior, seorang pemuda bernama Bae Sung Hyun (Choi Jin Hyuk). In-Young tidak tahu bahwa juniornya adalah putra pemilik hotel yang magang bekerja di perusahaan bapaknya. Dengan gaya 'sok senior' In-Young banyak mengajar dan memerintah Bae Sung Hyun untuk melakukan pekerjaan banquet & concierge. Sementara itu Sung Soo menjadi sutradara muda yang melejit pamornya. Karya-karya film Sung Soo dibahas dalam berbagai media massa dan banyak aktris muda yang pedekate padanya. Sung Soo menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah memiliki seseorang dengan siapa ia berbagi kehidupan selama sepuluh tahun terakhir tanpa ikatan, yaitu In-Young. Romantika menjadi malapetaka ketika aktris muda yang jelita Yoon Kang Hee (Ha Yeon Joo) menempel bak permen karet pada Sung Soo. Berharap mendapatkan cinta sutradara muda itu.

In-Young mendapati kenyataan bahwa partner hidupnya kini telah sukses dan bahkan wanita-wanita cantik tertarik padanya. Padahal sepuluh tahun lalu ketika ia mulai berpacaran dengan Sung Soo, pria itu adalah nobody. Sakitnya tuuuh disini! Sung Soo sendiri digambarkan sebagai pria yang mata keranjang. Asal ada wanita cantik atau body yang aduhai matanya jelalatan. Bagaikan kucing kampung, dimana tersedia ikan asin ia akan menyambar. Plot cerita ini menarik karena Sung Soo menyadari dirinya sebagai lelaki yang lemah iman dan mudah tergoda. Disisi lain ia menyadari bahwa In-Young lah lucky charm/jimat/pendamping yang selama ini selalu ada disisi dan banyak membantunya dalam menggapai sukses. Pria buaya darat-pun bisa menjadi setia dengan modal kesabaran sang kekasih (walaupun berkali-kali mengelus dada). Diantara carut-marut romantika hubungan mereka karena sempat putus dan In-Young bahkan ditaksir oleh Bae Sung Hyun, keduanya bersatu kembali dalam ending cerita. Bagaimanapun juga seorang lelaki playboy tetap dapat dikuasai oleh seorang wanita yang memiliki ruang terbesar di hatinya. Moral cerita lainnya: pacaran/tinggal bersama hingga sepuluh tahun? Nggak salah tuh??

In-Young juga memiliki dua sahabat yang romantikanya tak kalah rumit. Kang Hyun Joo (Choi Song Hyun) dipermalukan oleh calon suaminya karena tak datang pada hari H pernikahan, hingga ia terpaksa menyewa lelaki lain untuk berpura-pura jadi suaminya. Sementara itu Park Seo Yeon (Choi Yeo Jin) adalah gadis model dan pemilik bisnis agency modelling. Sifatnya playgirl, mudah jatuh hati pada sembarang lelaki. Ia tak pernah berniat bertahan menjalin kasih dengan satu pria. Seringkali ia menyakiti hati para lelaki tapi Seo Yeon tak perduli. Baginya hubungan antara pria dan wanita dapat dinikmati sebagai kesenangan semata tanpa perlu keseriusan. Kedua sahabat wanita In-Young ini pada ending cerita juga kena batunya. Hyun Joo jatuh cinta pada lelaki yang bekerja serabutan dan secara status sosial berada di bawah dirinya, sedangkan Seo Yeon jatuh cinta pada photographer rekan kerja yang telah lama mendampingi dalam berbisnis. Photographer tampan ini tahu benar sifat buruk Seo Yeon namun ia mampu menaklukan dengan ketegasan sebagai seorang lelaki. Romantika, masihkah perlu logika? Atau tancap gas saja?