Thursday, February 28, 2013

Ia Yang Takkan Kembali Lagi

Acapkali terselip dari pengamatan dan kesadaran bahwa kita 'getting old'. Bisa jadi karena kita masih kekanakan atau justru karena kita adalah jenis orang yang selalu bersemangat muda. Hal - hal semacam itu menyebabkan bumi berputar tanpa kita sadari sepenuhnya. Saya sendiri bisa jadi adalah manusia dengan kombinasi kedua hal tersebut : kekanakan dan bersemangat muda.

Akhir-akhir ini para 'pinisepuh' di keluarga saya mulai 'berangkat' satu per-satu. Terakhir adalah Oma yang meninggal dunia Jumat lalu dalam usia 90 tahun. Saya tidak pernah berpikir atau mentargetkan apakah saya sendiri juga akan meninggal dalam usia 90 tahun atau 80 tahun atau beberapa tahun lagi. Satu-satunya yang saya inginkan hanyalah pergi dalam damai. Dalam arti tidak menyusahkan orang lain, tanpa sakit penyakit yang berkepanjangan dan tanpa siksa derita yang menyeramkan. Wow, cita-cita kok seram, tentang kematian?

Oma selalu ada di dalam kehidupan saya. Suaranya lantang menggelegar. Oma adalah perwujudan wanita karir di masa lalu. Dia berkarir bukan dengan tas kulit dan blazer keren, lalu naik turun gedung bertingkat. Nope! Bukan jenis wanita karir yang demikian. Oma berkarir di rumah alias di istananya sendiri. Ia mengatur bisnis dagangan bahan kimia, bahan cat dan bahkan bahan-bahan jamu tradisional. Ia mengatur puluhan karyawan, kuli dan pembantu yang ada dirumahnya. Pun, ia masih mengatur vitamin dan menyediakan makan malam untuk Opa. Isn't she great?

Oma memiliki wibawa dan semua orang takut kepadanya. Ia cukup galak dan sering membentak orang - orang yang ada disekitarnya. Bahkan tak segan secara langsung mengatakan bahwa mereka bodoh didepan hidung orang-orang itu. Tapi tak seorangpun yang berani membantah Oma, karena ia wanita adiguna. Ia memiliki kekuasaan dan kekayaan. Dengan kuasanya itu Oma mampu memerintah semua orang dengan sekehendak hatinya. Lalu apakah orang-orang sungguh membenci dia? Rasanya tidak,...

Oma adalah YIN dan YANG, sifat keras dan lembut yang menyatu. Disiplin dan kasih sayang yang saling membelit. Oma itu pekerja keras dan sekaligus murah hati. Jadi harta yang dikumpulkannya pada akhirnya juga akan ia bagikan pada orang-orang yang ada disekelilingnya. Ia akan membagikan rejeki kepada para karyawan, pembantu dan kuli-kuli di pabriknya. Ia akan menghardik anak-cucu-menantu-keponakan agar mereka bekerja lebih keras, lebih pintar, lebih disiplin dan lebih hemat.

Cucu-cucu adalah hal yang paling menyenangkan bagi Oma. Ia rajin berbelanja pakaian, makanan, permen dan bahkan mainan atau buku bagi kami semua cucu-cucunya. Apalagi jika Oma baru saja pulang bepergian dari luar negeri bersama Opa, bisa dipastikan jatah belanjaan bagi para cucu sangatlah banyak. Mengenang Oma membuat saya ingat bayangan diri saya semasa SD, kala melonjak-lonjak kegirangan mendapat oleh-oleh gaun cantik warna pink. Ketika itu Oma baru saja pulang dari Amerika. Hari itu rasanya baru kemarin, ternyata hari ini saya sudah bukan anak SD itu lagi. Hicks,..

Oma semakin menua, lemah lalu sakit uzur, sedangkan saya juga semakin dewasa, menikah dan mulai berkeluarga. Berpulangnya Oma tidak membuat saya menangis, karena memang sudah lama Oma sakit menua. Bertahun ia menggeletak saja di kasur tanpa semangat hidup dan melayu. Tetapi menuliskan kisah ini, seperti membayangkan Oma yang masih muda bergerak lincah, keras dan kasar menghardik namun penuh welas asih pada orang-orang yang ada disekelilingnya. Menuliskan ini membuat saya menangis, karena sekarang saya sadari Oma telah pergi dan takkan pernah kembali lagi.


Kehidupan muncul dalam sekelebatan mata. Khususnya ketika kita menjadi dewasa, menua lalu semuanya menjadi cerita dahulu. Maka ketika kehidupan itu ada sebaiknya kita mencecap rasa dengan hati dan jiwa sepenuhnya. Agar kelak di kemudian hari yang tersisa adalah pelajaran terbaik dan kenangan terindah. Oma telah tiada. Tetapi kenangan akan kasih-sayang, sikap dan hardikannya bagi saya adalah didikan yang tersisa sepanjang usia. Bahwa seperti itu dulu generasi masanya, ketika didikan yang keras dan perkasa masih membuahkan disiplin tinggi. Bukannya pemberontakan dan pelarian. Selamat jalan Oma,...Jaman telah berubah, tetapi bagiku didikanmu adalah bekal untuk perjalananku selanjutnya.

Wednesday, February 27, 2013

Capek Hati

Capek itu rupanya ada dua loh! Ada yang namanya capek tenaga dan ada yang namanya capek hati. Kalau capek tenaga, gampang saja. Obatnya langsung makan kenyang dan tidur pulas. Nah,..kalau capek hati obatnya gimana tuh? Apakah makan orang? he-he-he...

Kalau bicara capek hati kayaknya ngga bakal ada abis-abisnya. Yang menantu capek hati sama mertua. Yang ipar capek hati dengan kakak suami. Yang guru capek hati ngurusin murid. Yang karyawan capek hati ngurusin boss. Yah, kayaknya bisa seribu satu kisah yang muncul jika kita bahas mengenai capek hati.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengikuti semacam acara pondok permenungan. Jadi mondok selama beberapa hari di pegunungan dan terus-menerus mengikuti acara keagamaan secara kontinyu, berturutan dari jam 6 pagi hingga malam dengan selang istirahat siang selama 1,5 jam. Kegiatan ini saya ikuti FULL selama 3 hari tanpa jeda. Hore,.. Ternyata saya bisa!

Saya bukan jenis orang yang terlalu religius dan honestly tidak terlalu suka menggembar-gemborkan sesuatu tentang agama. Jika kita merasa cukup religius, biarlah itu urusan kita dengan Tuhan. Biarlah DIA yang menilai dan bukannya SAYA yang yakin tentang diri saya sendiri. Pernah ada suatu kalimat indah yang mengatakan, 'Jika engkau berdakwah dengan teladan hidupmu, maka itu menjadi cukup dan tak perlu kau berdakwah dengan banyak kata-kata.'

Selama tiga hari itu, teman-teman yang menemani saya di padepokan merasa surprise betapa saya rajin dan selalu berupaya tepat waktu mengikuti semua kegiatan. Hal ini mencengangkan mengingat saya lebih mirip orang yang malas dan ogah-ogahan mengikuti ritual keagamaan. Entah mengapa di padepokan kemarin saya sangat bersemangat. Saya ingin tahu apa saja yang harus dilakukan. Dari doa pagi, ceramah pagi kemudian istirahat siang. Lalu sore hari ada acara kebaktian dan setelah makan malam ada lagi acara pemberkatan. Kemudian hari minggu ada acara penyembuhan.

Pendek kata semua saya ikuti karena saya ingin tahu. Selama ini saya mengaku menganut sebuah agama, tetapi lebih banyak saya ikut-ikutan dan tak merasa benar-benar baik dalam menjalankannya. Jadi kali ini saya sungguhan ingin tahu dan ingin lebih dekat denganNya. Apakah dalam rangka capek hati, saya mendekatiNya? Kasarnya mungkin boleh dibilang demikian. Namun di sisi lain saya makin sadar bahwa hidup ini benar-benar sehelai benang tipis yang dibentangkanNya. Setiap saat dapat terputus!

Hari pertama ketika saya datang, muncul pesan text dari sepupu saya yang menyatakan bahwa Oma saya wafat dalam usia 90 tahun. Dan pastinya seluruh keluarga besar akan berkumpul bersama dan melangsungkan upacara pemakaman. Anehnya saya tetap tenang dan mengikuti acara pondok permenungan hingga selesai, baru kemudian mengatur rencana pulang untuk pemakaman Oma. Saya berpikir bahwa kenangan tentang Oma semasa hidup lebih dari cukup bagi saya dan itulah yang terpenting. Setelah benang itu terputus yang ada hanya untaian masa lalu.

Ada lagi pengalaman aneh, bahwa penjaga canteen di pondok permenungan sangatlah judes dan tidak ramah terutama kepada saya. Hanya karena saya ingin membeli makanan (sejak pagi saya belum makan dan semalam hanya tidur beberapa jam - saya percaya kekuatan makanan akan menjadikan manusia bugar). Ia menolak mentah-mentah dan menyuruh saya segera masuk ke dalam ruang meeting karena ceramah sudah dimulai dan saya kok malah kepengen beli makanan! Bagi dia, saya adalah peserta yang nggak sopan!

Tapi saya cuek dan sabar saja diperlakukan demikian. Saya tidak akan lagi membiarkan orang memperlakukan dan mendekte saya sesuka mereka. Karena hati dan jiwa saya adalah milik saya, bukan milik orang lain. Jadi sejalan dengan masa puasa dan berpantang di agama saya, penjaga canteen itu barangkali melihat saya sebagai orang fasik yang tidak mengikuti hukum agama, tidak taat. Saya diam saja karena bagi saya, ketaatan bukan jaminan kesucian. Artinya dengan pamer bahwa kita paling taat dan paling mengikuti hukum agama, pastinya nilai/ ponten kita di mata Tuhan adalah diatas rata-rata. Benarkah? 


Bagi saya bersabar dan tak mengambil hati kala diketusin oleh penjaga canteen itu adalah ibadah saya. Bersabar dan menangis sendiri kala dimaki-maki clients di kantor adalah ibadah saya. Bersabar dan mengalah kala disikut strategi oleh rekan sekerja adalah ibadah saya. Pendeknya ingin berdakwah dengan perilaku dan bukannya sekedar kata-kata. Sayangnya saya tetap manusia, sekian masa berlalu pada akhirnya saya tak pernah mencapai taraf malaikat atau belum dapat menganggap diri saya malaikat. Saya mencapai ambang batas, merasakan capek hati, marah dan dendam.

Maka saya butuh waktu untuk berdiam di pondok permenungan, mendengar dengan sungguh-sungguh nasihat pemuka agama. Saya juga berlatih memaafkan walaupun sangat sulit. Memaafkan dan melupakan ternyata dua hal yang berbeda. Hanya saja saya mencoba jujur jika belum memaafkan, saya akan mengatakan bahwa saya belum bisa memaafkan. Banyak orang yang menyangkal, menganggap bahwa mereka sudah memaafkan padahal belum. Bahkan banyak orang yakin, tak pernah ada masalah bagi mereka. Karena saya tidak menyangkal dengan mudah saya menemukan akar permasalahan saya, kemudian saya terus dan terus belajar memaafkan.

Dibantu oleh doa dan waktu, perlahan saya mulai bisa memaafkan dan sekaligus melupakan. Satu hal yang ingin saya segarkan dan sehatkan kembali tentunya adalah hati saya. Saya yakin akan bisa melangkah maju jika semua kepenatan ini lenyap. Bagaimana seseorang dapat berlomba jika ia masih kelelahan? Dan bagaimana seseorang dapat menjadi pemenang jika ia tak pernah yakin dan diliputi oleh pikiran buruk? Tapi saya percaya semua latihan dan cobaan yang diberikan olehNya pasti memiliki maksud.

Pada kesempatan lain beberapa teman di pondok mengeluhkan hal-hal sederhana seperti kepala pusing, mengantuk dan orang tak sopan yang memotong antrean. Saya merasa bingung. Mengapa hal-hal tersebut menjadi keluhan? Lalu saya tersenyum sendiri, karena apa yang saya alami selama ini lebih dari sekedar kepala pusing atau orang yang memotong antrean. Jadi saya mengerti, bahwa DIA melatih saya untuk menjadi lebih dewasa sehingga nantinya menjadi lebih enteng/ mudah menghadapi hal-hal yang mungkin akan muncul di perjalanan hidup. Pondok permenungan adalah jawaban yang tepat bagi penyegaran hati dan jiwa. Amin!

Tuesday, February 19, 2013

Rejeki Tak Kemana

rumah TURI di SOLO
Saya ingin jual rumah. Hu-uhm,....saya punya satu rumah kecil, niatnya untuk investasi. Dan memang saya suka dengan property, menata rumah dan playing rumah-rumahan. Jika saya milyuner saya ingin invest di berbagai property. Nggak tahu kenapa, saya suka saja membayangkan diri saya menjadi NYONYA TANAH atau 'land-lady' dengan setumpuk surat-surat rumah. 

Saya bukan jenis orang yang suka perhiasan atau emas batangan buat saya gold is not something that can makes me shine but silver DO. Karena gold itu sudah bersinar jadi fokus orang memandang lebih tertuju pada kilau tajam sinar emas. Kalau silver sinarnya lebih lembut dan tak setajam emas dan jika orang memandang otomatis akan lebih terfokus pada si manusia yang mengenakan perhiasan tersebut ketimbang perhiasannya. Got it? So, iya saya bukan wanita penggemar emas tapi kalau di kasih harta karun emas satu peti, why not? Mungkin karena kerepotan masalah emas dan metode penyimpanannya yang rawan kejahatan, maka saya lebih suka menyimpan surat rumah dan tanah. Mimpi kali yeee,..

Ternyata menjadi NYONYA TANAH bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan juga. Pertama, karena sertifikasi atau surat-surat rumah dan tanah cukup kompleks. Ada AJB (akte jual beli) ada PPJB (perjanjian pengikatan jual beli) ada PBB (pajak bumi dan bangunan) ada pula IPL (iuran pemeliharaan lingkungan) dan bahkan SHM (Sertifikat Hak Milik) kesemuanya berujung pada menguras biaya. Kemudian rumah itu sendiri butuh pemeliharaan agar tetap rapi dan indah. Maka saya putuskan untuk menjual rumah jika nilainya memang sudah lebih tinggi dari harga beli karena itulah tujuan saya membeli rumah sebagai bentuk dari investasi. Jadi mulailah pasang petunjuk rumah di jual. Anehnya yang menghubungi semua makelar rumah dan tanah. Jarang sekali ada calon pembeli yang langsung mencari rumah.

Yang namanya orang bolak - balik ngomong ingin beli rumah dan makelar sudah berusaha mengurus dengan segenap tenaga tetap saja hasilnya nihil. Calon pembeli bolak balik membatalkan niatnya membeli rumah dan tanah. Alasannya macam-macam ada yang alesannya pengen beli dua kapling sekaligus karena ingin rumahnya besar, sayangnya kapling disebelah rumah saya tidak dijual. Lalu ada yang dengan gagah menawar hampir 100 juta dibawah harga pasaran. Yang bener aja lu, Ndroo..?? Lalu ada pula yang saya sudah setuju semua biaya dan harga, siap ke arah pengurusan dokumen, calon pembelinya kabur dengan alasan telah berinvestasi di tempat lain.

Saya sampai kesal dan bolak balik terjebak dalam euforia gembira karena berharap akan segera mendapatkan hasil dari investasi rumah dan tanah. Sayangnya hingga hari ini masih NIHIL. Tapi saya tetap yakin jalan yang saya tempuh sudah benar dan sudah baik. Lebih baik saya berinvestasi pada property daripada membeli barang-barang yang tak saya butuhkan. Dimasa lalu saya gampang sekali membeli aneka barang; dari lampu tidur berbentuk boneka hingga anting bergaya suku apache (olala!). Dimasa pensiun ini saya lebih memilih membeli barang kualitas terbaik dan tidak membuang uang dengan membeli barang murah yang bolak - balik rusak dan menjadi sampah. Hmmm, ... menunggu rejeki ternyata memang hal yang tak mudah ya! Namun jika memang sudah rejeki pastinya takkan kemana. Amin!


Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku

Waduw,... apa itu artinya? Yup, ini bahasa Russia yang artinya 'nyala dian akan menerangi insan pada jalan kehidupan.' Maap saya bo'ong, bukan bahasa Russia dhing! Ini bahasa Jawa kromo, yang artinya memang demikian, seperti tertera diatas. Manusia akan berjalan lurus dan berlaku dalam kebenaran jika ia terus mengamati cahaya pelita atau dian. Jadi yang namanya DIAN boleh bangga karena artinya adalah cahaya. Blencong itulah si dian (lampu minyak) yang menjadi penerang dalam pertunjukan wayang kulit. Dan emang benar pertunjukan wayang kulit biasanya banyak menceritakan kisah-kisah kehidupan. Seperti lagunya God Bless, ...dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani.....

Awal Februari lalu saya ke Yogya dalam rangka melakukan tugas wawancara. Rekan yang saya temui super berbaik hati, mendengar bahwa saya ingin melihat museum Ullen Sentalu (ini kependekan dari bahasa Russia tadi ulating blencong sejatine tataraning lumaku) dengan serta merta saya bersama seorang rekan lainnya diajak ke museum tersebut dan di traktir pula! Tiket masuk ke museum dan minum coklat panas di sore hari setelah hujan gerimis Kaliurang menjadi terasa mewah karena perhatian mereka. I have to say Thank You God! Best gift in life are people who really cares about others.

Pokoknya saya belum pernah masuk ke museum Ullen Sentalu dan penasaran sekali, ingin tahu apa sih isinya? Museumnya bernuansa Jawir abis, dengan bangunan tersusun dari batu dan kayu-kayu. Semacam rumah - rumah kediaman meneer Belanda tempoe doeloe. Saya merasa bagaikan terjebak labirin masa lalu ketika masuk ke dalam museum tersebut. Setiap kamar dan ruangan akan mengantar kita kepada aneka foto, lukisan dan kain - kain peninggalan keluarga Keraton di pulau Jawa. Jadi suasananya super magis, diperkuat dengan lampu penerangan yang juga remang-remang dan hujan gerimis sore melengkapi seluruh ornamen yang berbau mistis. Kurang pemunculan Limbad di sudut ruangan aja. he-he-he...

Memasuki gerbang museum, saya dan rekan disambut oleh seorang gadis manis yang menjadi pemandu kami. Gadis ini suaranya lantang menceritakan secara cepat dan terperinci aneka kisah tentang foto dan perlengkapan gamelan yang ada di ruang utama. Semua legenda foto dan lukisan diceritakan olehnya. Sayang saya tidak membawa buku catatan, mungkin jika saya mencatat akan lebih lengkap kisah yang dapat saya bagikan.

Ada foto putri Jawa dan putri Cina memperebutkan seorang pangeran. Lalu ada pula lukisan tari Bedhaya Ketawang yang ditarikan oleh sembilan gadis yang masih perawan, di bagian sudut terjauh ada penampakan penari ke sepuluh (hiy..!). Jadi menurut kisahnya tarian ini dipersembahkan bagi Nyi Roro Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul yang juga merupakan kekasih atau istri Sinuhun Sultan. Penari tambahan yang kesepuluh itulah perwujudan dari Nyi Roro Kidul. Sejak kecil saya sering mendengar kisah legenda tentang Nyi Roro Kidul dan saya suka. Kisah tentangnya adalah kisah perempuan agung serta penuh pesona, diliputi misteri dan memiliki kekuatan besar.

Saya juga suka melihat aneka kain batik yang dipajang disitu. Semua kain batik yang ada adalah kain antik yang nilainya tinggi karena merupakan warisan dari keraton. Begitu juga aneka foto dan lukisan. Ada foto putri keraton yang berwajah sedih. Bagian yang sedikit menyeramkan adalah bahwa lukisan ini tiga dimensi. Jadi kemanapun kita melangkah pergi, mata sendu sang putri akan mengikuti. Iya, bener lagi-lagi suasananya mistis banget. Tapi saya suka dan tidak takut. Saya suka suasana mistis Jawa karena menurut saya memang seperti itulah dunia di masa laluAda aturan dan larangan yang harus dipatuhi tanpa perlu diteriakkan atau dipaksakan. Pada masa itu norma-norma dan tradisi masih menjadi hal yang sangat dipercaya dan dipegang teguh oleh rakyat.

Yang terakhir, saya sangat suka memandang foto putri yang bernama Gusti Nurul. Menurut kisah si pemandu, beliau sekarang sudah berusia 90 tahun dan menetap di kota Bandung. Foto Gusti Nurul, sangat cantik mirip seperti Elizabeth Taylor pada jamannya. Dan menurut pemandu juga, Gusti Nurul selalu diikuti oleh paparazzi pada jaman dahulu kemanapun ia pergi. Bahkan Sinuhun Sultan dan Presiden Soekarno boleh dibilang sedikit menaruh hati kepadanya. Tapi Gusti Nurul justru menikahi seorang kerabat jauh, pangeran pada silsilah kesekian yang menjadi anggota TNI dan berdomisili di Bandung hingga kini. Dalem hati saya ngebathin, untung Gusti Nurul menjadi remaja di masa lalu. Jika menjadi remaja di jaman sekarang, bisa - bisa ia didaulat menjadi artis sinetron.

Adalagi sebuah ruangan yang berisikan aneka surat dari negeri Belanda. Saya tidak hafal apakah surat itu ditujukan kepada Gusti Nurul atau Putri Tinneke, tapi yang menarik surat - surat itu masih rapi dan jelas terbaca semua tulisannya. Saya terharu karena tulisan orang-orang jaman dahulu bagus, dengan garis tebal tipis. Semasa kecil saya juga belajar menulis dengan cara itu dengan buku khusus yang disebut buku menulis tebal-tipis. Ada aturannya untuk belajar menulis halus. Pada ujung kiri atas selalu ada pas foto si pengirim surat. Rupanya tradisi jaman dulu jika orang menulis surat harus memberikan foto si pengirim. Pantesan ya, kalau nonton film lama - orang suka membaca surat lalu memandang foto orang yang mengirim dan mulai berangan-angan rindu. Kalau sekarang? Halah, pake skype langsung bisa muncul penampakan video conference! Kangen banget? Buru-buru pesan tiket murah Air Asia. he-he-he....

BEUKENHOF Restaurant
Bahagia diri saya, melihat-lihat museum Ullen Sentalu. Setelah itu saya dan rekan makan di RESTO yang terletak diatas museum. Aduh, RESTO-nya keren banget dengan interior ala jaman Belanda. Namanya BEUKENHOF Restaurant. Saya cuma kudu ganti gaun Noni Belanda saja untuk melengkapi penampilan Resto tersebut. Makanannya sih so-so, tapi nuansa kolonialisme, keagungan masa lalu dan kenangan yang berbau mistis serta penghargaan pada budaya Jawa - bolehlah diacungi jempol. Sepulang dari situ, saya makin yakin bahwa memang hidup itu sebaiknya ulating blencong sejatine tataraning lumaku. Berpatokanlah pada nyala dian untuk terus melangkah agar tak tersandung jatuh... sweet!

Monday, February 18, 2013

Film Lama Kenangan Usang

Hampir setahun baru saya putuskan untuk menulis lagi. Tahu tidak? Bagi penulis, menulis itu laksana ritual mandi, sehari dua kali. Terbayang jika seseorang tidak mandi hingga hampir setahun lamanya. Why? Kemungkinan besar dia sakit,...super sakit keras. Sad. Itulah yang terjadi pada diri saya. Dan hampir setahun saya tidak bisa dan tidak sanggup menulis. Saya sakit. Kenapa? Mual-pusing-eneg-jengkel-benci-dendam dan kesemuanya tercampur aduk menjadi satu. Sakit!

Eniwei, baswei mohon jangan menabrak saya. Lagi - lagi film jadoel melintas dalam rangkaian kegiatan. Menonton film jadoel adalah salah satu hobby yang menyenangkan bagi saya, semacam terapi. Wah, pokoknya filmnya super jadoel. Jaman ketika Julia Roberts masi segar dinobatkan sebagai pretty woman dan Cameron Diaz masih imut bertampang polos. Filmnya berjudul "MY BEST FRIEND'S WEDDING". Pernikahan sahabat-baikku.

Film yang simple dan rada-rada bodoh. Ciri khas film tentang kisah cinta yang membuat cowok mengantuk dan cewek matanya berkaca-kaca karena terharu. I know,... Bodoh. Tapi saya suka, kadang-kadang kita harus berbuat bodoh atau memilih jadi bodoh, supaya pada giliran selanjutnya kita tahu bagaimana harus bertindak secara pintar. Makanya sesekali saya mengambil jalan bodoh, supaya otak segar kembali dan lebih tajam dalam mengolah kemampuan berpikir selanjutnya.

Ceritanya, Julia Roberts memiliki sahabat cowok dan sahabatnya itu akan segera menikah dengan Cameron Diaz. Detik terakhir, Julia Roberts sadar bahwa dia mencintai sahabatnya itu. Julia berupaya keras agar si sahabat tidak menikah dengan Cameron Diaz. Ia ingin si sahabat memilih dirinya. Seribu satu muslihat licik dan jahat dilakukannya untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Sayangnya tak berhasil! Si sahabat cowok tetap jatuh cinta pada Cameron Diaz dan berniat menikahinya. Apapun yang terjadi.

Yah, cerita seperti itu rasanya sungguh simple dan basi. Momen demi momen yang mengalir dalam film menggiring para penonton. Bagaimana dua orang yang sering bersama-sama, namun yang seorang tidak menghargai orang lain yang ada di sisinya. Saat orang itu pergi, barulah kita sadar betapa kita menginginkan orang itu kembali. Ada juga sebuah adegan dimana si sahabat cowok berkata pada Julia, "Dulu kita begitu dekat dan akrab, namun pernahkah kita mengungkapkan kata cinta?..." Ternyata kata cinta tak pernah ada diantara keduanya. Lalu si sahabat cowok mengatakan, "Jika seseorang mencintai orang lain, seharusnya ia mengatakannya keras-keras dan mengungkapkan pada orang tersebut. Karena jika tidak, maka momen itu akan hilang dan berlalu."

Saya mengerti kata-kata itu sungguh benar. Maka saya yakin patah hati yang terburuk pun akan berlalu, karena momen cinta yang tak bersambut akan segera hilang. Sama seperti cinta yang seharusnya menjadi indah juga akan hilang, karena tak ada lagi kata-kata yang diucapkan. Lucunya saat film itu sedang menjadi trend, saya juga memiliki sahabat cowok yang saya kagumi. Dan saat itu ia pun bertemu dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya. Perasaan saya terhadap sahabat itu juga mirip dengan apa yang dirasakan oleh Julia Roberts. Rasa egois ingin memiliki seseorang namun tidak yakin untuk mengatakannya.

Aih, saya orang terakhir yang pantas bicara cinta! Saya tidak terlalu suka dan cukup hati-hati bicara tentang cinta. Karena cinta itu licik dan banyak tipu-muslihatnya. Tapi saya tahu, semua momen yang tidak tersambut baik, semua cita-cita yang tak terjawab, semua hasrat yang tak tersalurkan. Segalanya yang bertepuk sebelah tangan,..... akan berlalu dan hilang lenyap.
Saya tidak merasa jatuh cinta kepada kawan tersebut, tapi merasa kecewa saat ia yakin bahwa ia telah berjumpa dengan wanita impiannya. Ada rasa tak nyaman dalam diri saya. Rasa tidak suka karena ia mulai mengurangi perhatiannya. Dengan dalih kebaikan, saya menasihatinya agar berhati-hati, agar waspada, agar tidak terburu-buru jatuh cinta. Sejujurnya saya hanya tidak suka sahabat saya itu mendadak berjumpa sang wanita idaman dan mulai melupakan saya. Tapi it happens, dan mereka tetap menikah bahagia hingga hari ini! Hmmm... Pernah terjadi pada Anda?

Dalam kehidupan ini jika kita berada dalam keadaan baik tentu kita akan menikmatinya, namun jika kita berada dalam keadaan buruk,...sabar saja! Semuanya juga akan berlalu dan hilang. This too, shall pass on... Tentang sahabat cowok saya kala itu? Sekarang sudah kelaut! Sudah hampir berpuluh tahun saya tidak berteman lagi dengan dirinya. Sad? neeeey...This too, shall pass on... Tidak banyak perasaan yang menetap abadi, lebih banyak yang berlalu hilang ketika momennya sudah berlalu...buzzzzz...

Cuplikan Soundtrack lagu - My Best Friend's Wedding:

If you wanna be happy for the rest of your life,
Never make a pretty woman your wife,
So from my personal point of view,
Get an ugly girl to marry you....

Kala Waktu Terdiam Dan Membisu

Bulan lalu, saya pergi ke negeri jiran. Ceritanya panjang, tapi saya persingkat saja. Saya ambil tour selama 4-5 lima jam dan berpesiar ke Selangor. Saya merasa semua harga paket tour yang ditawarkan oleh agent perjalanan relatif mahal dan agak kesal karena hal tersebut. BUT, hey hidup hanya sekali and all about adventures! Jadi saya nikmati perjalanan tersebut dan inilah sepenggal kisahnya.

Kami mampir di sebuah lokasi yang disebut fireflies park. Ini adalah tempat dimana kita dapat mengamati kunang-kunang. Saya tahu kunang-kunang itu seperti apa. Waktu kecil saya sempat tinggal di pedesaan selama satu atau dua tahun. Dan tentu saja saya kenal si kunang-kunang. Bentuknya seperti laron atau kumbang dengan nyala sinar pada bagian ekor. Buat saya tidak terbayang apa bagusnya melihat kunang-kunang. Agent perjalanan saya bernama Hadi dan pandai merayu. Dengan gaya khas lelaki melayu nan lembut syahdu, ia mengatakan bahwa tour melihat kunang-kunang ini akan sangat unik dan spesial. Sementara saya agak-agak curiga, ia berniat mengambil keuntungan maksimal. he-he-he...

Saat tiba di pondok - geladak perahu boat, kami masing-masing diberi lifesave jacket. Pelampung yang harus kami kenakan, in case kami semua tenggelam di rawa-rawa. Lalu dimulailah petualangan itu. Dalam gelap kami berduyun-duyun menuruni dok kecil dari kayu tempat boat bersandar. Lalu kami semua melompat masuk dan duduk diam dalam perahu. Tukang perahu mengatur agar kami terbagi seimbang di bagian kanan dan kiri sehingga perahu dapat melaju dengan sempurna. Perahu ini tidak menggunakan mesin, namun memanfaatkan energy battery. Sehingga tidak ada suara sama sekali. Kami semua duduk diam di perahu terayun-ayun dan terdorong perlahan dalam keheningan senja.

Menurut saya moment tersebut sedikit creepy. Serombongan orang duduk dalam perahu jelang senja gelap gulita, tanpa lampu dan tanpa suara; karena kami pun tak boleh banyak bicara. Jika pun bersuara kami saling berbisik. Sesekali tangan kami menepuk lengan atau paha, serangan  nyamuk rawa cukup menakutkan. Suara gemercik perahu melaju memecah rawa atau sungai diimbangi suara ranting dan batang-batang pohon hanyut saling bergesekan. Terbersit dalam benak saya, sebenarnya itu batang dan ranting pohon ataukah buaya-buaya yang sudah ngiler menunggu kami semua? Andaikata saat itu juga kami terjungkal dan disantap buaya, siapa yang akan tahu? Lokasi itu terasa in the middle of nowhere, jauh dari segala keramaian. Totally creepy!

Lalu munculah pemandangan luar biasa itu. Kami melihat si kunang-kunang! Bukan satu. Mungkin seribu. Benar- benar seperti judul puisi. Seribu kunang-kunang di waktu malam. (Oh-No! Itu bukan puisi. Itu judul buku penulis inspiratif saya, Almrh. Bapak UMAR KAYAM - Seribu Kunang-Kunang di Manhattan) Mereka, seribu kunang-kunang itu ada di pepohonan tepian rawa! Jadi ada banyak pohon dihiasi kunang-kunang yang bertengger. Sangat banyak sekali jumlahnya. Seperti pohon natal versi original ciptaan Tuhan. Pohon - pohon itu kesemuanya berkedip-kedip karena sang kunang-kunang meneranginya. Moment melihat kunang-kunang itu saya sebut 'KALA WAKTU TERDIAM DAN MEMBISU'. True, totally creepy!

Acapkali orang berkata, "MAHA BESAR TUHAN". Buat saya, itulah moment dimana saya bisa mengatakan kata-kata itu literally dan bukan sekedar ungkapan. Saya ingat dengan jelas, perahu melaju, sepi dan hening. Serombongan orang melihat takjub jajaran pohon natal berhiaskan ribuan kunang-kunang. Mata juga melihat langit di ujung rawa seperti merah jingga, pertanda bumi berputar dan matahari tertinggal di ujung sana karena kami disini kian kelam jelang malam. Sayup-sayup suara adzan negeri Jiran menjadi musik di latar belakang. Kesemua hal itu menyatu menjadi harmoni peristiwa agung yang sulit saya lupakan. Bulu kuduk merinding kala kita tersadar pada kebesaran Tuhan. Totally creepy! 

Kala waktu berhenti, diam dan membisu seperti itu, pikiran saya bahkan sempat menyerempet tentang kematian. Tapi keagungan sunyi tak bertahan lama. Seorang anak mulai merengek kedinginan dan digigit nyamuk. Lalu lelaki di ujung perahu nekad mencoba memotret kawanan kunang-kunang tersebut dengan kamera canggih dan blitz menyala terang. Tukang perahu berteriak marah karena penggunaan lampu apalagi blitz sangat tidak disarankan. Hal itu akan mengganggu ketenangan kelompok kunang-kunang. Apalagi mereka sedang dalam proses mating/ perkawinan dan ini hanya terjadi sepanjang bulan-bulan tertentu. Yap! Bumi selalu berputar. Peristiwa agung terjadi pada satu detik, detik berikutnya chaos. Totally creepy! 

Thanks Hadi, for suggesting us this fireflies tour!