Monday, December 14, 2015

Beribadah Secara Kompleks

Waktu kecil saya tidak punya agama. Hanya ikut-ikutan saja. Panjang ceritanya dan rumit. Singkatnya sekarang saya Katholik. Ke gereja sekali dalam seminggu. Setiap kali saya ke gereja ada pengalaman iman yang tidak biasa. Selalu terjadi hal yang aneh-aneh. Seolah di gereja itu diperlihatkan banyak hal yang tadinya tidak terlihat di mata saya. Minggu lalu adalah salah satu ibadah teramai yang saya hadiri. Yang namanya anak-anak balita banyak banget dan berlarian di dalam ruangan. Pertanyaannya: bagaimana orang bisa berdoa kalau anak-anak segini banyak lari kesana-kemari? Ada yang duduk menggambar dan mewarnai di meja depan mimbar! Ada yang menyanyi keras-keras lagu TK 'are you sleeping--are you sleeping brother john?? brother johhhn? morning bells are ringing....' Beribadah dengan cara seperti ini judulnya 'jambak rambut.'

Yang kedua, paduan suaranya kompak fales! Jarang ada paduan suara fales, tapi kali ini entah bagaimana latihannya atau siapa pelatihnya, para peserta koor menyanyi dengan suara 'merepet.' Jadi menyanyi itu kan didengungkan dengan indah, dengan kedalaman hati, dengan kebeningan jiwa. Ini menyanyi keras-keras dengan cara setengah berteriak seperti berbicara pada orang budeg. Lalu ketika nadanya menurun, bingung, langsung diam semua dan hilang suara. Semua umat di gereja saling menengok dengan wajah heran. Lho, kok menyanyi makin blero suaranya dan mendadak mandeg sendiri? Alamak! Suami berkomentar, "kacau ini paduan suaranya." Dan saya berkomentar, "nyanyi kok kaya kucing mau beranak."

Paduan suara ini juga tidak mengindahkan aturan waktu dan urutan. Ketika kegiatan diatas mimbar altar sudah selesai, mendadak saja mereka mulai menyanyi lagi. Walhasil Romo Pastor melotot dengan wajah masam menunggui mereka berlama-lama bernyanyi. Seharusnya bisa langsung menuju pada prosesi selanjutnya ini jadi terhambat karena paduan suara mendadak pengen nyanyi. Udah gitu pastor yang bertugas adalah pastor kepala, pastor senior, pastor sepuh. Seseorang yang dituakan dan gemar pada disiplin, keteraturan serta tepat waktu. Bukan pastor muda atau juniornya yang lebih bisa fleksible terhadap 'keajaiban umat'. Terbayanglah wajah Pastor Senior yang bete bin manyun tersorot pada layar monitor tivi yang merekam kegiatan pada mimbar altar (kami berada di ruangan lain, sehingga harus mengikuti dengan perlengkapan audio visual). Diam-diam saya dan suami sedikit terkikik geli. 

Masih kurang kacaunya ibadah malam itu. Mendadak micropon terpencet sesuatu dan masuklah lagu dangdut 'lalalala..' tepat ketika Romo Pastor sedang asyik berucap sesuai dengan tradisi upacara ekaristi di dalam gereja. Jadi perkataannya di potong mendadak oleh lagu dangdut yang sangat kencang. Wajah pastor awalnya terkejut. Lalu mulai lagi 'bete' kelas dewa. Seperti sudah hendak meledak dalam kemarahan. Bocah putra altar yang ada disisi pastor juga awalnya memasang muka kaget lalu terkekeh sendiri. Untung hanya sekitar lima detik kemunculan musik dangdut yang mengganggu dalam ibadah di gereja. Suara micropon langsung dikembalikan lagi sepenuhnya pada keagungan suara pastor untuk memimpin upacara. 

Semua berjalan lancar hingga akhir perayaan. Koor dengan suara sember merepet masih lanjut berlangsung menyanyikan banyak lagu-lagu yang bagi kami jangkauan nadanya sedikit 'tertatih' buat mereka. Tapi it's okay lah, daripada saya kebanyakan komplain sedangkan saya kalau diminta latihan paduan suara juga ogah! Beralasan sibuk, gak ada waktu! Bahkan pemazmur yang muncul terlihat cukup sepuh seperti kyai dalang dengan suara mantab kebapakan. Suaranya berat, dalam dan 'njawani.' Untung saja nada-nada yang dilantunkannya cukup sempurna. Dalam artian tidak meleset. "Pemazmur-nya suaranya bapak-bapak banget," komentar saya. Dijawab suami singkat, "Lah emang dia udah bapak-bapak banget!" Seolah dirinya adalah bapak-bapak yang masih muda, ganteng dan penuh pesona. Aih, cuih!

Ibadah hari itu jauh dari kata sakral. Saya tetap gembira karena bukan orang suci juga. Saya cuma mampu menengadah ke atas, "Ya Tuhan, Kau suka bercanda juga rupanya,..."

foto : www.keepcalm-o-matic.co.uk

Tiga Pertanyaan Tolstoy

Semalam iseng mencoba mendengar 'audio book.' Ceritanya saya sedang giat dan asyik membaca banyak karya/literatur asing yang tersebar di dunia maya. Menggunakan aplikasi ebook reader saya dapat membaca karya-karya besar seperti Shakespeare, Jane Austen dst. Yep, in english! Sulit dimengerti untuk bahasa Inggris literatur lama. Udah gitu lama-lama mata kok lamur? Faktor U kali yee,... walau saya berusaha mengingkari? Ya sudah untuk menjaga kesehatan mata, saya coba alternatif lain. Sekarang saya coba mendengarkan kisah dengan 'audio book.' Ternyata di youtube banyak sekali naskah-naskah indah yang dibacakan. Jadi kita dapat menikmati karya sastra yang bagus-bagus itu dengan modal mendengarkan (listening). Kalau naskah Indonesia? Pengen banget! Tapi sejauh ini belum lihat ada audio book-nya. 

Untuk pertama kalinya saya mendengarkan naskah karya Leo Tolstoy. Saya pikir bakalan sulit dan menggunakan bahasa Inggris yang njlimet. Ternyata engga tuh! Cerita pendeknya simple dan inspiratif. Kisah Tolstoy yang saya dengarkan adalah, "The Three Questions" atau "Tiga Pertanyaan." Cara penceritaannya sederhana. Mirip seperti dongeng anak-anak HC Anderson. Siapa sih Pak Tolstoy ini? Tolstoy, orang Rusia. Dikatakan sebagai salah satu pujangga besar sepanjang masa. Masih keturunan bangsawan Rusia dan pemuda yang 'mbalelo.' Dia kuliah nggak selesai, kabur! Nggak mau dan nggak sudi belajar. Luntang-lantung nggak karuan, berjudi segala. Akhirnya masuk ketentaraan. Setelah masuk menjadi anggota ketentaraan ini, banyak pengalaman yang dialami Tolstoy maka mulailah beliau menulis. Tolstoy meninggal pada usia 82 di tahun 1910. Karya besarnya adalah 'war and peace' dan 'anna karenina.' Foto mudanya Tolstoy tampan seperti pangeran Rusia, tapi fotonya setelah kakek-kakek tua dan jenggotan seperti Gandalf dalam Lord of The Rings. He-he--he,...

Nah, balik ke karya yang saya baca, 'Tiga Pertanyaan.' Alkisah ada seorang raja yang pandai cendekia. Dia punya gagasan. Jika seseorang : MELAKUKAN SESUATU PADA WAKTU YANG TEPAT, BERINTERAKSI DENGAN ORANG YANG TEPAT DAN MENGERJAKAN HAL YANG TEPAT, orang itu tidak akan pernah gagal sepanjang hidupnya. Artinya bakalan sukses terus sepanjang usia! Bisa jadi kayak Warren Buffett? Si Raja ingin sekali tahu jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu. PENGEN DONG SUKSES! Siapa yang nggak pengen? Jadi Raja mencari tahu kemana-mana, SIAPA NIH ORANG YANG TEPAT? KAPAN WAKTU YANG PAS? DAN APA YANG HARUS DILAKUKAN? Tidak ada jawaban yang memuaskan Raja. Akhirnya Raja ingin bertemu Pertapa yang pandai. Pertapa ini terkenal tapi ia menyepi tinggal di hutan, tidak pernah muncul ke kota. Raja khusus menyamar untuk datang ke gubug pertapa yang bijaksana. Pengawal-pengawalnya ditinggal di tepi hutan.

Ketika bertemu pertapa, Raja langsung menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting tersebut. Tapi dicuekkin abis-abisan oleh si pertapa. Malah pertapa asyik menggali tanah, hendak menanam sesuatu. Karena tidak tega pada si pertapa yang tampak kelelahan mengolah tanah, Raja membantu pekerjaan pertapa mencangkul tanah. Tak lama kemudian muncul seorang lelaki yang terluka parah. Si Raja juga langsung menolong si lelaki yang terluka itu. Di perban dan di basuh luka-lukanya lalu ditidurkan di kasur pondokan si pertapa. Raja menjadi kelelahan atas berbagai pekerjaan yang dilakukannya hingga ia pada akhirnya juga tertidur pulas semalam suntuk di pondok pertapa.

Keesokan paginya raja terkejut, lelaki yang ditolongnya sudah sembuh. Lelaki itu ternyata adalah saudara dari orang yang pernah dipenggal kepalanya oleh raja. Ia datang ke pondok pertapa hendak membunuh raja! Dendam! Di tepi hutan ia dilukai oleh pengawal-pengawal raja dalam sebuah pertarungan. Namun karena raja justru menolong dan menyembuhkan luka-lukanya, lelaki itu tunduk menyembah kepada raja. Takluk. Ia dan keturunannya berjanji akan menjadi hamba raja yang setia. Raja tentu saja sangat gembira dan bangga. Tindakannya yang heroik berbuah manis. Tetapi masih saja berlanjut ia 'ngenyel' bertanya pada si pertapa, "Apa jawab dari tiga pertanyaanku?"

Si Pertapa menjawab kalem, "Raja, Anda sudah menemukan jawaban dari tiga pertanyaan itu. Kemarin Anda menolong saya mencangkul tanah. Lalu Anda menolong lelaki yang terluka parah. Seandainya Anda pulang dan tidak menolong saya, maka Anda akan terbunuh oleh lelaki yang ingin membalas dendam ini. Dan seandainya Anda tidak menolong lelaki itu, selamanya ia akan mendendam dan mengincar kesempatan untuk membunuh Anda! Jadi WAKTU YANG TERBAIK UNTUK MELAKUKAN SESUATU ADALAH SEKARANG, KETIKA ANDA PUNYA KEKUATAN UNTUK MELAKUKANNYA. ORANG YANG TEPAT UNTUK ANDA ADALAH ORANG YANG SAAT INI BERADA DEKAT DISISI ANDA. DAN HAL YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN ADALAH PERBUATAN BAIK."

Makjlebs ya? Terimakasih Pak Tolstoy, ceritanya super!

foto: wikipedia

Monday, November 30, 2015

Bosen Jadi Orang Keren

Jamon Jamon Movie
Gara-gara nonton film Desperate Housewives, ketertarikan saya merambat pada Penelope Cruz dan Javier Bardem. Siapa sih kedua orang itu? Mereka adalah dua orang Spanyol yang merajai Hollywood. Daripada Brangeline (Brad dan Angelina) saya menempatkan Pe dan Javier menjadi pasangan Hollywood idola saya. Keduanya berdarah latina, kelahiran Spanyol. Spanish Speaking. Menurut saya adalah fenomena yang menarik ketika orang-orang asing datang ke sebuah teritori mapan seperti Hollywood dan justru berprestasi serta meraih posisi unggulan di tempat yang bukan merupakan tanah kelahirannya. Bahkan melebihi orang-orang yang sudah bertahun-tahun bekerja disitu. Susah? Banget!

Jamon Jamon Movie
Penelope Cruz lahir pada 28 April 1974 di Alcobendas, Madrid, Spanyol, sedangkan Javier Bardem lahir pada 1 Maret 1969 di Las Palmas de Gran Canaria, Spanyol. Mereka pertama kali bertemu, bersanding pada tahun 1992 dalam film Jamon, Jamon. Menjadi sepasang kekasih. Dibilang teman, tentu saja mereka adalah rekan kerja di bidang perfilman. Kalau dipikir menjadi aktor atau aktris kelas Hollywood itu kasihan nasibnya. Kenapa? Karena tubuh dan diri sendiri adalah milik publik/penikmat film/seni. Mereka tidak bisa menolak ketika tuntutan film mengharuskan melakukan adegan berbahaya dan aneh-aneh. Tadinya saya pikir Jamon Jamon adalah film biasa percintaan remaja. Setelah dilihat, ya ampun! Film rating 'semi.' Adegannya serba syur dan ada kekerasan juga. Ketika itu Penelope baru berusia 18 tahun dan Javier usianya 23 tahun. Penelope sendiri merasa 'trauma' dan seram kalau mengingat film tersebut dan adegan-adegan syur yang harus dilakukannya bersama Javier. Tapi itu dulu ya Pe? Sekarang happy dong. Kan film kenangan?

Setelah film tersebut ada satu film lain yang dibuat oleh keduanya namun tidak dalam satu frame sehingga mereka tidak bertemu-muka. Pada tahun 2008 Woody Allen kebetulan membuat film Vicky Christina Barcelona. Film drama percintaan. Ceritanya model 'Eat-Love and Pray' dimana si Javier juga pernah berperan menjadi kekasih Julia Roberts dalam film tersebut. Di film Vicky Christina Barcelona, Penelope dan Javier menjadi sepasang suami istri. Enam belas tahun silam perannya sepasang kekasih dan kini perannya adalah pasutri. Naik kelas? Pertemuan ini menumbuhkan benih asmara yang tumbuh pesat diantara keduanya. Betapa perjalanan kehidupan dapat menciptakan pengalaman-pengalaman yang berbuah manis. Termasuk bagi Penelope dan Javier. Gimana nggak klop? Keduanya adalah orang-orang Spanyol yang merantau, menyingsingkan lengan baju di Hollywood. Ketika datang ke Hollywood, keduanya masih belum bisa berbahasa Inggris dengan baik. Sama-sama kenal dari usia remaja. Penelope sejak kanak-kanak membintangi banyak iklan dan film di Spanyol, Javier juga demikian. Malah Javier sejak usia 6 tahun sudah terbiasa berada di lokasi shooting karena ibu, kakek dan pamannya adalah sineas-sineas ternama Spanyol. Memang keturunan orang film! Romantis? Banget!

Penelope tadinya saya pikir 'just another latina woman.' Bagaimana tidak? Semua yang latina itu pasti cantik dan ganteng. Udah tidak dapat dinilai lagi tentang hal lainnya. Mereka enak dipandang dan keren. Lalu? Sudah berhenti disitu, sebatas dikagumi. Penelope berbeda. Pe sangat seksi dan cukup berani dalam film-filmya. Tapi dia bukan wanita sembarangan. Dua mantan pacarnya dinobatkan sebagai 'sexiest man alive.' Kedua mantannya adalah Tom Cruise dan Matthew MacCoughney. Bahkan pernah juga datang ke acara Oscar ditemani oleh Matt Damon. Kalo dipikir-dipikir Penelope bisa memilih pria terhebat manapun untuk mendampinginya. Tetapi tidak! Bahkan percintaannya dengan Tom Cruise bubar, tetapi mereka tetap menjadi sahabat/teman baik. Penelope betah menjadi artis papan atas yang melajang hingga usia 36 tahun. Tidak terburu-buru tertarik lelaki milioner atau pengusaha atau seseorang yang 'wah' untuk dipaksakan menjadi pasangannya. Penelope justru kembali menjalin hubungan dengan 'cowok' masa remajanya: Javier Bardem. Hubungan ini seolah direstui Tuhan. Pada tahun 2010 keduanya menikah dalam upacara sederhana di Bahamas. 

Oscar Award Winners
Prestasi serta penghargaan yang diraih Penelope Cruz dan Javier Bardem puluhan. Tetapi yang paling mengesankan adalah Javier menjadi orang Spanyol pertama yang masuk nominasi Oscar dan Penelope kedua! Lalu Javier meraih Oscar pertamanya di film No Country for Old Men sebagai pemeran pembantu pria terbaik tahun 2007. Berikutnya Penelope Cruz memperoleh Oscar juga menyusul Javier di tahun 2008. Keduanya susul-menyusul dalam berprestasi. Pe menang sebagai pemeran pembantu wanita terbaik di film Vicky Christina Barcelona. Benar-benar pasangan yang memperoleh anugrah terbaik dari Tuhan! Dalam festival Cannes 2010, Javier berkata, "Saya ingin berbagi kebahagiaan ini dengan temanku, pasanganku dan cintaku : Penelope. Saya banyak berhutang padamu dan saya sangat mencintaimu." Pernyataan ini mengejutkan dunia karena Javier dan Penelope memang tidak banyak bercerita pada publik tentang hubungan cinta mereka. Mereka sangat tertutup untuk urusan hubungan personal. Tidak pernah mengumbar kisah kasih. Selalu diam-diam bersembunyi dari lampu sorot Hollywood. Kini pernikahan keduanya sudah berjalan selama lima tahun dan punya dua anak. Leo serta Luna. 

Why Javier and Penelope? Why not Brad and Angelina? Karena menurut saya mereka jujur serta low profile. Mereka sama-sama lajang yang menikah pada usia matang setelah belasan tahun malang-melintang di dunia perfilman. Bekerja keras dan berprestasi. Mereka tidak pernah bercerai atau memiliki anak dari orang lain. Hidup di Hollywood memang semrawut tetapi pasangan ini mampu meminimalkan kesemrawutan itu dalam roda mahligai perkawinan yang cukup stabil dan semoga bertahan untuk selamanya. Penelope juga memiliki sikap-sikap yang cukup tegas. Ketika adik bungsunya Eduardo menjalin cinta dengan Eva Longoria yang usianya 10 tahun lebih tua dan sudah dua kali menjanda, dengan cepat ia memperingatkan adiknya agar memilih wanita yang lebih tepat. Penelope dapat membedakan imajinasi masyarakat/publik dengan kenyataan yang sesungguhnya. Ia tidak memilih Tom Cruise atau Matthew MacCoughney, sebaliknya ia memilih menjadi pasangan dari seseorang yang barangkali memang sudah sejak dulu dicintainya diam-diam : Javier Bardem. Melihat pasangan ini, sepertinya ada harapan bahwa masih akan ada penikahan yang langgeng dan membumi bagi pasangan Hollywood. Contohnya : Penelope & Javier. 

Parenting
Dalam sebuah foto terakhir di tahun 2015, tampak Javier, Penelope dan kedua anaknya berlibur ke Afrika Selatan. Keduanya mengenakan baju yang lusuh dan tidak berdandan. Merasa bahagia menjadi orang-tua yang sesungguhnya, menunggui anak-anaknya duduk mewarnai di sebuah meja. Ada masanya mereka ingin menjadi diri sendiri, malas dandan dan mungkin sesekali terlihat dekil. Penelope mengaku lelah mengurus kedua anaknya. Tetapi ia juga merasa sangat bahagia. Menurutnya anak-anak memang sebaiknya diasuh sendiri oleh kedua orang-tua. Javier dengan rendah hati pernah berkata, "Saya bukan aktor. Saya ini hanya orang yang bekerja di bidang perfilman." Beberapa penggemar mengomentari keduanya di foto tersebut, "Kok terlihat seperti gelandangan gitu ya?" Padahal keduanya adalah pasangan latina yang super hot. Keduanya pasti akan tertawa terbahak-bahak jika dikata-katain, "Jelek loe pada,..." Ya, iyalah! Mereka sudah bosan jadi orang keren! Emang situ? Diapa-apain juga jelek mulu. He-he,...

Foto: berbagai sumber/dokumentasi pemberitaan Penelope & Javier

Saturday, November 28, 2015

Rasionalitas Versus Kehendak Tuhan

BUKU ADALAH JENDELA DUNIA, katanya demikian. Buku membuka indera perasaan Anda bukan dalam hal fisik, meraba kasar dan halus permukaan sebuah benda. Tetapi dalam hal spiritual, meraba kasar dan halus karakter seseorang. Meraba kasar dan halus sebuah permasalahan dalam kehidupan. Saat berbicara dengan seseorang yang cukup rajin membaca buku, maka akan terasa lebih mudah melakukan komunikasi dan interaksi. Dikarenakan orang tersebut terbiasa membuka pola pikirnya pada hal-hal baru. Namun ada pula seseorang yang banyak membaca dan oleh karenanya menjadi angkuh serta tak boleh diganggu-gugat pendapatnya. Ini dikarenakan memang sifat bawaan. Ada orang yang mengerti bahwa membaca harus membuatnya kian rendah hati karena luasan pengetahuannya melebihi orang-orang lain. Tetapi ada yang merasakan membaca membuatnya kian pintar dan harus menggurui orang-orang yang lainnya. Persepi tentang membaca patah jadi dua. Bermanfaat atau mencelakakan? 

Saya tersentuh ketika pertama kali membaca "GUNUNG KELIMA" karya Paolo Coelho. Ceritanya diambil dari bagian kitab suci dan dinovelkan sedemikan rupa sehingga seperti hidup dan membiuskan kesadaran atau pemahaman baru. Ketika membaca novel itu, saya berpikir bahwa ternyata pergulatan hidup ini memang berat dan semua orang diminta untuk terus berjuang. Tanpa henti. Bahkan Tuhan sendiri yang 'menantang' hidup kita dengan aneka cobaan. Benar kan? Hidup ini disebut anugerah karena dalam kehidupan kita diberi kesempatan untuk melakukan apa saja dan menjadi apa saja. Makanya hidup ini memang perjuangan tetapi seharusnya indah. Indah gimana Bu, kalo di kehidupan ini bawaannya sial dan apes melulu. Terus tersenyum dan ketawa-ketawa dibawa happy, bukannya malah sudah gila? 

Seorang sahabat membeli novel tersebut, GUNUNG KELIMA dan langsung menghadiahkannya kepada saya setelah membaca beberapa lembar halaman depan. Nggak suka ceritanya! Membingungkan! Saya menerima novel itu seolah sekantung permata. Karena saya sangat menikmati cerita-cerita Coelho. Saya suka pintu kesadaran yang dibukakan dengan membaca. Jujur, dulu ada masanya saya nggak tahan dengan orang yang bodoh (saya tidak menguasai ilmu-ilmu eksakta karena saya tidak suka, tapi saya pikir saya cukup menguasai ilmu-ilmu sosial karena suka), diajak ngomong nggak nyambung. Ngotot pula! Tetapi sekarang saya berpikir, mereka kurang membaca barangkali? Atau kalaupun sudah membaca juga tidak mampu menyerap intisari bacaannya dengan baik? Atau bisa juga membaca hal-hal yang tidak berguna? Entahlah. Tetapi sekarang saya tidak ambil pusing. Kalau mengobrol nggak nyambung ya memang alamnya beda. Situ silahkan kesana dan saya kesini. 

Dengan membaca penalaran dibukakan. Menurut saya bacaan yang paling utama sesungguhnya adalah kitab suci. Apapun agama yang dipeluk. Membaca kitab suci terlebih dahulu, menyatukan suara hati dengan apa yang tercantum disitu dan mengamalkannya dalam kehidupan. Ketika kita diberikan masalah oleh Tuhan, itu artinya kita harus memetik suatu pelajaran. Dalam sebuah badai kehidupan ketika kita keluar, kita tidak lagi menjadi orang yang sama. Kita telah berubah! Kenapa permasalahan disebut UJIAN? Karena apa yang tertulis di kitab suci seharusnya pasti ada yang menjadi 'contekan' jawaban dari UJIAN kehidupan tersebut. 

Kitab suci adalah buku besar yang paling utama, berisikan semua ajaran yang diperlukan untuk bertahan hidup. Seorang teman terus mengeluhkan masalah yang sama, mengaku telah berdoa secara rutin. Tetapi ia tidak juga mendapatkan jawaban. Terlebih ia tidak mau beringsut menjauh dari titik semula karena harus mengedepankan 'rasionalitas.' Ia tidak mau keluar dari zona nyaman, tidak mau melakukan perubahan dan tidak mau mencoba hal baru. Saya jadi bertanya-tanya, benarkah yang dilakukannya adalah rasional? Rasionalitas memang penting. Sebelum menyeberang jalan tengok kanan dan kiri. Tetapi ketika kehendak Tuhan terjadi, saat menyeberang ada yang mendadak liwat mengebut, maka celakalah kita! Kehendak Tuhan diatas rasionalitas. Kehendak Tuhan adalah misteri yang harus dipecahkan oleh si manusia sendiri. Rasionalitas hendaknya dibarengi dengan doa-doa yang memperkuatnya. Selama seseorang ngeyel dan ngotot, merasa paling tahu apa yang terbaik dan rasional bagi dirinya sendiri maka kehendak Tuhan akan terhambat menghampirinya. Saya bukan orang yang pandai tetapi ada satu kalimat dalam buku besar agama saya yang kata-katanya demikian, "Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendakMu." Lalu masih adakah rasionalitas ketika hidup seharusnya kita biarkan mengalir sekehendak Tuhan?

Refleksi diri : Selesai membaca buku "PRAY: LET'S DO IT", author : Marvin McKenzie

Friday, November 27, 2015

Meditasi Menata Keheningan Diri

Sudah agak lama saya pernah menuliskan tentang 'monkey mind' bagaimana pikiran manusia sering melompat-lompat sesuka hati. Ini benar. Kadangkala kita menyesali masa lalu. Kadangkala kita ingin marah akan sesuatu hal. Kadangkala kecewa karena apa yang di damba tidak terpenuhi. Kadang-kadang juga iri hati karena orang lain nampak sukses, bahagia dan mapan. Pikiran kita adalah sesuatu yang 'jahat' jika kita tidak berhati-hati mengendalikannya. Saya pernah mengalami pikiran jahat ini mengendalikan diri saya sehingga segala hal terlihat 'layak dibenci' dan semua yang terjadi di kehidupan saya adalah 'melulu kekecewaan.' Waduh, gawat ya? He-he..

Beberapa waktu lalu ada kawan yang menghimbau saya agar mengikuti kelas meditasi Zhen Qi. Saya akui saya bukan tipe orang yang bisa berhening dan berdoa berlama-lama. Doa saya 'fast food.' Tuhan itu bukan 'partner dialog' yang asyik. Jadi kadang saya malas bercakap-cakap dengan Tuhan. Untuk apa tokh Dia tak bisa menjawab? Lalu saya berkata 'Tuhan kan Maha Tahu' seharusnya Tuhan tahu persis apa yang terjadi di hidup saya dan kalau memang Tuhan berkenan, maka Ia akan memperbaiki apa yang salah dalam hidup saya dan menganugerahkan apa yang pantas saya terima. Cara berpikir saya adalah cara berpikir praktis. Boleh dikata semi agnostik. 

Itu dulu ketika saya tidak mengerti bahwa memang ada kebenaran di dalam berdoa. Bahwa doa itu dijawab. Bagaimana doa itu dijawab Mbak? Dengan berbagai hal yang terjadi di kehidupan Anda. Perhatikan dan hitunglah satu persatu...Doa dijawab dengan kejadian demi kejadian! Bukan dengan suara Tuhan berseru, "Hellooo..can I help anybody?" Emangnya Tuhan support service? Walaupun tidak pandai berhening dan berdoa, saya cukup concern masalah kesehatan dan asupan makanan. Jadi saya suka mengikuti arahan pada hal-hal yang berbau kesehatan. Meditasi Zhen Qi diperkenalkan kepada saya beberapa minggu yang lalu. Disebutkan bahwa meditasi ini membantu menjaga dan memperbaiki kondisi tubuh. Saya tak memiliki pandangan sama sekali seperti apa sih 'meditasi Zhen Qi' kok kesannya ampuh banget?

Ketika datang ke kelas meditasi. Saya bingung, waduh serasa balik jadi 'anak muda.' Soalnya yang ikut meditasi usia 50 tahun ke atas, mayoritas. Saya tidak ada penyakit apapun. Saya hanya jenis orang yang ingin 'sedia payung sebelum hujan.' Saya tidak mau menjadi tua dan sakit-sakitan lalu merepotkan putri saya. Sehingga sejak dini saya berpikir harus menjaga kondisi tubuh dengan baik. Yoga pernah saya lakukan. Terbentur waktu dan biaya, sementara vakum dulu. Sekarang saya ingin mendalami meditasi karena tampaknya hal yang mudah untuk dilakukan. Cuma duduk diam lalu memetik buah kesehatan dalam tubuh. Gampang kan? 

Yang datang ke tempat kursus meditasi ternyata banyak yang sudah sepuh dan mulai sakit-sakitan. Ada yang stroke, ada yang mulutnya menganga tidak bisa ditutup dan ada yang menggunakan tongkat. Miris melihatnya. Yang stroke disebutkan dulunya sebagai pria yang gagah dan tinggi besar, namun tidak menjaga asupan makanannya. Apa saja asal doyan langsung dilahap. Tubuh manusia juga seperti mesin. Banyak fungsi-fungsi yang saling terkait. Bisa dibayangkan jika kita jajan sembarangan dan bersantap. Seperti mobil mesinnya bensin diisi solar ditambah bensin oplosan pinggir jalan dan minyak rem murahan. Bodhol-lah mesinnya dalam waktu singkat!

Anyway, saya lalu belajar meditasi Zhen Qi. Jujur, awalnya saya mau tertawa terpingkal-pingkal. Kesannya meditasi ini kok mengada-ada. Dulu saat kecil saya suka nonton FILM SHAOLIN. Nah, meditasi ini persis seperti gaya perguruan shaolin. Atur napas dan disimpan sebagai tenaga dalam. Percaya nggak percaya, saya ikuti dan saya coba berlatih. Aneh! Akhirnya saya bisa percaya. Karena merasakan sendiri aliran tenaga "Qi". Zhen Qi sendiri berarti hawa murni. Ada kaitannya dengan ketenangan. kesabaran dan nafas panjang. Gimana tuh kaitannya Mbak? Jadi gini, makanya orang nggak boleh marah-marah. Nafasnya pendek-pendek dan sesak (maap: bisa cepat mati). Zhen Qi mengajarkan menarik nafas, disimpan didada. Jika sudah mahir, simpan di perut (3 cm dibawah pusar). Edan kali Mbak, kita kan bukan Jacky Chen yang bisa narik napas ala shaolin dan nyimpen diperut buat jurus dewa mabuk!

Nah, ini adalah bagian dimana yang tadinya saya tertawa, sekarang saya terdiam. Malu. Waktu saya masih mudaaa banget dulu, Bapak angkat saya di kantor senang 'ilmu pernafasan' dan dia berusaha mentransfer ilmunya kepada saya dengan menempelkan telapak tangan pada punggung. Untuk bersikap sopan saya mencoba menerima. Padahal dalam hati tertawa dan mengatakan, Bapak ada-ada saja! Sekarang saya yang bertingkah seperti Bapak angkat saya. Ikut-ikutan belajar ilmu pernafasan dan percaya! Jadi nafas itu adalah THE ONE and ONLY most importante thing in life. Napas putus? End! Ternyata nafas ini sering diremehkan dan dikalahkan dengan obat/vitamin serta makanan. Nafaslah yang menjadi 'aliran Qi' atau energi kekuatan kita. SEMUANYA diatur oleh nafas dan jantung. Makanya jantung berhenti juga? End! Karena gratis, nafas diremehkan. Padahal nafaslah si pekerja yang diam-diam bekerja keras dibelakang layar kehidupan Anda.

Zhen Qi hanya menganjurkan agar kita bernafas biasa dan menyimpan energi dalam tubuh. Untuk saat-saat sakit parah/sakit yang tak terkendali. Meditasi itu ibarat 'tidur tapi terjaga.' Diam saja selama beberapa waktu tetapi mengatur nafas. Karena kita diam, energi itu disimpan di tubuh (tidak dipergunakan dalam pekerjaan motorik). Inilah yang akan menjadi tabungan tenaga masa depan Anda kelak. Saya tadinya mentertawakan hal ini seolah kebohongan yang lucu. Karena kita tahu benar, kita semua bukan lulusan sekolah silat atau perguruan shaolin, mana mungkin bisa pandai mengatur nafas dan mengarahkan energi murni dalam tubuh kita? Ternyata saya bisa! Dan dampaknya pada saya adalah teratur/tidak sulit ke belakang serta mudah tidur lelap/pulas. Pikiran juga lebih jernih. Badan terasa segar. Ngibul? Untuk apa saya ngibul? Jualan juga engga? Dapat hasil juga engga? Saya hanya memberitahukan kabar baik kesehatan. 

Bagi yang percaya silahkan, yang mau mencoba silahkan. Yang melewatkan ya silahkan. Dampak positif lainnya, setelah rajin bermeditasi, saya lebih mudah fokus untuk berdoa, karena sudah terbiasa berhening. Maklum pikiran dalam kepala selalu melompat-lompat.... 

Refleksi diri : setiap hari saya bermeditasi 1 jam dan berdoa ritual agama selama 15 menit. 

Detail tentang meditasi Zhen Qi klik : secapramana

Monday, November 9, 2015

Anda Tidak Dapat Memiliki Segalanya

Sibuk..buk-buk-buk! Teler...ler-ler-ler! Alasan untuk lagi-lagi tidak menulis berhari-hari. Padahal cita-cita saya menulis blogging itu inginnya satu naskah dalam sehari. Jadi setahun 365 artikel tulisan. Eh, boro-boro deh! Bingung. Ketika bekerja di kantor, waktu sepertinya berjalan sangat lambat seperti keong. Setelah tidak berkantor, waktu melaju cepat bak jet coaster yang menderu. Waduh, yang belum saya sharing dan kisahkan di blog, buanyaaak banget. Tapi sudahlah, diantara waktu tidur setelah tengah malam buta ini saja yang dapat saya sharing-kan hari ini. Saya sudah bersyukur, mampu menuliskannya!

Tadi baca-baca web 'Positif Thinking'.. Wah! Motivasi mbelgedhes biasanya. Hehehe,..ngomong gampang, realisasinya sulit! Bullsh*t. Saya membaca beberapa nasihat/ quote-quote yang mengandung kebijaksanaan. Ternyata ada satu quote yang menarik minat saya. Lalu mendadak saya teringat diri saya sendiri dan aneka cita-cita serta hidup seperti apa yang saya rencanakan sejak semula. Dulu saya ingin sekali putri saya bersekolah di sekolah yang paling mewah dan mahal di wilayah tempat tinggal saya. Saya sudah tahu nama sekolah tersebut, letaknya dimana, bagaimana rasanya bersekolah disana. Karena teman sekantor ada yang memiliki anak lulusan sekolah ternama itu dan saya terkagum-kagum dengan promosinya. Kenyataannya, saya tidak mampu! Suami juga tidak sanggup! Sekolah itu sangat mahal dan borjuis. 

Sekarang saya pikir-pikir, seharusnya saya bersyukur. Putri saya bersekolah di sekolah yang sangat kecil. Sangat sederhana dan biayanya relatif murah. Saya kenal dengan banyak teman-teman putri saya dan para orang-tuanya. Menyadari bahwa mereka anak-anak yang baik, disayang dan dirawat dengan baik oleh orang-tua mereka. Sehingga menimbulkan efek lingkungan pendidikan dan pertumbuhan yang baik pula. Apa jadinya jika putri saya dibesarkan di lingkungan sekolah yang borjuis lalu banyak tuntutan dan banyak permintaan ini serta itu. Biaya yang dikeluarkan sangat besar dan sikap yang dibina bisa jadi adalah sikap yang menuntut kemewahan serta kesempurnaan. Jadi sekarang putri saya menjadi seseorang yang bahagia dengan 'apa adanya.' Makan indomie ya happy, pakai tas tanpa merek ya happy, pakai kaus yang beli seharga dua puluh lima ribu rupiah ya happy. Simple! Dan saya bahagia dengan keadaan putri tunggal saya. Setiap orang yang bertemu saya berkomentar, "Dia, putrimu sangat mandiri!" -- Padahal putri saya anak tunggal, satu-satunya darah daging kami. Tapi memang sengaja di didik untuk menjadi sangat mandiri dengan pedoman, "Hey, you're alone in this world, be a tough girl!" 

Rencana kehidupan berumah-tangga yang dulu saya idamkan secara muluk-muluk juga gatot. Gagal total! Dulu ingin punya rumah begini. Ingin punya mobil begini. Ingin punya kebun begitu. Tapi ketika sekian belas tahun berlalu dan saya berjumpa beberapa teman lama, mereka berkisah si A sudah berpisah dengan suaminya. Si B ditinggal kawin lagi. Bengong. What?? Yup, kehidupan ini tidak bisa dipaksakan. Minta begini dan minta begitu kepada Tuhan. Saya langsung 'mingkem' dan tidak lagi banyak komplen muluk-muluk minta istana atau kereta kencana pada suami saya. Bisa hidup bahagia berdua hingga hari ini ternyata nilainya luar biasa. Tidak mudah. You can not have it all! Anda tidak dapat memiliki segalanya. Anda tidak bisa bermimpi menjadi putri cantik, tinggal di istana kaca, mengenakan sepatu kulit rusa, berdansa dengan pangeran tampan dan hidup bahagia selama-lamanya. Tidak bisa. Itu adalah keadaan yang sangat ideal dan hanya ada dalam dongeng. Anda bisa memilih meninggalkan hidup yang Anda rencanakan dan menjalani hidup yang disediakan Tuhan untuk Anda dengan terus bersyukur. Yup, too bad.. you can not have it all!

Wednesday, October 21, 2015

Go Solo (9) Balai Soedjatmoko

Gemes, sering bepergian dan mengalami berbagai pengalaman. Tapi tidak sempat menuliskan maka menurut saya akan menjadi sia-sia. Kenangan itu memudar begitu saja seiring waktu yang berlalu. Mungkin beberapa foto akan mengingatkan kita tentang masa-masa itu namun tetap saja, kadang nggak ingat. Apa sih yang terjadi saat itu? Bagaimana perasaan kita? Mumpung stamina menulis masih saya milik, maka perjalanan Solo kali ini saya rangkum habis-habisan. Tujuannya apa? Tujuannya ketika traveller lain ingin ke Solo, mereka bisa membaca pengalaman saya dan mungkin bisa mengatur sendiri waktu dan tujuan yang dikehendaki semasa berada di Solo. Tentu saja juga mengatur budget keuangan sehingga plesiran tidak menjadi sekedar pemborosan tanpa guna.

Satu tempat yang tak kalah menarik di Solo adalah GRAMEDIA SOLO. Tempatnya tentu saja besar dan luas. Tetapi yang menarik disini adalah Balai Soedjatmoko semacam Bentara Budaya Solo. Tempat mereka-mereka yang berkesenian dan penggemar seni menikmati seni itu sendiri. Balai Soedjatmoko sering menjadi wadah para pelakon seni memajang atau memamerkan kreasi mereka. Pertunjukan atau pameran yang digelar disini biasanya free/gratis siapa saja boleh masuk, duduk lesehan dan menikmati. Tahun 2013 yang lalu saya menikmati Pameran Poster 'nylekit' Alit Ambara ketika berkunjung ke Balai Soedjatmoko. Nah, tahun ini saya punya kesempatan lain yaitu menikmati pertunjukan nyayian "Nyai Megan". Waduh siapa itu "Nyai Megan." Kini saatnya kita merasa malu.... Jadi ada gadis bule California yang sudah lama menetap di Solo. Sepertinya eks mahasiswi seni pesinden Jawa. Ya, Megan adalah pesinden asal Amerika. Gadis Amerika malah tertarik belajar seni nyanyian lagu Jawa dan menjadi ahli dibidangnya. Dengan kalem kita bahkan sudah lupa apa sih lagu Jawa itu? Apa sih seni karawitan? Apa pula nembang macapat itu?

Awalnya teman saya menunjukkan undangan pertunjukan. Lalu disepakatilah berangkat kesana, sebelumnya kami makan malam lesehan dulu di Omah Lawas. Saat kami tiba di Balai sudah agak terlambat. Tempatnya sudah penuh terisi. Beruntung kami dapat 'menelusup' diantara tamu-tamu lain dan duduk di tengah, bagian agak belakang. Seorang bapak yang sudah sepuh dan duduk disamping saya seolah 'trance' ketika menikmati pertunjukan nyanyi dari nyai megan. Megan cantik, berusia awal 30-an, memiliki putri yang juga cantik berusia sekitar enam tahun. Entah bagaimana pula perjalanan panjang seorang gadis California mendarat di Solo dan menjadi pesinden yang cukup tersohor, saya kurang tahu. Tetapi malam itu Megan tampil mempesona dengan lagu-lagu pop alternatif karyanya dan kelompok pemusik seni Gemati. Jadi malam itu Megan tidak nyinden tetapi menyanyikan lagu dari album terbarunya Peshawar yang juga dijual untuk umum. Lagu-lagunya antara lain adalah Kembang California, Holy Raven dan Berkah Indomaret. Penampilan Megan mengingatkan pada kilasan masa lalu ketika noni-noni Belanda menyanyi untuk menghibur tamu di pesta akbar tuan tanah perkebunan. He-he,...

Jika ke Solo tak ada salahnya Anda cek agenda Balai Soedjatmoko atau agenda Solo.
Siapa tahu ada acara menarik!

Go Solo (8) Pasar Batik Laweyan

Batik Gunasti Laweyan
Di Pasar Batik Laweyan banyak dagangan baju/kain dan toko-toko yang menjual aneka batik. Minta diantar oleh tukang beca saja kita pasti akan tiba disana. Hanya saja harga batiknya relatif 'harga turis' rata-rata ratusan ribu rupiah. Untuk traveller dengan budget terbatas tentu saja jalan-jalan disini hanya akan membuat 'lapar mata' dan 'kantong meronta.' Tetapi kalau memang ingin melihat-lihat saja seperti yang saya lakukan beberapa waktu lalu juga tidak mengapa. Ada sih beberapa barang yang saya taksir, hanya saja harganya belum cocok. Dan harga-harganya memang dibuat menjadi 'harga toko' alias harga pas sehingga tidak bisa ditawar. Berbeda dengan ketika kita pergi ke Pasar Triwindu (antik) atau Pusat Grosir Solo, barang-barang yang ada disana masih bisa ditawar. Tentunya dengan kepandaian menilai barang, kualitas dan kelayakan harganya. 

Suasana Kasunanan
Beberapa nama yang tersohor di kampung Laweyan adalah Batik Gunawan Setiawan, Batik Gunasti (cabang dari batik Gunawan yang sama), lalu ada Batik Soga dan toko kaos T-Shirt Rym handmade. Saya melewatkan belanja batik karena saya sudah terbiasa membeli batik. Tetapi saya membeli kaos/T-Shirt untuk oleh-oleh suami dan beberapa pernik pajangan seperti magnet kulkas bergambar Pasar Gede Solo. Putri saya membeli kotak pensil dari batik dan kipas batik. T-Shirt Rym bagus dan bahannya tebal, dibandrol Rp. 80.000,-. Dengan hiasan aplikasi batik bersimbol Solo. Misalnya hiasan becak/andong/sepeda onthel. Model T-Shirt kenangan seperti DaGaDu. Ada beberapa kaus yang lebih murah namun sepertinya menggunakan gambar sticker sablon. Saya kurang suka karena sablonan semacam itu akan mudah pecah atau rusak jika dicuci. Kaus yang saya beli menggunakan aplikasi yang dijahit rapi sebagai gambar di bagian dada.

Suasana Sekeliling Kasunanan
Kami cukup lama mampir di Batik Gunasti dikarenakan putri saya asyik berburu pernik oleh-oleh untuk teman-temannya dan kami juga melepas lelah. Batik Gunasti memiliki cafe mungil dan menyajikan es dawet seharga 5rb rupiah saja! Siang bolong pada kisaran jam 1, minum es dawet manis yang segar itu sesuatuu... banget. Entah kenapa ya di Solo pada bulan Oktober ini cuacanya luar biasa panas dan gersang. Solo itu tidak punya pantai dan tidak punya gunung karena Tawangmangu yang merupakan daerah pegunungan terdekat Solo pun jaraknya lumayan jauh. Sekitar 45 menit perjalanan, mungkin lebih. Visit kampung batik laweyan ini sudah beberapa kali saya lakukan dan ya batiknya masih model yang kurang lebih sama dengan yang pernah saya lihat sebelumnya. Gara-gara tukang beca yang kasih ide mengantar kami ke Keraton Kesunanan, ternyata kecele tidak buka. Alias tutup keratonnya. Katanya Sabtu baru dibuka. Lha, aneh juga obyek wisata bukanya hanya selama weekend? Akhirnya cuma keliling perkampungan di wilayah keraton kesunanan. Nggak melihat apa-apa kecuali jalanan yang panas gersang. Pulangnya itulah kami diajak si Bapa Beca mampir ke Laweyan. Yah, lumayan memberi order tukang beca! He-he...

Go Solo (7) Es Krim Tentrem


Sebelum berkunjung ke pasar antik Triwindu, saya dan putri saya menyempatkan diri mampir di kedai es krim tentrem yang ada dikelokan jalan. Dekat dengan lokasi pasar antik ngarsopuro. Tapi kedai ini tidak hanya menyajikan es krim lho! Kami juga menyempatkan diri makan nasi liwet yang disajikan disini @ Rp. 18.000. Nasi liwetnya enak, ditemani dengan rawit-rawit yang gemuk pedas. Huh-hahhh! Nah setelah makan rawit kami berkesempatan mencicip ice cream-nya. Kebetulan siang hari, Kamis 15 October 2015 itu sangatlah panas dan gerah! Jadi minum ice cream menjadi penyejuk dahaga yang sangat pas disiang hari. Harga es krimnya memang relatif mahal, ice cream yang kami beli @19.000 dan @ 18.000. Total pembelanjaan dikedai ini paling mahal menurut ukuran kantong budget travelling saya yaitu Rp 88.000 setelah tax. 

Karena kedai ice cream tidak banyak yang bisa saya ceritakan terkecuali bahwa tempatnya menarik dengan banyak sudut-sudut yang bagus untuk pemotretan. Maksud saya dekorasi cafe-nya keren. Banyak anak-anak muda yang datang membawa kamera yang berlatih fotografi diberbagai sudut tempat. Tetapi selain dari dekorasi cafe dan ice cream yang memang enak tidak banyak yang bisa diceritakan mengenai tempat ini. Sehingga berikut dibawah, saya hanya akan membagikan foto. Okay?


Go Solo (6) Pasar Antik Triwindu

Pasar antik Triwindu adalah salah satu destinasi wisata yang nggak ada salahnya ditengok ketika kita jalan-jalan ke Solo. Tapi namanya juga pasar antik jadi ya harus siap dengan barang antik dan harga yang juga antik. Maklum saya tidak paham pasaran harga barang antik sehingga kalau kepasar ini agak bingung. Apakah harga yang diberikan sudah setimpal? Atau kemahalan? Atau kemurahan? Antiknya itu macem-macem. Nah, kemarin saya sudah menemukan beberapa helai selendang batik tulis lawasan kecil-kecil. Bagus sih! Nyaris saya beli dengan harga yang relatif murah (dibawah Rp. 50.000,- per helainya). Transaksi ini mendadak batal ketika saya perhatikan : kainnya bolong! Bwahaha.... Antik sih, tapi apakah iya kain bolong juga harus saya beli? Karena ragu takut membeli barang aneh dengan harga mahal, akhirnya hanya melihat-lihat saja. 

Barang yang paling saya sukai dipasar ini adalah radio antik. Radio jaman dulu itu gede banget, menggunakan kayu dan semacam beledu/kanvas sebagai penutup speakernya. Tapi nggak jelas juga kalaupun radio ini dapat beroperasi dengan baik, apakah iya masih ada siaran radio gelombang "AM" pada jaman sekarang? Sekarang ini radio mengudara pada gelombang "FM". Kebalikannya jaman dulu hanya ada gelombang "AM." Jadi kalaupun punya radio antik yang lucu dan bisa dinyalakan, lalu nggak ada yang siaran, kocak juga! Begitulah resiko beli barang antik. Ibu saya pasti akan menjerit jika melihat saya belanja barang-barang semacam ini, "Barang rombeng dibeli untuk apa?" Padahal saya sangat suka. Saya banyak mengenang tentang oma dan nenek yang lain dengan melihat barang-barang rombeng yang karatan itu. Tatakan gelas, ceret dan panci djadoel.

Jalan-jalan di triwindu tidak lama saya lakoni karena memang ada kebingungan itu. Mau beli apa? Harganya berapa? Kalau udah dibeli, bawanya repot! Gimana nggak repot, yang dibeli pigura klasik, setrikaan lama, kain-kain batik lama, keramik tempo doeloe, lampu betawi antik. Barang-barang gitu kan berat dan sudah mengangkutnya. Salah-salah, udah dibeli malah rusak karena metode membawanya asal-asalan. Jika Anda ingin membuat cafe dengan sentuhan masa lalu, membuat rumah dengan dekorasi yang serba jadoel, unik dan antik, maka pasar triwindu akan menjadi ajang yang tepat untuk memuaskan keinginan Anda berburu barang-barang semacam ini. Saya akhirnya hanya membeli dua replika poster lama. Piguranya akan saya beli sendiri di tetangga depan rumah yang kebetulan ahlinya pigura. Lha, kalau bawa pigura dari Solo repottt beneeeer,...

Pasar Triwindu: Jl. Gatot Subroto, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57131

Go Solo (5) Musium Danar Hadi

Rumah Batik Danar Hadi adalah 'tetangga' dari Musium Radya Pustaka. Jalan kaki sekitar 50 meter dari Radya Pustaka, maka kita akan menemukan museum yang cantik jelita ini. Yang bikin saya merasa 'ngenes'. Keadaan kedua musium bagaikan langit dan bumi. Jika Radya nampak tua, sendiri dan sepi, Danar nampak mewah, anggun dan mempesona. Bagaimana tidak? Pertama kami masuk ke dalam rumah batik yang menjual aneka koleksi batik cantik yang siap diborong oleh siapapun pencinta batik yang berduit tentunya. Karena kreasi dan harga batik yang dipajang oleh Danar Hadi juga adalah koleksi terbaik anak bangsa. Kami diterima di meja kasir/respsionis dan diberikan tiket seharga Rp. 35.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp, 15.000 untuk pelajar. Bermodalkan goban alias lima puluh ribu rupiah, kami mulai berpetualang menyaksikan aneka kain cita tercantik senusantara! Sayang seribu sayang, musium Danar Hadi tidak memperkenankan satupun dari koleksinya untuk difoto dengan alasan hakcipta/copy right dan sinar flash bisa jadi akan memburamkan kain. Kurang lebih demikian penjelasan mas gigih, guide kami. 

Perjalanan dalam musium ini kami lakukan berempat dengan seorang pria kebangsaan Belanda dan (sepertinya) kekasihnya yang cantik dan langsing mungil. Mas Gigih menggiring kami secara perlahan selama 45 menit dengan menjelaskan hikayat dan serba-serbi pengenaan batik. Jadi jaman dahulu kalaaaa.... Batik itu memang hanya kain yang boleh dikenakan oleh keluarga kerajaan. Hingga kinipun kita tidak dapat sembarang masuk keraton Yogya/Solo dengan mengenakan batik misalkan motif parang atau apapun. Karena ada aturan - aturan yang membatasi. Ahem! Ternyata kita memanglah sungguh rakyat jelata... Tapi nggak usah sedih. Karena rakyat jelata seperti saya pun berkesempatan menjelajah musium batik Danar Hadi. Musium ini sangat indah dengan koleksi diatas jumlah seribu kain. Beberapa kain sangat kuno bahkan ada yang sudah agak bolong. Mungkin saking kunonya sehingga rapuh. Perawatan kain-kain batik ini diberi merica untuk mengusir hewan ngengat. Kemudian untuk pengharum ruangan/kain mengenakan bunga mlati/mawar/kanthil yang didiamkan hingga mengering di dalam ruang. Jangan sekali-kali menyemprot kain batik klasik dengan Dior ataupun Channel! .. Ya, pengharumnya juga harus yang natural.

Ruang pertama yang dilalui adalah aneka kain batik Solo dengan simbolnya. Warna-warna sogan yang tua dan gelap ternyata adalah warna khas keraton Solo, sedangkan warna-warna sogan coklat muda dengan kombinasi putih adalah khas keraton Yogya. Sejak adanya perjanjian giyanti yang membedakan kraton Yogya Solo rupanya ada persaingan terselubung antar kedua keraton. Nah, sebab musababnya apa, kita harus menggali kisah sejarah. Tetapi yang pasti jika sebuah kain batik adalah motif bahagia di satu keraton maka di keraton yang lain motif itu akan dianggap motif kematian. Demikian pula sebuah motif yang dikenakan bagi anak-anak raja di sebuah keraton tak jarang di keraton lainnya diberikan sebagai kain yang dikenakan oleh rakyat jelata. Sebegitu sengit permusuhan antara dua keraton yang masih berkerabat muncul hingga ke pengenaan kain batik dan simbol-simbol yang diembannya. 

Sebegitu berurutan penjelasan dari Mas Gigih, sayang saya tidak ingat satu persatu. Namun setiap ruangan menceritakan perjalanan kain batik. Dari yang awalnya hanya dikenakan oleh keluarga keraton hingga muncul batik hasil produksi bule-bule Belanda pada jaman itu. Ada batik yang melukiskan motif hansel & gretel, flash gordon, snow white dan sebagainya. Tapi demikianlah pesona batik sehingga pendatang dari Eropah pada masa penjajahan pun jatuh cinta dan mengenakan batik. Selama di pulau Jawa karena merasa kepanasan para bule juga mengenakan kain dan sarong. Jaman pendudukan Jepang yang singkat namun keji mendatangkan kreativitas lain dalam berbatik yaitu kain pagi/sore. Dalam satu kain dibuat dua motif batik yang berbeda dan terbagi miring diagonal. Gunanya? Gunanya untuk dikenakan dalam dua kesempatan. Jadi dalam keadaan miskin dan kepepet karena pendudukan Jepang, kaum bangsawan serta rakyat lain yang ingin mengenakan batik dapat memanfaatkan kain batik pagi-sore. Kalau pagi dikenakan bagian atas dan sebaliknya kalau sore dikenakan motif bagian bawah. Dengan cara itu walaupun hanya memiliki selembar kain batik, pemiliknya dapat bergaya dalam dua penampilan yang berbeda. Cerdik bukan?

Ada ruangan khusus pula yang menceritakan silsilah dan asal muasal keluarga ini mengerjakan batik. Sejak jaman neneknya ternyata bapak Santoso Doellah (pemimpin Danar Hadi) sudah berbisnis kain. Sementara istrinya berasal dari keluarga yang memang mengkreasikan batik. Perjalanan panjang dalam bisnis batik mengantarkan pasutri yang kini memiliki tujuh cucu lelaki itu menjadi empu yang dikenal dan disegani dalam dunia perbatikan. Keahlian dan mata yang jeli membuat Pak Santoso Doellah kabarnya memiliki lebih dari 10 ribu lembar koleksi kain batik miliknya pribadi. Wouw! Lemari pakaian dirumahnya mungkin lima atau tujuh pintu. he-he,.. Melihat rumah batik dan musium yang demikian besar, indah dan terawat dapat dibayangkan betapa besarnya usaha yang diayomi oleh pasutri ini. Jangan dikira hanya usaha minyak bumi yang akan mendatangkan kesejahteraan. Ternyata usaha yang adalah melestarikan budaya leluhur seperti batik juga mendatangkan rahayu (artinya: selamat dan kebaikan nan cantik). Nah, nama Danar Hadi sendiri adalah nama dari istri tercinta Pak Santoso, nama beliau adalah ibu Danarsih Hadipriyono. Jadilah usaha perbatikan ini bernama Danar Hadi. Bahkan dimasa lalu foto ibu Danar menjadi simbol Danar Hadi. Sekarang hanya simbol huruf DH.

Selain Rumah Batik dan Musium, pada tempat ini juga ada Resto Danar Hadi. Tetapi saya tidak pernah mampir dan melihat seperti apa Restonya. Keseluruhan tour ditutup dengan kunjungan ke workshop mungil tempat beberapa pembatik berada. Pabrik batiknya sudah berpindah ke lokasi lain. Untuk saat ini workshop hanya berfungsi untuk memuaskan rasa ingin tahu para tamu/ pengunjung tentang proses batik. Kenapa batik tulis itu mahal dan ribed? Jadi cara membatik itu unik. Biasanya orang melukis mengenakan cat dan dilukis pada kanvas. Tidak demikian dengan membatik. Orang melukis mengenakan lilin/malam lalu kainnya dicelup pada satu warna batik. Setelahnya kain kering, lilin-lilinnya dicongkel dan dicelup lagi pada warna yang lain. Jadi ciri khasnya bukan melukis, tetapi mencelup bolak-balik. Memang melukis dengan canting/lilin/malam. Tetapi celupan setelah lilin dicongkel itu yang akan menimbulkan sensasi warna. Maka dari itu semakin detail, semakin banyak permainan celupan warna, semakin repotlah cara pembuatannya. Ya, jangan disamakan dengan kain cinta yang dicetak mesin di pabrik. Sangat berbeda! Bahan pewarna batik juga natural dari akar pohon, daun dan semacam akar/ramuan lain. Rumit! 

Memiliki kain batik juga dapat dijadikan investasi diantara para penggemarnya. Waduh kalau disamakan dengan akik, saya nggak tahu deh cara menyamakannya. Mungkin kalau akik dari pancaran sinarnya kalau batik dari keindahan/rumit atau tidak pembuatan pola/motif batikan. Selain pewarna natural ada juga pewarna sintetis batik. Maka dari itu perkembangan batik memang sudah sangat meluas kemana-mana. Baik dari sejarahnya, pengguna, metode, bahan, pengrajin, pengusaha dan sebagainya. Musium Danar Hadi di Solo ini juga meraih banyak penghargaan bahkan termasuk destinasi wisata terbaik di Solo. Jadi kalau ke Solo, tempat ini rasanya wajib dikunjungi! Supaya mudah menginaplah di hotel Novotel yang memang terletak di depan Musium Danar Hadi. Pada kompleks itu lengkap ada Musium Danar Hadi, Resto Italia, Musium Radya Pustaka, Gramedia, Novotel dan Ibis Solo. Mall Paragon juga terletak tak jauh dari situ. Ini boleh dikata adalah titik/pusat keramaian kota Solo.

Go Solo (4) Museum Radya Pustaka

Makara - pajangan undakan Candi Prambanan
Pagi itu sepertinya saya dan putri saya adalah pengunjung pertama yang tiba di Musium Radya Pustaka. Seneng! Seru! Isinya barang-barang peninggalan keraton dan arca-arca purbakala. Sayangnya musium ini kurang terawat. Tiket masuknya juga relatif sangat murah hanya Rp. 5000,-, padahal isinya adalah benda-benda berharga. Peletakan benda-benda juga agak membingungkan tidak ada alur cerita yang jelas. Di bagian depan banyak mata tombak. Ditengah ada pelataran luas yang isinya gamelan dan alat musik tradisional. Ketika saya menengok ke belakang liwat jendela, ada semacam gubug atau bedeng tripleks. Padahal menurut saya rumah yang digunakan sebagai musium terlihat kuno, antik dan gagah. Kalau saja kebersihan dijaga, dibuat taman dan disamping atau bagian belakang bisa dibuat mini cafe untuk pengunjung bersantai/ istirahat. Isi cafenya bisa wedang jahe, kunyit asem, beras kencur, teh tubruk dengan jajanan model bitterballen, croissant dan poffertjes. Lho,..kok jadi dagang sendiri, Bu? He-he,...

welkom to Radya Pustaka
Thus, tidak ada pemandu/guide yang mendampingi. Sesampainya di pintu depan musium, kami bayar tiket 5ribu. Mas-nya yang jaga tiket agak lucu. Jadi dia harusnya berdiam di semacam box/ tempat loket. Tapi box loketnya itu sangat sempit dan (maaf) kayak agak reyot. Jadi ketika si mas-nya mau menjual tiket kepada kami dan buru-buru masuk ke dalam, box itu malah meluncur terdorong ke depan. Ia harus menarik mundur sedikit box yang menjadi 'kandang'nya berjualan tiket. Hadeuh! Kok jadi kayak tukang bakso, Mas? Tapi udah deh modal lima ribu rupiah kami mulai melangkah masuk ke dalam. Rumahnya anggun, adem dengan lampu-lampu kristal. Model rumah Belanda jadoel. Entah kenapa, saya pikir barang-barangnya agak debuan? Apakah jarang di lap? Nggak mudheng saya? Atau pencahayaan yang memang temaram? Atau memang barang lama/antik jadi semuanya suram kayak gitu? Lucunya benda yang paling saya sukai adalah 'kepala haluan kapal.' 

Ini yang di sebut 'Cantrik' haluan kapal
Haluan kepala kapal di sebut CANTRIK. Catat ya... cantrik bukan cantik. Jadi entah jaman Majapahit atau Singosari, leluhur sudah mampu membuat perahu-perahu raksasa untuk pesiar (edan?!). Itu pakai hiasan di haluan atau pada ujung depan perahu/kapalnya. Nah, haluan ini dipajang di musium Radya Pustaka. Besar, ukurannya sebesar kambing gitu. Sayang tidak ada guide yang menjelaskan jadi saya hanya mengira-ngira sendiri. Kalau hiasan ujung kapalnya saja sudah sebesar itu, kapalnya cukup besar juga untuk ukuran masa lalu. Bisa membuat kapal pesiar dengan hiasan yang menyerupai kepala 'buto' atau mahluk raksasa, keren juga. Pakai alat apa ya? Kan jaman dulu alat pertukangan belum ada? Tapi itulah hal yang membuat saya menyukai musium, kadang-kadang ingin bertanya pada roh-roh yang sudah tiada. Pada jaman dulu kalian dapat menciptakan ini-itu dengan cara apa? Bagaimana daya upayanya? Kok bisa?....Poto cantrik yang saya sukai akan saya pajang di tulisan ini, wajah buto-nya lucu menggemaskan dengan rambut tebal panjang. Iyalah, saya besar di jawa tengah... waktu SD setiap hari menonton acara tari Jawa di TV yogya, saya suka topeng2x buto. Hihi...
Apa Horoskopmu? 
Pajangan kedua yang menarik perhatian saya adalah 'Pawukon Jawa' alias horoskop Jawa. Ada sederetan foto wayang di dinding. Banyak banget itu menandakan weton atau pawukon atau horoskop kelahiran. Lagi-lagi karena tidak ada guide jadi bingung sendiri. Saya harus nanya mbah google. Jadi gini pawukon jawa ini banyak banget, sedangkan horoskop biasa kan hanya ada 12 rasi bintang. Jadi kalau hitungan Jawa itu sebenarnya ada berapa jenis bulan/horoskop? Kalau nggak salah seminggunya ada 5 hari, bukan 7 hari, yaitu : pon, wage, kliwon, legi, paing. Karena saya berdarah campuran macam-macam, pengetahuan semacam ini juga mengambang, tidak begitu jelas. Tahu tetapi tidak hingga detail. Penasaran juga dan ada cerita di pawukon itu tapi saya tidak sempat baca karena sahabat saya, Galuh mendadak menilpon dari Yogya. Menanyakan sampai kapan saya akan berlibur di daerah sana. Ia kecewa ketika saya katakan Jumat sudah akan balik Jakarta. Saat sedang berbicara dengan Galuh melalui telepon, mata saya tertumbuk pada pajangan medali atau mata uang yang namanya juga 'galuh.' Coin jaman dulu, ukurannya kecil banget. Kebetulan teman saya Galuh juga kecil mungil, cocok dengan simbol medali coin tersebut. Hi-hi,...

Galuh = medali? atau coin?
Sembari kami asyik melihat-lihat, seorang bapak liwat sambil menyapu-nyapu, "Hya,..jam sepuluh baru nyapu Pak?" Tapi saya nggak beneran nanya, cuma mbathin saja. Kalau ditanya apakah Radya Pustaka bagus? Kata saya sih bagus banget, banyak benda seni dan kenangan-kenangan masa lampau yang dipajang. Jadi kagum karena kerajaan di tanah air khususnya di Jawa jaman dahulu itu sudah pandai, agung dan digdaya. Ada tombak-tombak yang saya bingung jaman dulu itu pandai besinya gimana cara bikin kayak gitu? Apalagi kalau pesanan mata tombaknya banyak? Kan nggak ada pabrikan tho jaman dulu itu? Semua diolah menggunakan tenaga dan kedua belah tangan? Menurut kawan saya lagi yang berdomisili Solo, kabarnya saat ini sedang ada sengketa tanah peruntukan Taman Sriwedari dan Musium Radya Pustaka. Hya, ampun...Sesuatu yang harusnya dilestarikan dan dijaga dengan baik yaitu budaya leluhur mbok ya jangan dijadikan sengketa...Biarkan benda-benda ghaib itu hidup tenang dalam keanggunan masa lalunya!

Monggo pinarak - Radya Pustaka!

Go Solo (3) Omah Sinten

Dari dalam ruangan ber-AC
Ada yang ulang tahun! Yang ultah orang Jakarta, mengundang teman dari Jakarta juga dan acaranya diadakan di Solo secara tidak sengaja ketika semua sedang liburan. Seru abis! Omah Sinten adalah rumah makan yang wujudnya 'decent' -- pantes gitu untuk menjamu teman/kerabat/kenalan dalam sebuah acara resmi. Menurut ukuran orang Solo mungkin harga makanannya sedikit 'diatas rata-rata' tapi pilihan hidangan bervariasi. Dan lokasinya yang dihadapan Mangkunegaran cukup menarik, pas di tikungan jalan wilayah ngarsopuro.

Sebuah bar cantik di sudut ruang
Makanannya macem-macem dari kopi hingga tongkol dan sebagainya. Rasanya tidak mengecewakan juga. Hanya sayang seorang teman menemukan 'sesuatu' di hidangannya. Semoga hanya sekali itu saja. Yang diandalkan oleh resto ini barangkali adalah lokasinya yang eksotis dan dekorasi yang 'suwung omah jowo' -- Serba di dominasi oleh kayu-kayu, gazebo besar, kolam ikan, pigura foto jadoel, sangkar burung dan sebagainya. Resto ini berdandan layaknya putri Jawa yang tengah menyajikan tari Srimpi. Jadi berasa Jawaaa ...banget. Sayangnya tidak ada yang main gamelan disitu.

Ruangan indoor 
Untuk 'acara tak terlupakan.' Misalnya ulang tahun, lamaran, midodareni atau apapun itu. Sesuatu yang ingin Anda kenang secara lekat di hati, Omah Sinten akan menjadi 'setting' yang cocok untuk salah satu chapter kehidupan Anda (emang mau shooting sinetron, Bu?). However, makanannya saya masih kurang merasa 'pas'. Bukannya engga enak, tetapi so-so alias biasa saja. Bagi mereka yang kurang suka suasana 'omah tradisional jawa' yang serba gelap dan remang-remang mungkin tempat ini kurang cucok. Jujur waktu ke toilet karena sepi saya berasa creepy juga! Nggak, nggak ada hantunya! Hanya nuansanya nan eksotis dan penuh misteri bikin klepek-klepek saja, he-he-he,...

Ruangan outdoor

Go Solo (2) Resto Kusuma Sari

Nama restonya 'njawani' banget. Pemilik resto ini kabarnya adalah ibunda penari senior Sardono W. Kusumo, yang memang kelahiran Solo. Mungkin kini Resto dikelola oleh kerabatnya. Jadi dulunya pemilik resto melayani catering untuk hidangan pengantenan. Ketika kelezatan masakannya tersiar ke seantero Solo, mungkin kemudian diputuskan untuk mendirikan restoran ini. Semuanya berdasarkan kisah teman saya yang asli Solo. Makanannya tentu saja khas Solo. Yang terkenal adalah selad segarnya. Setiap kali ke Solo saya selalu diajak untuk mampir dan makan di resto ini. Entah makan pagi, siang atau malam tidak masalah. Hidangannya semua lezat dan memuaskan. Tetapi porsinya porsi 'nyamikan'. Jadi bukan menu sepiring besar laksana raja bersantap atau kuli abis macul dimana gitu. Menunya mungil-mungil, tapi saya suka karena dengan begitu bisa pesan makanan lain yang berbeda rasa. Mencicip segalanya.

Nah, seperti yang dibahas tadi. Yang terkenal selad solo, galantin, steak. Harganya? Dibawah Rp, 20,000/ per porsi untuk steak. Really? Iya, tetapi seperti yang saya katakan isinya memang tidak banyak. Kalau masih lapar bisa pesan makanan jenis lain. Selad solo yang segar, galantin (daging sapi cincang gulung) adalah menu menu andalan disini. Es kopyornya juga enak. Seperti jenis es puter (pakai santan dengan paduan rasa kopyor tentunya). Putri saya mencoba ice cream yang cukup heboh yaitu ice cream desert forrest atau black forrest, saya lupa nama tepatnya. Lumayan enak juga. Untuk hidangan, putri saya memesan spaghetti. Nah jangan kaget spaghetti-nya adalah 'spaghetti jowo' pakai kuah! Sampai putri saya kebingungan, karena biasanya makan spaghetti Pizza Hut, isinya keju yang kental. Yang ini spaghetti jadi tampil mirip mie ayam. Saya tidak mencicip, tapi menurut putri saya lumayan enak. 

Saya pesan sup kusuma sari. Bentuknya kayak daging cincang dibungkus kulit telur tipis yang dibuka laksana kembang. Laksana matahari. Dagingnya lembut banget dan kuahnya segar tanpa rasa micin. Dengan rasa asin yang sangat tipis. Sehat! Selain itu saya juga mencicip cemilan lain seperti lumpia dan kroket. Lumpia itu sejatinya khas semarangan, tapi kali karena sama-sama masih bertetangga. Orang Solo juga pandai membuat lumpia, isinya rebung. Rasanya manis-gurih-renyah. Yang istimewa adalah kroketnya. Belum pernah makan kroket seenak di Kusuma Sari. Tepung kroketnya itu nggak kebanyakan kentang doang, tapi ada campuran mentega. Jadi kayak model masakan "njonja belanda tempo doeloe." Enak! Enak banget. Resto ini juga penuh dikunjungi oleh penduduk Solo sendiri. Bahkan ada beberapa kelompok arisan/ pengajian yang bertemu di resto ini. Wajah restonya biasa saja. Tidak banyak ornamen dekorasi. Bahkan meja-kursi saling merapat untuk menghemat tempat. Tapi karena hidangannya sungguh nikmat, resto ini tak pernah sepi pengunjung.



Go Solo (1) - Stasiun dan Bandara

Stasiun Balapan
Pengalaman jalan-jalan ke Solo sudah sangat sering saya lakukan. Entah kenapa, sering banget. Mungkin pertimbangannya Solo juga asyik, adem ayem, biaya hidup/hotel, makan dan sebagainya tidak terlalu mahal juga. Pariwisata Solo seperti juga kisah masa lalu para pangeran dan putri keraton-keratonnya bersaing cukup ketat. Di Solo asyik, di yogya demikian pula.Hanya yang saya garis-bawahi, kota Yogyakarta sudah sangatlah padat penduduknya. Kemana-mana terkepung sepeda motor dan para pelajar berjejalan disana sini dalam upaya mengejar masa depan dengan menempuh pendidikan tinggi di Yogya. Solo tidak sedahsyat itu, kehidupan lebih mengalun. Kepadatan tidak terasa. Maka saya pikir Solo lebih ayem-tentrem tinimbang Yogyakarta. Tapi segala fasilitas plesiran, aneka pantai cantik dan gagasan-gagasan seni sepertinya mencuat lebih tajam di Yogya karena memang kotanya lebih padat menggeliat. 

Resto Untuk Sarapan @ Balapan
Yang dulu-dulu saya bepergian dengan mobil pribadi dan naik pesawat. Jadi tidak tahu suasana stasiun kereta. However ke Solo naik kereta api, dihitung budget jatuhnya bisa murah. Apalagi kalau naik kereta eco AC misalnya, yang dari Jakarta - Malang saja ada yang bayar (hanya) Rp, 115.000. Tapi ya siap-siap saja sekian belas jam, pantat tepos duduk di kereta. Bisa sih sesekali berdiri dan berjalan-jalan saingan dengan pramugari/gara kereta. Kemarin naik kereta bisnis dibandrol Rp. 250.000/penumpang. As I said, keretanya menyenangkan, asyik, adem, kursinya juga enak empuk (kursi kereta Eco agak lebih tipis joknya). Hanya saja bagi saya cocok untuk perjalanan siang sambil melihat-lihat pemandangan. Perjalanan malam, saya tetap prefer kereta eksekutif atau pesawat. Perjalanan yang lalu, kami turun di Stasiun Solo Balapan. Hmmm, I don't know why. Feeling saya kurang sreg dengan stasiun ini. Beda dengan saat saya (pernah) turun di Stasiun Semarang Tawang. Saya menyukai suasananya di Semarang. Mungkin karena turun di Balapan itu saya langsung keseleo. Tapi bukan itu saja. Di stasiun itu kayaknya hanya ada satu cafe dan menunya sarapan nasgor, nasi liwet ditulis tapi nggak ada. Penataan kursi cafenya berjejalan, sempit! Menurut teman saya yang di Solo, Stasiun Solo Jebres lebih cantik. Maka sebagai catatan : lain kali kalau naik kereta, coba turun di Stasiun Solo Jebres, oke?!

Nah, Bandara Adi Soemarmo Solo ini sekarang sudah dandan cantik banget. Kalo orang Jawa bilang "mbetahi"-- membuat betah dan kerasan. Ada cafe resto yang bagus- berjajar. Keramik lantai dan perabotan kursi di ruang tunggu juga nggak kalah keren dengan terminal tiga Soetta. Buat transit menunggu bepergian ke tempat lain juga menyenangkan. Recommend-lah dengan Bandara ini. Tidak jauh dari Bandara, satu jalur dijalan raya besarnya ada hotel LORIN SOLO. Hotelnya bagus dan cantik juga. Model resort. Sekeluarga saya pernah menginap disini bertahun yang silam. Ketika ibu saya masih hidup. Pernah baca juga ibu Veronica Tan mampir ke Solo dengan ibu Iriana Widodo, menginapnya di hotel ini. Ya, hotel berbintang. Jadi harganya lumayan. Tapi tenang! Untuk hotel budget di tengah kota Solo-nya banyak banget, tinggal pilih mau menginap dimana sesuai dengan kebutuhan. Saya tidak paham berapa tarif rata-rata bepergian naik pesawat ke Solo. Tetapi bulan October ini, entah apakah bulan yang sepi wisata? Entah memang tarifnya segitu, Lion Air membandrol penumpang dengan harga kira-kira Rp. 375.000/ orang. Menurut saya relatif murah. Biaya travelling saya sering 'membengkak' dikarenakan ingin 'menyenangkan' anak. Iya, kemana-mana seringnya travelling dengan putri tercinta. Jadi yang harusnya budget travelling perorangan jadi dilipat dua karena mengajak anak. Yang sayang anak, yang sayang anak.....

Pemandangan Pagi Berkereta