Monday, December 14, 2015

Beribadah Secara Kompleks

Waktu kecil saya tidak punya agama. Hanya ikut-ikutan saja. Panjang ceritanya dan rumit. Singkatnya sekarang saya Katholik. Ke gereja sekali dalam seminggu. Setiap kali saya ke gereja ada pengalaman iman yang tidak biasa. Selalu terjadi hal yang aneh-aneh. Seolah di gereja itu diperlihatkan banyak hal yang tadinya tidak terlihat di mata saya. Minggu lalu adalah salah satu ibadah teramai yang saya hadiri. Yang namanya anak-anak balita banyak banget dan berlarian di dalam ruangan. Pertanyaannya: bagaimana orang bisa berdoa kalau anak-anak segini banyak lari kesana-kemari? Ada yang duduk menggambar dan mewarnai di meja depan mimbar! Ada yang menyanyi keras-keras lagu TK 'are you sleeping--are you sleeping brother john?? brother johhhn? morning bells are ringing....' Beribadah dengan cara seperti ini judulnya 'jambak rambut.'

Yang kedua, paduan suaranya kompak fales! Jarang ada paduan suara fales, tapi kali ini entah bagaimana latihannya atau siapa pelatihnya, para peserta koor menyanyi dengan suara 'merepet.' Jadi menyanyi itu kan didengungkan dengan indah, dengan kedalaman hati, dengan kebeningan jiwa. Ini menyanyi keras-keras dengan cara setengah berteriak seperti berbicara pada orang budeg. Lalu ketika nadanya menurun, bingung, langsung diam semua dan hilang suara. Semua umat di gereja saling menengok dengan wajah heran. Lho, kok menyanyi makin blero suaranya dan mendadak mandeg sendiri? Alamak! Suami berkomentar, "kacau ini paduan suaranya." Dan saya berkomentar, "nyanyi kok kaya kucing mau beranak."

Paduan suara ini juga tidak mengindahkan aturan waktu dan urutan. Ketika kegiatan diatas mimbar altar sudah selesai, mendadak saja mereka mulai menyanyi lagi. Walhasil Romo Pastor melotot dengan wajah masam menunggui mereka berlama-lama bernyanyi. Seharusnya bisa langsung menuju pada prosesi selanjutnya ini jadi terhambat karena paduan suara mendadak pengen nyanyi. Udah gitu pastor yang bertugas adalah pastor kepala, pastor senior, pastor sepuh. Seseorang yang dituakan dan gemar pada disiplin, keteraturan serta tepat waktu. Bukan pastor muda atau juniornya yang lebih bisa fleksible terhadap 'keajaiban umat'. Terbayanglah wajah Pastor Senior yang bete bin manyun tersorot pada layar monitor tivi yang merekam kegiatan pada mimbar altar (kami berada di ruangan lain, sehingga harus mengikuti dengan perlengkapan audio visual). Diam-diam saya dan suami sedikit terkikik geli. 

Masih kurang kacaunya ibadah malam itu. Mendadak micropon terpencet sesuatu dan masuklah lagu dangdut 'lalalala..' tepat ketika Romo Pastor sedang asyik berucap sesuai dengan tradisi upacara ekaristi di dalam gereja. Jadi perkataannya di potong mendadak oleh lagu dangdut yang sangat kencang. Wajah pastor awalnya terkejut. Lalu mulai lagi 'bete' kelas dewa. Seperti sudah hendak meledak dalam kemarahan. Bocah putra altar yang ada disisi pastor juga awalnya memasang muka kaget lalu terkekeh sendiri. Untung hanya sekitar lima detik kemunculan musik dangdut yang mengganggu dalam ibadah di gereja. Suara micropon langsung dikembalikan lagi sepenuhnya pada keagungan suara pastor untuk memimpin upacara. 

Semua berjalan lancar hingga akhir perayaan. Koor dengan suara sember merepet masih lanjut berlangsung menyanyikan banyak lagu-lagu yang bagi kami jangkauan nadanya sedikit 'tertatih' buat mereka. Tapi it's okay lah, daripada saya kebanyakan komplain sedangkan saya kalau diminta latihan paduan suara juga ogah! Beralasan sibuk, gak ada waktu! Bahkan pemazmur yang muncul terlihat cukup sepuh seperti kyai dalang dengan suara mantab kebapakan. Suaranya berat, dalam dan 'njawani.' Untung saja nada-nada yang dilantunkannya cukup sempurna. Dalam artian tidak meleset. "Pemazmur-nya suaranya bapak-bapak banget," komentar saya. Dijawab suami singkat, "Lah emang dia udah bapak-bapak banget!" Seolah dirinya adalah bapak-bapak yang masih muda, ganteng dan penuh pesona. Aih, cuih!

Ibadah hari itu jauh dari kata sakral. Saya tetap gembira karena bukan orang suci juga. Saya cuma mampu menengadah ke atas, "Ya Tuhan, Kau suka bercanda juga rupanya,..."

foto : www.keepcalm-o-matic.co.uk

Tiga Pertanyaan Tolstoy

Semalam iseng mencoba mendengar 'audio book.' Ceritanya saya sedang giat dan asyik membaca banyak karya/literatur asing yang tersebar di dunia maya. Menggunakan aplikasi ebook reader saya dapat membaca karya-karya besar seperti Shakespeare, Jane Austen dst. Yep, in english! Sulit dimengerti untuk bahasa Inggris literatur lama. Udah gitu lama-lama mata kok lamur? Faktor U kali yee,... walau saya berusaha mengingkari? Ya sudah untuk menjaga kesehatan mata, saya coba alternatif lain. Sekarang saya coba mendengarkan kisah dengan 'audio book.' Ternyata di youtube banyak sekali naskah-naskah indah yang dibacakan. Jadi kita dapat menikmati karya sastra yang bagus-bagus itu dengan modal mendengarkan (listening). Kalau naskah Indonesia? Pengen banget! Tapi sejauh ini belum lihat ada audio book-nya. 

Untuk pertama kalinya saya mendengarkan naskah karya Leo Tolstoy. Saya pikir bakalan sulit dan menggunakan bahasa Inggris yang njlimet. Ternyata engga tuh! Cerita pendeknya simple dan inspiratif. Kisah Tolstoy yang saya dengarkan adalah, "The Three Questions" atau "Tiga Pertanyaan." Cara penceritaannya sederhana. Mirip seperti dongeng anak-anak HC Anderson. Siapa sih Pak Tolstoy ini? Tolstoy, orang Rusia. Dikatakan sebagai salah satu pujangga besar sepanjang masa. Masih keturunan bangsawan Rusia dan pemuda yang 'mbalelo.' Dia kuliah nggak selesai, kabur! Nggak mau dan nggak sudi belajar. Luntang-lantung nggak karuan, berjudi segala. Akhirnya masuk ketentaraan. Setelah masuk menjadi anggota ketentaraan ini, banyak pengalaman yang dialami Tolstoy maka mulailah beliau menulis. Tolstoy meninggal pada usia 82 di tahun 1910. Karya besarnya adalah 'war and peace' dan 'anna karenina.' Foto mudanya Tolstoy tampan seperti pangeran Rusia, tapi fotonya setelah kakek-kakek tua dan jenggotan seperti Gandalf dalam Lord of The Rings. He-he--he,...

Nah, balik ke karya yang saya baca, 'Tiga Pertanyaan.' Alkisah ada seorang raja yang pandai cendekia. Dia punya gagasan. Jika seseorang : MELAKUKAN SESUATU PADA WAKTU YANG TEPAT, BERINTERAKSI DENGAN ORANG YANG TEPAT DAN MENGERJAKAN HAL YANG TEPAT, orang itu tidak akan pernah gagal sepanjang hidupnya. Artinya bakalan sukses terus sepanjang usia! Bisa jadi kayak Warren Buffett? Si Raja ingin sekali tahu jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu. PENGEN DONG SUKSES! Siapa yang nggak pengen? Jadi Raja mencari tahu kemana-mana, SIAPA NIH ORANG YANG TEPAT? KAPAN WAKTU YANG PAS? DAN APA YANG HARUS DILAKUKAN? Tidak ada jawaban yang memuaskan Raja. Akhirnya Raja ingin bertemu Pertapa yang pandai. Pertapa ini terkenal tapi ia menyepi tinggal di hutan, tidak pernah muncul ke kota. Raja khusus menyamar untuk datang ke gubug pertapa yang bijaksana. Pengawal-pengawalnya ditinggal di tepi hutan.

Ketika bertemu pertapa, Raja langsung menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting tersebut. Tapi dicuekkin abis-abisan oleh si pertapa. Malah pertapa asyik menggali tanah, hendak menanam sesuatu. Karena tidak tega pada si pertapa yang tampak kelelahan mengolah tanah, Raja membantu pekerjaan pertapa mencangkul tanah. Tak lama kemudian muncul seorang lelaki yang terluka parah. Si Raja juga langsung menolong si lelaki yang terluka itu. Di perban dan di basuh luka-lukanya lalu ditidurkan di kasur pondokan si pertapa. Raja menjadi kelelahan atas berbagai pekerjaan yang dilakukannya hingga ia pada akhirnya juga tertidur pulas semalam suntuk di pondok pertapa.

Keesokan paginya raja terkejut, lelaki yang ditolongnya sudah sembuh. Lelaki itu ternyata adalah saudara dari orang yang pernah dipenggal kepalanya oleh raja. Ia datang ke pondok pertapa hendak membunuh raja! Dendam! Di tepi hutan ia dilukai oleh pengawal-pengawal raja dalam sebuah pertarungan. Namun karena raja justru menolong dan menyembuhkan luka-lukanya, lelaki itu tunduk menyembah kepada raja. Takluk. Ia dan keturunannya berjanji akan menjadi hamba raja yang setia. Raja tentu saja sangat gembira dan bangga. Tindakannya yang heroik berbuah manis. Tetapi masih saja berlanjut ia 'ngenyel' bertanya pada si pertapa, "Apa jawab dari tiga pertanyaanku?"

Si Pertapa menjawab kalem, "Raja, Anda sudah menemukan jawaban dari tiga pertanyaan itu. Kemarin Anda menolong saya mencangkul tanah. Lalu Anda menolong lelaki yang terluka parah. Seandainya Anda pulang dan tidak menolong saya, maka Anda akan terbunuh oleh lelaki yang ingin membalas dendam ini. Dan seandainya Anda tidak menolong lelaki itu, selamanya ia akan mendendam dan mengincar kesempatan untuk membunuh Anda! Jadi WAKTU YANG TERBAIK UNTUK MELAKUKAN SESUATU ADALAH SEKARANG, KETIKA ANDA PUNYA KEKUATAN UNTUK MELAKUKANNYA. ORANG YANG TEPAT UNTUK ANDA ADALAH ORANG YANG SAAT INI BERADA DEKAT DISISI ANDA. DAN HAL YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN ADALAH PERBUATAN BAIK."

Makjlebs ya? Terimakasih Pak Tolstoy, ceritanya super!

foto: wikipedia