Wednesday, July 22, 2015

Kebijaksanaan Untuk Selalu Menyenangkan Orang Lain

Dalam suatu masa kehidupan, pernah saya merasa sangat sulit berkomunikasi. Bukan karena saya mendadak kaku atau bisu, tetapi karena saya merasa 'dibatasi' oleh sebuah aturan yang tak nampak. Sangat sulit untuk bergerak dan bersuara. Berbicara harus diatur. Bercanda harus diatur. Berkomentar harus diatur. Bisa gila kan kalau segala hal seperti itu harus diatur? Dan terus-menerus pula! Masalah diatur ini bukan baru-baru saja. Tetapi sejak kecil. Saya menjadi seseorang yang terlalu penurut dan 'gampang diatur.' Tetapi efeknya setelah dewasa, ketika melewati sebuah ambang batas toleransi dalam diri, kesabaran akan dapat meledak menjadi sebuah gumpalan kemarahan yang besar. Seperti pesakitan yang terlalu lama dibelenggu, suatu ketika ada sebuah kekuatan besar yang memaksanya untuk melepaskan segala rantai yang mengikat! Criiinnng!!

Ketika terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan saya untuk lebih ceria, lebih bahagia, lebih kreatif, saya menjadi seorang yang pendiam dan tertekan. Kadang-kadang saya diam karena saya sudah sangat hafal dengan watak seseorang atau lingkungan komunitas dimana saya berada. Dan saya tahu persis hal-hal yang akan memicu perseteruan atau permusuhan. Saya tidak bisa sembarang merespon atau menolak hal-hal yang menjadi keinginan mayoritas atau hal-hal yang dipaksakan oleh satu pihak sementara yang lain gemar membeo saja. Saya ingin mendapat kejelasan, "Kenapa saya harus berkata IYA? Kenapa saya harus SETUJU dengan pendapat Anda? ALASANNYA apa?" Lalu dengan parameter pendidikan yang saya miliki, buku-buku yang saya baca, usia dan pengalaman hidup, saya merasa MAMPU untuk menimbang apakah SAYA AKAN SETUJU atau TIDAK SETUJU. Singkatnya mungkin saya sudah EsTeWe dan inginnya hanya merespon dengan satu reflek kalimat, "Hei, ...saya bukan anak kecil lagi! Saya tahu apa yang terbaik untuk saya. Setidaknya ijinkan saya belajar mengambil keputusan yang saya inginkan sendiri. DAN BERHASIL atau TIDAKNYA atas dasar keputusan itu adalah resiko SAYA."

Saya ulang lagi kata-kata mutiara yang sangat saya sukai, "MENJADI TUA KARENA PERTAMBAHAN USIA ITU TAKDIR, TETAPI MENJADI BIJAKSANA SEIRING DENGAN BERTAMBAHNYA USIA ITU PILIHAN." Jadi ada momen-momen dimana kadang saya tidak setuju dengan pendapat orang lain tetapi saya 'terlalu sopan' untuk berteriak atau mengatakan TIDAK SETUJU. Akibatnya saya hanya menjadi diam dan pasif. Kenapa saya tidak bisa sembarang mengungkapkan ketidak-setujuan kepada sembarang orang? KARENA: ada orang yang BISA menerima perbedaan dan berkompromi atau beradaptasi dengan perbedaan tersebut. Ada orang yang TIDAK BISA menerima perbedaan dan MEMAKSA orang lain untuk sependapat dengannya. Sementara sekali lagi, 'untuk bersikap sopan' saya tidak mau berkonflik, membantah apalagi bertengkar. Situasi semacam ini jika dihadapi dalam sebuah komunitas besar atau lingkungan yang semuanya sudah memiliki watak seragam seperti koor atau paduan suara maka akan membuat seseorang yang berbeda menjadi 'si aneh.' Weirdo. Nah, pernah dalam suatu masa kehidupan itu saya merasa saya adalah orang yang paling 'aneh' dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Saking tidak ingin lagi berantem, merasa tidak cocok, benci, sirik atau ribut dengan orang lain, saya menjadi si pendiam yang tertekan. Pernah saya membayangkan diri saya kemana-mana dengan menggendong seekor kucing atau memeluk boneka Teddy Bear dan saya hanya bersedia bicara dengan kucing atau boneka yang ada di pelukan saya. Yang paling sering saya membayangkan diri saya meringkuk, menunduk, menutup mata disebuah sudut dengan kedua tangan erat menutup telinga. Karena saya tidak mau mendengar apa-apa lagi. Terlalu banyak suara. Saya terlalu lelah didekte sana-sini. Gambaran yang mengerikan bukan? 

Politik adalah 'trik' untuk lolos dari situasi-situasi yang saya gambarkan. Dalam artian bisa setuju atau pura-pura setuju atau terlihat merespon dengan sangat baik terhadap tanggapan orang lain. Padahal dalam hati mencela atau tidak suka atau punya rencanya yang mungkin berbeda 180 derajad dengan yang ditampakkan. Too bad, SAYA TIDAK BISA. Suka atau tidak suka akan langsung tergambar di wajah saya. Dan untuk setiap ketidak-sukaan, saya akan punya alasan WHY. Dan orang-orang yang fleksible pasti akan mencoba mempengaruhi atau mengubah pendapat saya. Ketika pertimbangan saya MASUK pada argumennya dan saya bisa menerima MAKA SAYA AKAN dan HARUS BERUBAH. Karena hanya ORANG YANG BODOH YANG SELALU MENGANGGAP DIRINYA PALING BENAR. Tetapi ketika pertimbangan saya tidak masuk terhadap argumennya alias saya tidak setuju, maka PARA SAHABAT akan menerima sikap saya APA ADANYA. Tetapi orang-orang yang TIDAK SUKA saat pendapatnya ditolak otomatis juga akan langsung merasa TIDAK SUKA kepada saya. Kadang-kadang saya menganggap diri saya bukanlah pemain team yang baik. Mengapa saya membahas panjang dan lebar tentang hal ini? Karena saya sudah sampai pada kebijaksanaan UNTUK TIDAK SELALU MENYENANGKAN ORANG LAIN. Kenapa? Capek hati dong!... Kalau yang disenangkan melulu orang lain, maka diri sendiri akan menjadi terlalu banyak mengalah, berkorban dan being yes Sir person,... Ini bukan masalah egois atau kaku. Tetapi mengerti poin-poin mana yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi kita dan poin-poin mana yang hanya merupakan 'adu emosi' atau bertengkar tanpa guna atau menjadi budak orang lain. Hal-hal yang destruktif. Yup, .. maaf kadang saya bisa tidak setuju dan tidak suka kepada orang lain juga. Inginnya sih menyukai semua orang, tetapi tidak bisa ditampik dalam kehidupan ini akan selalu ada orang-orang yang tidak menyenangkan dan tidak bisa disukai. Makanya saya nggak mau juga selalu menyenangkan orang lain, wani piro? 

Tuesday, July 21, 2015

Banyak Memberi, Banyak Menerima

Waktu itu saya bekerja di sebuah kantor besar dengan karyawan yang jumlahnya ratusan orang dan customer yang wara-wiri jumlahnya ribuan orang. Kebayang bagaimana hiruk-pikuknya kehidupan berkomunitas yang saya alami selama bertahun-tahun. Kantor sebesar itu menurut saya memberi gaji atau upah tidak sebesar yang saya harapkan. Sayang ya? He-he-he,.. Otomatis setiap bulan banyak hitung-hitungan yang saya lakukan. Termasuk untuk biaya sendiri, biaya keluarga dan anak saya serta biaya berkomunitas. Kalau dihitung-hitung serasa setor nyawa. Antara kelelahan dan upah yang didapat tidak berbanding lurus tetapi berbanding terbanting. Nggak enaknya lagi, karena sifat komunitas yang besar, otomatis banyak teman/rekan/relasi. Dulu itu setiap saat selalu ada orang yang mengedarkan 'kantong solidaritas.' Urunan untuk segala hal. Jika ada teman sekerja yang meninggal atau ada rekan lainnya yang menikah atau punya anak atau tertimpa musibah. Bahkan urunan beli kaos kelompok rekan-rekan sekerja, sekedar untuk identitas! Yang namanya permintaan urunan selalu hadir dalam setiap kesempatan. Awalnya ikhlas, lama-lama saya jadi memelas. Kalau gini caranya, bagaimana gaji yang sudah seiprit itu akan mencukupi?

Saat itu ada banyak pikiran-pikiran yang saya sesali. Misalkan ada teman/rekan yang kena musibah seolah saya jadi 'kesenggol' musibahnya karena harus ikut urunan. Biaya bersosial dan berkomunitas itu memang tidak main-main. Tidak mungkin juga saya menolak ikut urunan dengan mengatakan, "Saya nggak berminat ikut urunan menyumbang karena saya tidak begitu kenal/akrab dengan rekan tersebut." Atau misalkan ada orang yang terkena musibah lalu saya menolak memberi sumbangan dengan alasan, "Saya nggak ikut menyumbang karena saya sedang bokek." Gengsi juga kalau teman-teman lalu melirik saya dan memandang, kesian amat siy lu? Jadi saya mulai terlibat masuk dalam situasi-situasi yang menjepit dan kurang menyenangkan. Dipaksa nyumbang lama-lama bokek dan saya tidak ikhlas. Menyumbang tapi milih-milih orang juga akan membuat yang lain mencibir dan menganggap saya orang yang kikir serta tidak punya hati. Tapi kalau begini terus kan bangkrut? Buat apa bekerja kalau terlalu banyak biaya-biaya yang keluar dan tidak sebanding dengan pendapatan dari pekerjaan itu sendiri? Yang namanya hati jadi bengis. Sebel kalo dipaksa menyumbang atau urunan ini-itu gak jelas!

Setelah tidak lagi bekerja kantoran. Saya merasa lega. Sebenarnya saya orang yang sangat friendly dan suka berteman. Tetapi saya bukan jenis orang yang pandai berbasa-basi. Setelah tidak bekerja otomatis pendapatan juga tidak lagi menjadi pendapatan tetap, namun pendapatan tidak tetap. Itupun diberi oleh suami. Tetapi konsep menyumbang saya menjadi lebih baik. TERBUKA. Saya jadi tidak pilih-pilih untuk menyumbang karena jumlah komunitas saya mengecil tidak sebesar sebelumnya. Jumlah orang yang ada disekitar saya juga hanya sebatas komunitas teman-teman perkumpulan doa, teman kuliah dan beberapa teman penulis. Itupun dengan frekuensi pertemuan yang jarang. Biasanya hanya berkomunikasi melalui media sosial. Nah, dengan bentuk seperti ini saya mulai melihat dengan jelas bahwa memberi kepada orang lain itu memang tidak selayaknya 'dipaksa'. Tetapi sebaiknya dari hati. Saya mulai dapat membedakan mana-mana yang harus diprioritaskan. Menyumbang orang meninggal itu menjadi keharusan. Menyumbang pernikahan juga. Lalu memberi dana atau pinjaman keluarga/orang yang membutuhkan. Jumlahnya tidak harus besar tetapi menunjukkan bahwa "I care" atau "saya memperhatikan keadaan Anda." Lalu pada hari raya juga menyumbang untuk pekerja-pekerja yang ada disekitar kehidupan kami. Para asisten, satpam dan tukang sampah. Suami bahkan khusus berjalan jauh dan 'mencegat' tukang sampah khusus untuk memberikan sekedar 'tanda kasih.' Karena tukang sampah cepat sekali berjalan dari rumah ke rumah dengan kendaraan dinasnya. 

Lama-kelamaan konsep 'memberi' menjadi suatu kewajiban atau tanggung-jawab untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain. Orang-orang yang memang kami anggap harus diberi, dibantu atau disumbang. Entah keluarga, teman, atau pihak lain. Memberi menjadi keikhlasan karena kali ini tampa diminta, tanpa disodorkan kantong, kami sendiri yang berpikir untuk menyisihkan sedikit dana dan bantuan untuk mereka yang harus diberi sumbangan. Lalu ketika rasa ikhlas dalam memberi itu ada, semua beban menjadi terlepas. Yang dahulu 'memberi sumbangan' adalah keterpaksaan, sekarang menjadi 'kewajiban diri sendiri menolong orang lain yang lebih membutuhkan.' Sikap egoistis mulai dilepas. Balik lagi pada kata-kata. Mau dibawa kemana harta dunia ini? Apakah semuanya akan dibawa mati dikubur dalam liang lahat kita? Tentunya tidak! Lebih bermanfaat jika sebagian uang atau harta itu dapat membahagiakan hidup orang lain. Seorang teman pernah menasihati, "Harta kita harus diputihkan dengan zakat kita."

Saya lalu berpikir kembali pada masa lalu. Pada saat ketika saya merasa, "Udah gaji sangat kecil. Biaya sumbangan dan lain-lain yang harus dikeluarkan sangat besar dan setiap saat." Lalu saya menggerutu dan mengomel dalam hati. Sehingga memang gaji saya tidak pernah naik secara signifikan! Naiknya rata-rata saja. Bahkan selalu terlibas inflasi. Lalu saya terus mengomel dan merasa sebal atas kecilnya si gaji. Saya merasa itulah takdir yang saya buat dengan sendirinya tanpa sadar. Karena saya banyak merasa tidak puas dan mengomel menganggap gaji kecil maka gaji itupun selalu kecil. Bagaikan lingkaran setan, ketika kita selalu menggerutu dan tidak ikhlas saat harus kehilangan secuil dari harta kita. Sekecil itu pula pertambahan harta kita yang diberikan oleh Tuhan. Sekecil dan sekerdil gerutuan saya atas keharusan menyumbang sana-sini. Sekarang, kami tidak lagi seperti itu. Kalau punya uang ya menyumbang semampunya. Kalau tidak punya uang, mengaku dengan jujur dan meminta maaf bahwa belum ada yang dapat dibagikan pada orang lain. Tetapi ternyata semakin sering kami memberi (dan dengan ikhlas), semakin pula dicukupkan dengan pemberianNya. Hingga hari ini! Jadi usahakan banyak memberi (dengan ikhlas) dan nantikan apa yang akan kita terima (lebih banyak lagi) dariNya. Ucapkan : Amin!

Sunday, July 19, 2015

Rembulan Mengekspresikan Hatiku

Foto: pmother
The moon represent my heart. Awalnya gara-gara putri saya 'sok nyombong' mengaku menguasai tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Mandarin. "Aku kan les bahasa mandarin sejak kecil Mami?...." Saya terpaksa menjulingkan mata. "Honey, kamu nggak bisa bicara bahasa mandarin sepatah katapun! Selama bertahun-tahun kamu hanya belajar menulis huruf Cina (hanyu pinyin) !" Ibarat kata selama bertahun-tahun ia hanya belajar menulis halus! Tidak satupun dari kedua orang tuanya yang fasih berbahasa mandarin. Bagaikan Yin-Yang, Papi selalu sibuk berbahasa Manado dan Mami sibuk berbahasa Jawa. Bahasa Indonesia dibutuhkan hanya untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Mother tongue kedua orang-tua adalah bahasa tanah kelahiran masing-masing. Mandarin? Benar-benar proyek 'berani mati.' Nggak ada yang bisa tapi ngotot aja terus kursus bahasa mandarin. Jadilah putri saya merasa 'paling jago' bahasa mandarin di kelasnya dan berhak menyombong. Walau hanya sebatas kepandaian menulis. D'oh!

Gara-gara hal itu saya lalu mengusulkan pada putri saya agar lebih banyak mendengar lagu mandarin atau menonton film berbahasa mandarin, sehingga kepandaian berbahasa mandarin secara listening dan oral bisa lebih berkembang pesat. Lalu saya bertanya pada putri saya, "Mau dengar lagunya Teresa Teng nggak?" Tentu saja putri saya terheran-heran, "Siapa itu Mami?" Lalu saya menjawab, "Itu penyanyi lagu mandarin yang sangat terkenal." Tentu saja putri saya tidak kenal, hihihi,... Karena Teresa Teng wafat beberapa tahun sebelum putri saya lahir, bahkan sebelum saya menikah. Tapi karena misi kali ini adalah lebih sering mendengar lagu mandarin, jadilah kami putar lagu-lagu lawas Teresa Teng. I love you Teresa Teng!

Foto : pinterest
Hadewh! Those memories. Sejujurnya saya selalu merasa 'ngilu' mendengar alunan lagu-lagu Teresa Teng, Saya katakan pada putri saya, "Mami sering nangis mendengar lagunya Teresa Teng,..." Lalu putri saya bertanya, "Memangnya Mami tahu arti lagunya?" Saya jawab lagi, "Enggak tahu sih,... cuma setiap mendengar lagunya rasanya sedih dan ingin menangis." Maka diantara semua musik saya paling menghindari mendengar lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Teresa Teng. Suara Teresa dan lagu-lagunya sangat indah, tapi menyayat hati. Seolah efek kesedihan yang ditimbulkan olehnya bisa menetap hingga beberapa saat. Mendengar suara Teresa Teng, orang akan merasakan kesedihan dan kebahagiaan dalam blender yang aneh! Susah diungkapkan dengan kata-kata bagaimana efek Teresa Teng most of the time adalah efek kesedihan yang manis. Kesedihan yang mencapai titik damai tanpa ada lagi dendam atau ingatan-ingatan tentang kemarahan. Lagu dan suara Teresa Teng somehow mampu 'menjinakkan' hati para pendengarnya. Tears, sad and peaceful.

Teresa Teng adalah 'Diva Asia' mungkin juga dunia, jika ia masih hidup hingga hari ini. Lagu The Power of Love yang dinyanyikan oleh Celine Dion, pernah dinyanyikan oleh Teresa Teng, tujuh tahun sebelum disuarakan oleh Celine. Teresa lahir tahun 1953 dan meninggal di tahun 1995. Sejak kecil bakat menyanyi Teresa Teng sudah terlihat jelas. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara, yang kesemuanya lelaki. Anak perempuan satu-satunya dalam keluarga adalah Teresa. Dengan bakatnya yang luar biasa Teresa langsung mampu mengangkat perekonomian keluarga. Teresa adalah wanita Taiwan. Popularitasnya luar biasa merambah di penjuru Asia. Tentu saja termasuk Indonesia, Malaysia, Hongkong, Tiongkok dan Jepang. Lagu-lagunya direkam dalam bahasa Mandarin, Jepang dan Inggris. Suara Teresa indah sekali. Ada yang mengibaratkan suara Teresa merupakan harmonisasi tujuh ramuan rasa manis dan tiga tetes air mata. Karena caranya menyanyi yang manis sekaligus sendu. Suaranya dikatakan sebagai suara nyanyian semacam rintihan dan permohonan namun dengan power yang jernih dan kemampuan untuk menarik serta menghipnotis para pendengarnya.

Patung lilin T. Teng  - Hongkong
Seorang teman pernah menarik sebuah analogi, "Hati-hati dengan suara yang keluar dari mulutmu. Itu akan menjadi doa dalam hidupmu." Lalu ia menambahkan, "Perhatikan deh,... bahkan penyanyi-penyanyi yang kerap menyanyikan lagu sendu sering kali nasibnya juga sendu. Alias apes. Alias tidak baik!" Lalu ia menyebutkan beberapa penyanyi yang sering menyanyikan lagu sedih. Ada yang meninggal di usia relatif muda. Ada pula yang pernikahannya selalu gagal. Waktu itu saya hanya manggut-manggut antara tidak yakin dengan perbandingan semacam itu. Eh, ternyata.... Teresa Teng yang lagu-lagunya kebanyakan sendu inipun mengalami nasib yang sama. Beberapa kali berpacaran dan bertunangan namun gagal menikah. Pernah dikabarkan pula dekat dengan aktor Jacky Chen. Pada akhir hidupnya Teresa meninggal di sebuah hotel di Thailand secara misterius. Ada yang mengatakan karena pengaruh obat asma yang diminumnya selama beberapa bulan. Ada yang mengatakan serangan jantung, baru bertengkar dengan pacarnya dan sebagainya. Teresa sedang berlibur dengan kekasihnya yang adalah seorang fotographer Perancis ketika ia ditemukan tewas di hotel tersebut pada 8 Mei 1995. Tentu saja para fans-nya menggila dalam kesedihan. Hingga tahun ini, dua puluh tahun setelah kematiannya, namanya tetap masih dikenang. Dan lagu-lagunya tentu saja masih terus berkumandang. Lagu Teresa Teng yang paling populer adalah Yuèliàng Dàibiǎo Wǒ de Xīn, atau The moon represent my heart, alias Rembulan Mengekspresikan Hatiku. 

You ask me how deep my love for you is,
How much I really love you
My affection is real.
My love is real.
The moon represents my heart.

You ask me how deep my love for you is,
How much I really love you
My affection does not waver,
My love will not change.
The moon represents my heart.

Just one soft kiss
is enough to move my heart.
A period of time when our affection was deep,
Has made me miss you until now.

You ask me how deep my love for you is,
How much I really love you.
Go think about it.
Go and have a look [at the moon],
The moon represents my heart.

Tuesday, July 7, 2015

Napsu Belanja dan Tipu-Menipu

Kadang-kadang saya blog walking. Sebenernya jarang karena lebih sering saya membaca portal berita. Tapi ada masanya saya mencari informasi untuk beli barang atau melakukan aktivitas tertentu, akhirnya browsing juga. Kali ini saya tertarik portal 'dagang macem-macem'. Portal ini besar, banyak kastamer dan banyak dagangan. Di portal sering dituliskan barang/voucher sudah terjual pada ratusan orang. Saya berpikir, apa iya? Jualan kayak gitu bisa laku cepat pada banyak orang? Atau hanya kosmetik page saja yang menunjukkan seolah banyak customer? Tapi penasaran karena pamornya sudah sangat terkenal, saya kemudian browsing. Ya ampun, yang komplen seabreg-abreg. Dari barang yang sudah dibayar hingga setahun belum terkirim. Dari kastamer yang menilpon sampe tangannya kapalan tapi tidak ada yang merespon. Dari kastamer serpis yang pin-pin-bo malas menanggapi. 

Foto: CPCC Solutions
Saya pernah jadi kastamer serpis. Dan saya pikir pekerjaan ini harus dibayar sangat mahal, terutama untuk orang-orang yang punya keahlian 'menaklukkan kastamer'. Kastamer yang sedang marah ibarat macan tutul yang sulit dijinakkan. Pun alasan kemarahan kastamer bisa juga bermacam-macam tergantung sifat manusianya. Ada yang servis jelek sedikit, ngomelnya tiga jam. Ada yang pendiam dan sabar, tetapi sekali kecewa tidak akan pernah kembali lagi. Portal web yang saya sebutkan ini sudah melayani banyak orang tetapi suara kekecewaan juga nggak kira-kira banyaknya. Saya sendiri pernah membeli satu produknya dimasa lalu dan kecewa serta merasa tertipu. Ngamuknya udah kayak kesetanan karena 'heran-- servis kayak gini kok dijual?'. Tapi nggak kapok ya? Inilah napsu belanja yang klop dengan keadaan mempermudah diri sendiri jadi korban penipuan. Saya pikir selama portal ini masih berdiri dan rajin jualan artinya ada perbaikan dalam layanan pelanggan. Nyatanya tidak! Dibrowsing masih ada saja komplen yang bejibun banyaknya. Walau sebagian diakui sebagai problem solved atau case closed tetap saja mengerikan membaca banyaknya komplen. Ini niat jualan apa niat bunuh diri sebenernya? Dicaci-maki sedemikian banyak kastamernya? Apa nggak malu pada dunia?

Ketika blog walking saya menemukan sebuah komplenan yang kocak minta ampun. Dalam hati tertawa geli tetapi salut bahwa gadis ini mampu mengubah amukannya menjadi sebuah komplenan yang lucu, kreatif dan menghibur. Dan bahwa kita bisa menjadi lebih optimis memandang penipuan tidak melulu dengan kemarahan dan kecewa tapi bisa menjadi pengobat stress. Ceritanya seorang gadis membeli 'ALAT PENGHILANG BULU.' Wah, saya membaca judulnya saja sudah ingin tertawa. Tetapi membaca ceritanya sungguh-sungguh ngakak. Membeli alat tersebut dari portal web yang sudah saya kisahkan diatas sebagai portal dodolan 'populer seantero dunia maya.' 

Nah, ketika alatnya tiba. Ia sedikit galau dan curiga karena alatnya terlihat seperti mainan anak-anak. Mungil, ringkih dan berwarna-warni. Tetapi ada instruksi untuk mengaplikasikannya, cara menggunakannya sebagai ALAT PENGHILANG BULU. Karena memang sebagai gadis yang suka merawat diri dan berniat menggunakan alat itu, sang gadis memakainya sesuai dengan instruksi. Yaitu permukaan alat digosok-gosokkan secara teratur pada bulu yang hendak dihilangkan. Memang bulu tersebut hilang namun diikuti rasa perih/iritasi pada kulitnya. Setelah diamati secara teliti ternyata permukaan alat tersebut adalah KERTAS AMPLAS! #ngakak-guling-guling.#

Yang baca aja tertawa geli dan tereak 'terrrrrlaaaaluuuuh,....' apalagi yang jadi korban? Tentu saja murka, jengkel dan sebagainya. Saya sungguh heran penipuan 'sebesar ini' tidak ada tindakan hukum pada penipunya? Diluar negeri kadang orang tersandung jatuh sendiri saja bisa menuntut pada orang lain yang melakukan kecerobohan dan menyebabkannya terjatuh. Disini? Cuma bisa bersabar, mengurut dada dan kapok. Terlalu banyak tipu-menipu di negeri ini. Masyarakat sudah kelelahan dengan tipuan-tipuan besar seperti kasus Gayung yang sangat Ember, kasus Wisma, kasus Bank dan sebagainya. Walhasil kasus PENIPUAN ALAT PENGHILANG BULU jadi terasa sayup-sayup tidak penting. Padahal gadis itu benar-benar ditipu dengan sengaja. Akhir kata saya cuma bisa berkesimpulan, sebaiknya kita menahan diri dengan napsu belanja kita. Atau belilah produk dari perusahaan yang sudah jelas lisensinya, di supermarket raksasa atau membayar ahli profesional yang punya tarif relevan. Jangan percaya hal-hal yang too good to be true,...

Saya Berharap Kamu Baik-Baik Saja....

Apa arti kata-kata tersebut? Ketika menyapa dan mengucapkan selamat ulang tahun pada salah seorang teman lama, ia mengucapkan kata-kata itu pada saya melalui halaman Facebook. Entah mengapa kata-kata ini melekat erat dalam benak saya seperti sekumpulan magnet kulkas di kepala. I hope you’re okay,... ‘Saya berharap kamu baik-baik saja,’ katanya. Yang menjadi pertanyaan dalam benak saya adalah, what if I'm not okay? Bagaimana jika keadaan saya tidak baik? Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menolong saya? Kata-kata bisa jadi sangat licik. Kata-kata bisa jadi pengkhianat. Kadang kata-kata bermaksud baik tetapi hanya sekedar kata-kata. Beware, perhatikan siapa orang-orang yang ada disekitar Anda yang tidak banyak berkata-kata namun melakukan apa yang Anda sangat butuhkan, yaitu MENOLONG ANDA. He-he-he,... 

Dalam banyak kesempatan orang sering 'menjual' dirinya dengan kata-kata. Saya begini dan saya begitu. Saya orangnya bla-bla-bla. Lalu ketika tahun-tahun dalam kehidupan Anda berlalu, Anda akan sadar orang tersebut 'memang begitu', hanya sekedar berkata-kata. Memuaskan Anda melalui indra pendengaran, melalui telinga Anda. Menyenangkan jika didengar. Tetapi orang itu sesungguhnya tidak pernah berbuat apa-apa untuk menolong Anda. Orang-orang tersebut hanya berkata-kata untuk mengesankan bahwa ia baik, tetapi tidak ada perbuatan yang nyata atau real dalam bentuk pertolongan. Tong-kosong-nyaring-bunyinya. Banyak sekali orang seperti itu, orang yang berjanji ini dan itu. Orang yang memberikan harapan palsu. Bahkan orang yang dengan sengaja menipu dengan menjual kata-kata manis. Dari kekasih hingga sales panci. Yup, ...dari orang yang paling kita cintai hingga orang yang sekedar liwat dalam kehidupan kita. Akh, cuek aja!

Saya punya kerabat yang sangat galak dan ketus pada semua orang. Caranya berkata-kata kasar dan seringkali setengah membentak pada semua orang. Tetapi kata-katanya kalah dengan perbuatannya. Ia sangat murah hati dan menolong semua orang yang ada disekitarnya. Uang tidak menjadi masalah bagi dirinya untuk dibagikan dan diberikan guna menolong orang lain. Semakin banyak harta yang dimiliki, semakin banyak pula orang yang ditolong olehnya. Tidak ada perhitungan untung dan rugi, kalau ia punya uang maka ia akan memberikannya pada orang-orang yang membutuhkan. Entah untuk biaya sekolah, biaya pengobatan sakit atau bahkan sekedar membeli makanan atau oleh-oleh untuk mereka yang ada disekelilingnya. Kata-kata kasar dari mulutnya tenggelam oleh kebaikannya. Sekarang beliau sudah tiada, meninggal dunia dua tahun yang silam. Kadang-kadang rasanya tak dapat dipercaya bahwa ada orang yang seperti itu, kasar dan tidak menyenangkan dalam bersosialisasi. Tidak suka basa-basi dan mudah mencela. Tetapi dalam tindakan dia adalah yang terdepan, menolong semua orang dengan kelebihan yang dimilikinya. Dan tidak pandang bulu, orang kaya atau orang miskin, kerabat atau bukan ia akan selalu berderma bagi yang membutuhkan. Mengenang beliau rasanya menitik air mata. Sekarang sudah tidak ada lagi sosok seperti itu dimuka bumi.

Bukan, bukan berarti saya mengagung-agungkan derma atau sokongan dana dari siapapun. Tetapi saya hanya makin menyadari dan tersentuh oleh kenyataan betapa kata-kata itu terkadang tidak punya arti. Dalam kehidupan bersosial kata-kata terkadang hanya numpang liwat dan basa-basi. Kata-kata hanya kosmetik untuk menunjukkan bahwa seseorang punya itikad baik tanpa perlu untuk merealisasikannya. Tergantung niat yang bersangkutan. Pada teman yang mengucap, 'saya berharap kamu baik-baik saja.' Dalam hati saya tertawa. Tidak ada satupun pertolongan real yang pernah dilakukannya kepada saya. Dulu ketika ia punya kesempatan untuk menolong, ia TIDAK melakukan apa-apa. Sekarang ketika sudah tidak ada sama sekali yang bisa dilakukannya, seolah ia concern dengan keadaan saya. Apakah kamu baik-baik saja? Daaaaaan,..... Setiap kali seseorang bertanya pada Anda, "Are you okay?" Anda hanya perlu mengangguk, tersenyum dan menjawab, "Ya of course I'm okay." Jangan terlalu banyak berharap pada kata-kata orang lain. Berharaplah pada diri Anda sendiri. Ora et Labora, berdoa sekaligus bekerja. Kata-kata dari seseorang seringkali hanyalah sekedar kata-kata tanpa makna. Too bad,..

Monday, July 6, 2015

Bagaimana Cara Menciptakan Sirkus Dalam Kehidupan

Poster Gone Girl (2014)
How to create a circus in life. Barangkali terasa lebih cool untuk memberi judul tulisan ini. Tapi kemarin saya baru ketemu Eyang dan Eyang mengeluhkan betapa generasi sekarang hobby ke-inggris-inggris-an dan melupakan arti Indonesia sebagai satu kesatuan tanah air yang dicintai. Termasuk bangsa, budaya dan bahasa. Maka untuk menghormati Eyang saya memberi judul dengan bahasa Indonesia yang baku. Bagaimana cara menciptakan sirkus dalam kehidupan?

Kembali ke masalah judul. Ya-ya-ya, akhir-akhir ini terlalu banyak 'sirkus' yang manggung di kehidupan. Drama pembunuhan oleh sepasang kekasih mahasiswa. Drama hilangnya seorang anak kecil yang ternyata terkubur dirumahnya sendiri. Drama pembunuhan seorang wanita cantik yang tak jelas siapa pembunuhnya. Drama tenggelamnya seorang mahasiswa yang diduga bunuh diri namun sepertinya bukan. Banyak sekali drama yang pada akhirnya menjadi sirkus ramai atraksi. Penonton dibuat naik turun perasaannya dengan berbagai kisah-fakta dan bahkan gosip yang diumbar. Mana yang benar, mana yang fitnah sudah tidak jelas. Satu cerita berkembang menjadi kisah lain dengan bumbu yang kian pedas dan legit. Sementara para pembaca/pendengar mengunyahnya bagaikan makan kudapan berondong gurih.

Gone Girl (2014) adalah film yang menjelaskan 'cara membuat sirkus dalam kehidupan.' Juga sebuah dokumentasi lain yang kian mengukuhkan pesona Ben Affleck. He doesn't need to act. Just being Ben Affleck and a movie can be a hit! Menurut saya Ben Affleck sangat beruntung. Dengan 'ndomblong' atau melongo dan memasang wajah tak berdosa yang sedikit bodoh, Ben Affleck selalu mampu menjual film-filmnya. Ini belum terhitung ketika ia serius menjadi sutradara atau menggarap film-film yang berbau action, politik bahkan perang. Ben is Amazing. Di sisi lain Rosamund Pike yang menjadi lawan mainnya dalam film ini justru menunjukkan acting yang membuat penonton terkesiap. What a girl! Terakhir saya melihat film Pride & Prejudice yang dibintangi Rosamund, sebagai kakak sang tokoh utama. Pikiran saya hanyalah, another pretty face. Satu lagi wajah cantik yang lugu penghias halaman Hollywood. Gone Girl mematahkan anggapan itu. Rosamund bukan sekedar another pretty face. She can acts amazingly.

Alkisah pada ulang tahun kelima pernikahannya, Nick Dunne bangun pagi dan menuju ke Resto/Bar miliknya. Bar itu joinan milik Nick dan kakaknya menjadi bartender utama/manager di Resto tersebut. Setelah curhat sebentar dengan kakaknya, Nick mendapat telepon dari tetangga, "Nick kucing kamu keluyuran sendiri di depan rumah, takut kabur kamu masukin dulu ke rumah." Nick lalu pulang dan mengurus kucingnya. Ternyata pintu depan rumah terbuka dan meja di ruang keluarga pecah berantakan. Lalu istrinya tidak bisa ditemukan alias hilang, lenyap tak berbekas. Nick lalu menilpon polisi dan melaporkan tentang kehilangan sang istri. Polisi bertindak cepat dan menyisir area rumah Nick. Dari sini ajang sirkus mulai dibuka.

Atraksi di Media Amy Missng
Penyelidikan lama-lama mengarah kepada Nick. Di dapur ditemukan bekas darah istrinya yang mengindikasikan ia dibunuh atau terluka parah. Demikian pula ada bercak darah di kitchen set seolah kepala istrinya pernah dibenturkan. Nick adalah lelaki yang apa adanya. Tidak menduga bahwa dirinya akan menjadi perhatian polisi sehubungan dengan menghilangnya sang istri. Atraksi terus dibangun dengan fakta-fakta bahwa istrinya memiliki lebih banyak uang daripada Nick. Bar yang ada ternyata atas nama sang istri, bahkan Nick membeli asuransi jiwa atas nama sang istri. Seolah ia punya firasat bahwa istrinya akan mati. Lalu kartu kredit menunjukkan bahwa Nick berbelanja banyak barang sehingga over tagihan. Kecurigaan polisi makin kuat. Ini suami pengeretan. Istrinya kaya maka dari itu sang istri dibunuh agar dapat menguasai hartanya. Nick jelas kalang kabut karena bukan seperti itu yang terjadi dalam hidupnya. Sirkus terus berlanjut karena media televisi setiap saat menayangkan tentang hilangnya sang istri. Wajah tanpa dosa milik Ben Affleck sangat bermanfaat dalam acting suami culun seperti ini.

Sampai akhirnya drama dibangun mencapai titik puncak ketika ditemukan diary sang istri, Disitu sang istri, Amy Dunne curhat habis-habisan bagaimana ia merasa tertekan dengan pernikahannya. Betapa suaminya kasar dan punya kemampuan untuk melenyapkan dirinya. Bagaimana suaminya tidak ingin memiliki bayi, sedangkan Amy sangat menginginkannya. Seorang tetangga yang mengaku sahabat dekat Amy sangat marah dan membuka fakta bahwa di hari menghilangnya Amy ia tengah mengandung dua bulan. Lagi-lagi media membuat atraksi sirkus betapa tragisnya ketika seorang wanita hamil dilenyapkan oleh suami dengan motif harta. Padahal faktanya Nick dan Amy punya perjanjian pisah harta. Jadi ketika mereka bercerai masing-masing akan membawa hartanya sendiri, tidak ada gono-gini. Tetapi sirkus memang menarik perhatian banyak orang. Maka opini masyarakat terus saja digiring tentang betapa tragisnya nasib Amy yang menghilang tanpa jejak.

Kisah makin intense dan masuk ke dalam realitas tentang siapa Amy sebenarnya. Amy adalah penulis lulusan Harvard. Serial kisah masa remajanya dibukukan oleh ayah ibunya yaitu "Amazing Amy". Amy juga anak tunggal dari keluarga yang cukup mampu. Dengan kata lain Amy punya otak brilliant dan cukup kaya. Rupanya perkawinan Amy dan Nick sudah tidak dapat dipertahankan. Nick tidak tahan dengan sikap Amy yang ternyata psikopat. Sementara Amy merasa diporoti abis dengan menikahi Nick. Hartanya bukan bertambah tetapi berkurang karena harus 'nalangi'- nombok bagi Nick ketika lelaki itu tidak punya pekerjaan yang baik/ tidak menghasilkan. Dan lagi keluarga Nick tidak sekaya keluarga Amy. Tambahan lain Nick mulai selingkuh dan pacaran dengan gadis usia 20 tahun yang adalah bekas muridnya di kelas menulis. Gondok beratlah si Amy ini. 

Margo, Twin Sister Nick Dunne
Ia lalu membuat rencana licik dengan merekayasa pembunuhan dirinya. Ia mengambil darahnya sendiri dengan transfusi dan ditumpahkan di dapur. Ia belanja online dengan kartu kredit Nick agar kian terlihat bahwa lelaki itu memang pemboros dan memoroti Amy habis-habisan. Semua di atur dan disetting agar terlihat Nick lah yang melenyapkan dirinya. Bahkan ia khusus menulis diary dengan tangan dan diatur agar ditemukan oleh polisi dengan kisah memelas yang palsu tentang kekejaman suaminya. Kisah yang murni karangan dirinya agar dipercaya publik. Sirkus makin seru ketika media memberitakan bahwa Nick sangat kompak dengan kakak perempuannya Margo Dunne bahkan di tambahkan atraksi drama lain bahwa Nick dan kakaknya Margo adalah sepasang kekasih. Anak kembar yang saling mencintai. Nick sampai melongo mendengar pemberitaan itu ditelevisi. Benar-benar berita yang mempermalukan dirinya dan kakaknya. Padahal mereka hanya kakak beradik biasa tidak ada hal yang aneh.

Dalam pelariannya, Amy yang menyamar menjadi wanita jelek dirampok oleh tetangga apartmennya di tempat kumuh. Ketika melompat-lompat menang permainan tanpa sengaja Amy menjatuhkan kantong uangnya yang langsung menarik minat teman-teman penjahat yang ada disekelilingnya. Dalam keadaan bangkrut berat, Amy tidak kehilangan gagasan. Ia langsung menghubungi mantan kekasihnya semasa SMA yang kaya raya, Desi Collings. Desi yang memang terobsesi pada Amy setuju untuk menampungnya dirumah mewah tepian danau miliknya. Amy sebenarnya kurang suka pada Desi karena lelaki ini suka mengatur dirinya. Amy lebih suka jika dia yang mengatur lelaki, karakter Nick lebih lembek sehingga ia mudah menguasai. Sementara itu Amy juga berpikir bahwa Nick sudah bertobat dan ingin menjadi suami yang baik. Ia melihat penampilan Nick di televisi yang terlihat tulus dan memohonnya untuk kembali pulang ke rumah.Padahal penampilan Nick juga salah satu atraksi Sirkus yang disajikan. Nick dilatih oleh pengacaranya untuk bersikap lebih sentimental tentang kehilangan sang istri. Penampilan demi penampilan di layar kaca semata-mata hanyalah aneka adegan sirkus yang sekiranya akan memuaskan masyarakat yang haus drama. 

Dengan sifatnya yang psikopat Amy kemudian membunuh Desi Collings dan membuat setting drama lain, bahwa ia diculik Desi, disekap dan diperkosa. Hingga akhirnya ia mampu membunuh dan melarikan diri dari 'lelaki jahat' itu. Benar-benar antitesa yang brillant. Dengan membunuh Desi Collings Amy muncul berlumuran darah di rumah Nick. Menjerit minta tolong dan diantar ke rumah sakit. Ketika polisi yang membantu mencari Amy merasa curiga dan memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan memojokkan, Amy memasang wajah tidak berdosa, ketakutan dan selamat dari percobaan kekerasan. Amy tidak ragu-ragu melakukan kekerasan pada dirinya sendiri demi mendapatkan kesan bahwa ada orang lain yang berlaku kejam pada dirinya. Hal ini termasuk menghantam wajahnya sendiri dengan martil agar terkesan sebagai wanita korban KDRT. 

Tentu saja Nick tidak percaya sedikitpun kebohongan Amy. Dia kini benar-benar tahu betapa berbahaya dan cerdasnya sang istri yang mampu mengatur semua panggung sirkus untuk penampilan terbaiknya. Masterminds. Nick hanyalah pemeran pembantu utama. Dengan tragedi yang terjadi nama Amy naik daun lagi dan buku-bukunya, "Amazing Amy" mulai dicetak lagi. Nick hanya mampu geleng-geleng kepala. Kebohongan terus berlanjut dengan berita bahwa Amy hamil lagi. Film ditutup dengan wajah muram Ben Affleck yang mendampingi istrinya dalam sebuah wawancara televisi. Kasihan Nick yang malang, ia benar-benar terjebak dalam panggung sirkus buatan Amy dan berpura-pura menjadi suami bahagia. Film berakhir dengan ending menggantung. Tidak diketahui apakah Nick akan mampu lari dari istrinya, ...?

Saturday, July 4, 2015

Kenapa Ibu-Ibu Sering Ngamuk Terkait Anaknya?

Hard to explain this. Dibilang sulit, engga juga. Dicari gampangnya, mungkin karena sang ibu yang mengandung anaknya selama 9 bulan? Beberapa hari lalu anak saya pulang camp liburan. Kegiatan yang diselenggarakan selama libur sekolah. Ada hal yang membuat saya nyaris murka. Selama ini anak saya bersekolah di sekolah yang kecil scopenya. Muridnya tidak banyak. Saya merasa puas dengan keadaan ini dan berterima-kasih pada principal/kepala sekolah yang masih punya idealisme tinggi. Sehingga sekolahnya tidak diubah menjadi mesin pencetak uang dengan jumlah siswa yang banyak membludak dan jumlah guru yang tak ubahnya karyawan kartu ceklok pagi-sore. Datang untuk absen, ceklok kartu dan nanti sore pulang, ceklok kartu lagi di mesin absensi. Semoga tidak ada sekolah yang beroperasi dengan gaya seperti itu, tanpa sisi humanisme. 

Karena sekolahnya kecil, rata-rata murid saling mengenal. Demikian pun saya berusaha berkenalan dengan parents yang lain. Saya merasa bahwa sekolah tersebut dengan sendirinya ter-filter. Rasanya mayoritas orang tua yang ada disitu sangat memperhatikan kesejahteraan anaknya, hingga ke titik koma. Dalam artian saya melihat ortu membesarkan anak-anak tidak sekedar diumpan dengan materi atau kebutuhan tapi termasuk sisi-sisi humanisme-nya dibangun. Building character-nya dikerjakan dengan teliti oleh orang-tua maupun guru-guru. Sekali waktu saya mengambil rapor anak saya. Dan saya melihat seorang siswa lelaki yang sudah lulus datang berkunjung. Siswa ini datang untuk bertemu dengan salah satu gurunya. Ia baru saja kuliah dan adiknya juga masih bersekolah disekolah yang sama dengan putri saya. Siswa senior ini menyapa gurunya dengan bahasa Inggris yang sangat fasih dan bercakap tentang masa depan, beasiswa dan perkuliahan yang diambil. Saya yang mendengar saja merasa sangat bangga. Orang-tua dan gurunya sudah berhasil "menyiram" dan "memupuk" anak tersebut dengan baik, satu benih generasi penerus bangsa. Sekolahnya mahal? Enggak, relatif murah. Kalau melihat bangunannya ngenes, seperti konstruksi bedeng tambal sulam. Saya makin menyadari 'esensi laskar pelangi.' Bahwa anak-anak itu dibina bukan sekedar menyorot isi kantongnya tetapi terpenting pada isi kepalanya!

Kembali pada masalah anak pulang camp liburan. Camp ini diselenggarakan bukan dari sekolah tapi dari kegiatan yang diikuti oleh putri saya. Otomatis siswanya juga berasal dari berbagai sekolah lain. Dalam suatu kesempatan persiapan jurit malam, anak saya membangunkan anak lain. Bersiap untuk berangkat jurit malam. Ternyata salah satu anak lelaki yang dibangunkan marah besar dan mendadak menyabet putri saya menggunakan jaket hingga dahinya terluka cukup dalam sepanjang kira-kira setengah centimeter. Waktu melihat anak diperlakukan begitu oleh anak lain rasanya mau mengamuk. Itu orang-tuanya sadar atau tidak kalau anaknya agresif dan berangasan lalu tingkahnya membahayakan anak lain? Anak-anak masih bisa diatur hingga usia sekitar 8tahun. Setelah itu ia mulai membangun karakternya sendiri. Masih bisa dicereweti hingga usia 16-17 tahun. Tapi setelah itu, semuanya akan bertumbuh dengan pesat, sikap, sifat, kesopanan, kehalusan budi dan sebagainya. Karakter akan mengental sendiri hingga usia 21 tahun, yang pada akhirnya orang tua sudah mulai sulit mengontrol. Pada usia awal 30-an saya masih dikontrol oleh ibu saya. Memang menakutkan, tapi trauma masa kecil mungkin membuat ibu dan saya memiliki hubungan yang sangat kompleks. Jadi "sangat lambat" untuk menjadi dewasa sepenuhnya. Hal ini tidak bagus juga. 

Ketika melihat putri saya dahinya terluka dan mengering, langsung saja saya dan suami merasa jengkel pada anak yang mencederai anak saya. Inginnya langsung komplen dan marah. Memang masalahnya kecil, biasa dan sudah selesai, apalagi lukanya sudah mengering. Tetapi menyabet anak lain dengan jaket hingga membuatnya terluka menurut saya termasuk tindakan penyerangan yang membahayakan. Bagaimana kalau kena mata? Fatal akibatnya! Satu hal yang membuat kami terdiam, anak saya dengan santainya menganggap itu semua hanyalah masalah kecil. "Its okay Mam. Anak itu memang bermasalah. Sudah sering dia dibahas oleh anak-anak lain karena sikapnya kayak gitu. Dan Mami nggak usah komplen kemana-mana. Nanti aku yang di-bully dikatakan cengeng dan minta dibela ortu hanya karena masalah luka kecil seperti ini. Sudahlah jangan dipermasalahkan, Mami!" Well, I guess saya juga sudah membesarkan anak yang cukup berkarakter dan punya mental baja. I love u so much daughter! Kenapa ibu-ibu sering mengamuk terkait keselamatan dan kesejahteraan anaknya? Karena ia sangat mencintai sang anak,...