Monday, February 18, 2013

Kala Waktu Terdiam Dan Membisu

Bulan lalu, saya pergi ke negeri jiran. Ceritanya panjang, tapi saya persingkat saja. Saya ambil tour selama 4-5 lima jam dan berpesiar ke Selangor. Saya merasa semua harga paket tour yang ditawarkan oleh agent perjalanan relatif mahal dan agak kesal karena hal tersebut. BUT, hey hidup hanya sekali and all about adventures! Jadi saya nikmati perjalanan tersebut dan inilah sepenggal kisahnya.

Kami mampir di sebuah lokasi yang disebut fireflies park. Ini adalah tempat dimana kita dapat mengamati kunang-kunang. Saya tahu kunang-kunang itu seperti apa. Waktu kecil saya sempat tinggal di pedesaan selama satu atau dua tahun. Dan tentu saja saya kenal si kunang-kunang. Bentuknya seperti laron atau kumbang dengan nyala sinar pada bagian ekor. Buat saya tidak terbayang apa bagusnya melihat kunang-kunang. Agent perjalanan saya bernama Hadi dan pandai merayu. Dengan gaya khas lelaki melayu nan lembut syahdu, ia mengatakan bahwa tour melihat kunang-kunang ini akan sangat unik dan spesial. Sementara saya agak-agak curiga, ia berniat mengambil keuntungan maksimal. he-he-he...

Saat tiba di pondok - geladak perahu boat, kami masing-masing diberi lifesave jacket. Pelampung yang harus kami kenakan, in case kami semua tenggelam di rawa-rawa. Lalu dimulailah petualangan itu. Dalam gelap kami berduyun-duyun menuruni dok kecil dari kayu tempat boat bersandar. Lalu kami semua melompat masuk dan duduk diam dalam perahu. Tukang perahu mengatur agar kami terbagi seimbang di bagian kanan dan kiri sehingga perahu dapat melaju dengan sempurna. Perahu ini tidak menggunakan mesin, namun memanfaatkan energy battery. Sehingga tidak ada suara sama sekali. Kami semua duduk diam di perahu terayun-ayun dan terdorong perlahan dalam keheningan senja.

Menurut saya moment tersebut sedikit creepy. Serombongan orang duduk dalam perahu jelang senja gelap gulita, tanpa lampu dan tanpa suara; karena kami pun tak boleh banyak bicara. Jika pun bersuara kami saling berbisik. Sesekali tangan kami menepuk lengan atau paha, serangan  nyamuk rawa cukup menakutkan. Suara gemercik perahu melaju memecah rawa atau sungai diimbangi suara ranting dan batang-batang pohon hanyut saling bergesekan. Terbersit dalam benak saya, sebenarnya itu batang dan ranting pohon ataukah buaya-buaya yang sudah ngiler menunggu kami semua? Andaikata saat itu juga kami terjungkal dan disantap buaya, siapa yang akan tahu? Lokasi itu terasa in the middle of nowhere, jauh dari segala keramaian. Totally creepy!

Lalu munculah pemandangan luar biasa itu. Kami melihat si kunang-kunang! Bukan satu. Mungkin seribu. Benar- benar seperti judul puisi. Seribu kunang-kunang di waktu malam. (Oh-No! Itu bukan puisi. Itu judul buku penulis inspiratif saya, Almrh. Bapak UMAR KAYAM - Seribu Kunang-Kunang di Manhattan) Mereka, seribu kunang-kunang itu ada di pepohonan tepian rawa! Jadi ada banyak pohon dihiasi kunang-kunang yang bertengger. Sangat banyak sekali jumlahnya. Seperti pohon natal versi original ciptaan Tuhan. Pohon - pohon itu kesemuanya berkedip-kedip karena sang kunang-kunang meneranginya. Moment melihat kunang-kunang itu saya sebut 'KALA WAKTU TERDIAM DAN MEMBISU'. True, totally creepy!

Acapkali orang berkata, "MAHA BESAR TUHAN". Buat saya, itulah moment dimana saya bisa mengatakan kata-kata itu literally dan bukan sekedar ungkapan. Saya ingat dengan jelas, perahu melaju, sepi dan hening. Serombongan orang melihat takjub jajaran pohon natal berhiaskan ribuan kunang-kunang. Mata juga melihat langit di ujung rawa seperti merah jingga, pertanda bumi berputar dan matahari tertinggal di ujung sana karena kami disini kian kelam jelang malam. Sayup-sayup suara adzan negeri Jiran menjadi musik di latar belakang. Kesemua hal itu menyatu menjadi harmoni peristiwa agung yang sulit saya lupakan. Bulu kuduk merinding kala kita tersadar pada kebesaran Tuhan. Totally creepy! 

Kala waktu berhenti, diam dan membisu seperti itu, pikiran saya bahkan sempat menyerempet tentang kematian. Tapi keagungan sunyi tak bertahan lama. Seorang anak mulai merengek kedinginan dan digigit nyamuk. Lalu lelaki di ujung perahu nekad mencoba memotret kawanan kunang-kunang tersebut dengan kamera canggih dan blitz menyala terang. Tukang perahu berteriak marah karena penggunaan lampu apalagi blitz sangat tidak disarankan. Hal itu akan mengganggu ketenangan kelompok kunang-kunang. Apalagi mereka sedang dalam proses mating/ perkawinan dan ini hanya terjadi sepanjang bulan-bulan tertentu. Yap! Bumi selalu berputar. Peristiwa agung terjadi pada satu detik, detik berikutnya chaos. Totally creepy! 

Thanks Hadi, for suggesting us this fireflies tour!


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.