Nama restonya 'njawani' banget. Pemilik resto ini kabarnya adalah ibunda penari senior Sardono W. Kusumo, yang memang kelahiran Solo. Mungkin kini Resto dikelola oleh kerabatnya. Jadi dulunya pemilik resto melayani catering untuk hidangan pengantenan. Ketika kelezatan masakannya tersiar ke seantero Solo, mungkin kemudian diputuskan untuk mendirikan restoran ini. Semuanya berdasarkan kisah teman saya yang asli Solo. Makanannya tentu saja khas Solo. Yang terkenal adalah selad segarnya. Setiap kali ke Solo saya selalu diajak untuk mampir dan makan di resto ini. Entah makan pagi, siang atau malam tidak masalah. Hidangannya semua lezat dan memuaskan. Tetapi porsinya porsi 'nyamikan'. Jadi bukan menu sepiring besar laksana raja bersantap atau kuli abis macul dimana gitu. Menunya mungil-mungil, tapi saya suka karena dengan begitu bisa pesan makanan lain yang berbeda rasa. Mencicip segalanya.
Nah, seperti yang dibahas tadi. Yang terkenal selad solo, galantin, steak. Harganya? Dibawah Rp, 20,000/ per porsi untuk steak. Really? Iya, tetapi seperti yang saya katakan isinya memang tidak banyak. Kalau masih lapar bisa pesan makanan jenis lain. Selad solo yang segar, galantin (daging sapi cincang gulung) adalah menu menu andalan disini. Es kopyornya juga enak. Seperti jenis es puter (pakai santan dengan paduan rasa kopyor tentunya). Putri saya mencoba ice cream yang cukup heboh yaitu ice cream desert forrest atau black forrest, saya lupa nama tepatnya. Lumayan enak juga. Untuk hidangan, putri saya memesan spaghetti. Nah jangan kaget spaghetti-nya adalah 'spaghetti jowo' pakai kuah! Sampai putri saya kebingungan, karena biasanya makan spaghetti Pizza Hut, isinya keju yang kental. Yang ini spaghetti jadi tampil mirip mie ayam. Saya tidak mencicip, tapi menurut putri saya lumayan enak.
Saya pesan sup kusuma sari. Bentuknya kayak daging cincang dibungkus kulit telur tipis yang dibuka laksana kembang. Laksana matahari. Dagingnya lembut banget dan kuahnya segar tanpa rasa micin. Dengan rasa asin yang sangat tipis. Sehat! Selain itu saya juga mencicip cemilan lain seperti lumpia dan kroket. Lumpia itu sejatinya khas semarangan, tapi kali karena sama-sama masih bertetangga. Orang Solo juga pandai membuat lumpia, isinya rebung. Rasanya manis-gurih-renyah. Yang istimewa adalah kroketnya. Belum pernah makan kroket seenak di Kusuma Sari. Tepung kroketnya itu nggak kebanyakan kentang doang, tapi ada campuran mentega. Jadi kayak model masakan "njonja belanda tempo doeloe." Enak! Enak banget. Resto ini juga penuh dikunjungi oleh penduduk Solo sendiri. Bahkan ada beberapa kelompok arisan/ pengajian yang bertemu di resto ini. Wajah restonya biasa saja. Tidak banyak ornamen dekorasi. Bahkan meja-kursi saling merapat untuk menghemat tempat. Tapi karena hidangannya sungguh nikmat, resto ini tak pernah sepi pengunjung.
Kaya'nya (duuh, saya sok tau mentang-mentang pernah tinggal di Solo) sup yang Mbak Win pesen itu, nama bekennya sup matahari, buat orang2 gedongan di Solo yang ngadain jamuan mantenan, suka dihidangkan sup matahari sebagai sup pembuka. Aaah, tata cara mantenan (terutama urutan dan jenis hidangan yang disajikan) di Solo itu sesuatu banget... ;)
ReplyDeleteiya bener sop matahari..
Delete