Thursday, February 28, 2013

Ia Yang Takkan Kembali Lagi

Acapkali terselip dari pengamatan dan kesadaran bahwa kita 'getting old'. Bisa jadi karena kita masih kekanakan atau justru karena kita adalah jenis orang yang selalu bersemangat muda. Hal - hal semacam itu menyebabkan bumi berputar tanpa kita sadari sepenuhnya. Saya sendiri bisa jadi adalah manusia dengan kombinasi kedua hal tersebut : kekanakan dan bersemangat muda.

Akhir-akhir ini para 'pinisepuh' di keluarga saya mulai 'berangkat' satu per-satu. Terakhir adalah Oma yang meninggal dunia Jumat lalu dalam usia 90 tahun. Saya tidak pernah berpikir atau mentargetkan apakah saya sendiri juga akan meninggal dalam usia 90 tahun atau 80 tahun atau beberapa tahun lagi. Satu-satunya yang saya inginkan hanyalah pergi dalam damai. Dalam arti tidak menyusahkan orang lain, tanpa sakit penyakit yang berkepanjangan dan tanpa siksa derita yang menyeramkan. Wow, cita-cita kok seram, tentang kematian?

Oma selalu ada di dalam kehidupan saya. Suaranya lantang menggelegar. Oma adalah perwujudan wanita karir di masa lalu. Dia berkarir bukan dengan tas kulit dan blazer keren, lalu naik turun gedung bertingkat. Nope! Bukan jenis wanita karir yang demikian. Oma berkarir di rumah alias di istananya sendiri. Ia mengatur bisnis dagangan bahan kimia, bahan cat dan bahkan bahan-bahan jamu tradisional. Ia mengatur puluhan karyawan, kuli dan pembantu yang ada dirumahnya. Pun, ia masih mengatur vitamin dan menyediakan makan malam untuk Opa. Isn't she great?

Oma memiliki wibawa dan semua orang takut kepadanya. Ia cukup galak dan sering membentak orang - orang yang ada disekitarnya. Bahkan tak segan secara langsung mengatakan bahwa mereka bodoh didepan hidung orang-orang itu. Tapi tak seorangpun yang berani membantah Oma, karena ia wanita adiguna. Ia memiliki kekuasaan dan kekayaan. Dengan kuasanya itu Oma mampu memerintah semua orang dengan sekehendak hatinya. Lalu apakah orang-orang sungguh membenci dia? Rasanya tidak,...

Oma adalah YIN dan YANG, sifat keras dan lembut yang menyatu. Disiplin dan kasih sayang yang saling membelit. Oma itu pekerja keras dan sekaligus murah hati. Jadi harta yang dikumpulkannya pada akhirnya juga akan ia bagikan pada orang-orang yang ada disekelilingnya. Ia akan membagikan rejeki kepada para karyawan, pembantu dan kuli-kuli di pabriknya. Ia akan menghardik anak-cucu-menantu-keponakan agar mereka bekerja lebih keras, lebih pintar, lebih disiplin dan lebih hemat.

Cucu-cucu adalah hal yang paling menyenangkan bagi Oma. Ia rajin berbelanja pakaian, makanan, permen dan bahkan mainan atau buku bagi kami semua cucu-cucunya. Apalagi jika Oma baru saja pulang bepergian dari luar negeri bersama Opa, bisa dipastikan jatah belanjaan bagi para cucu sangatlah banyak. Mengenang Oma membuat saya ingat bayangan diri saya semasa SD, kala melonjak-lonjak kegirangan mendapat oleh-oleh gaun cantik warna pink. Ketika itu Oma baru saja pulang dari Amerika. Hari itu rasanya baru kemarin, ternyata hari ini saya sudah bukan anak SD itu lagi. Hicks,..

Oma semakin menua, lemah lalu sakit uzur, sedangkan saya juga semakin dewasa, menikah dan mulai berkeluarga. Berpulangnya Oma tidak membuat saya menangis, karena memang sudah lama Oma sakit menua. Bertahun ia menggeletak saja di kasur tanpa semangat hidup dan melayu. Tetapi menuliskan kisah ini, seperti membayangkan Oma yang masih muda bergerak lincah, keras dan kasar menghardik namun penuh welas asih pada orang-orang yang ada disekelilingnya. Menuliskan ini membuat saya menangis, karena sekarang saya sadari Oma telah pergi dan takkan pernah kembali lagi.


Kehidupan muncul dalam sekelebatan mata. Khususnya ketika kita menjadi dewasa, menua lalu semuanya menjadi cerita dahulu. Maka ketika kehidupan itu ada sebaiknya kita mencecap rasa dengan hati dan jiwa sepenuhnya. Agar kelak di kemudian hari yang tersisa adalah pelajaran terbaik dan kenangan terindah. Oma telah tiada. Tetapi kenangan akan kasih-sayang, sikap dan hardikannya bagi saya adalah didikan yang tersisa sepanjang usia. Bahwa seperti itu dulu generasi masanya, ketika didikan yang keras dan perkasa masih membuahkan disiplin tinggi. Bukannya pemberontakan dan pelarian. Selamat jalan Oma,...Jaman telah berubah, tetapi bagiku didikanmu adalah bekal untuk perjalananku selanjutnya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.