Thursday, September 11, 2014

Ada Waktunya Bagi Kita

Tadinya saya hanya ingin mengirim beberapa dokumen dari kamera poket yang biasa saya bawa kemana-mana. Saya membiasakan diri membawa kamera poket dan membuat ribuan foto. Biasanya sebagaian saya hapus, foto-foto yang saya anggap kurang baik gambarnya. Namun tak jarang ada beberapa gambar yang sungguh indah dan menarik membuat saya terkesiap, kaget. Indahnya alam ini, ciptaan Tuhan!

Manusia begitu sibuk dengan seribu satu tuntutan hidup, yang terutama ialah harus bekerja mencari nafkah. Saya pernah bekerja sampai hampir kehilangan akal sehat, dikarenakan saya tidak tahu apa yang saya lakukan atau apa yang saya cari sesungguhnya? Kerja hingga kelelahan tidak ada kebahagiaan dan saya juga merasa sama sekali tidak menambah keahlian apapun dalam pekerjaan tersebut. Justru rasanya kian bodoh dan terbelakang. Lalu saya sadari, saya mengerjakan sesuatu yang sama sekali tidak saya sukai. Hanya saja saya terus menahan diri, demi tuntutan hidup. Ketika akhirnya saya 'memilih' kewarasan saya dengan meninggalkan segala jerat tuntutan hidup itu, saya mulai melihat siapa saya. Seolah jiwa yang tadinya membias nyaris lenyap sekarang muncul kembali.

Pernah ada pertanyaan dalam diri. Saya ini siapa? Dan apa yang saya lakukan sesungguhnya? Tujuannya apa? Kini saya mampu menjawabnya, sibuk dengan hal-hal yang menjadi kegemaran pribadi. Saya larut dalam kesibukan menulis, memotret dan travelling. Saya mampu menggunakan mikroskop kehidupan milik saya yang selama ini tersimpan saja berdebu dalam lemari nasib. Semalaman saya mensortir foto-foto lama itu dan ketika melihat satu persatu gambar-gambar itu saya tak dapat berhenti mengamati. Seolah tiap gambar berlomba untuk mengajak saya bicara. Lalu lamat-lamat berbagai lagu lama dan kata-kata indah muncul dalam benak. Seolah masing-masing foto memang berusaha menceritakan sesuatu kepada saya. Kisah-kisah yang muncul dari kesunyian terdalam. 

Saya jarang memotret diri sendiri atau manusia. Lebih banyak memotret alam, landscape dan buildings atau interior. Karena hal-hal itu bagi saya lebih menarik ketimbang manusia. Manusia siapapun orangnya jika berdandan dan fotonya di re-touch akan terlihat indah sempurna. Sementara pemandangan alam dan bangunan akan membisikan karakter yang sama. Apa yang kita lihat dari berbagai sudut akan menyuarakan hal-hal yang tetap sama. Kekaguman akan masa lalu. Haru akan kenangan. Kerinduan akan hal-hal yang telah hilang atau mungkin suatu perasaan yang juga telah benar-benar berubah. Ada hal-hal yang tidak bisa bisa kembali namun juga tidak bisa hilang dari ingatan. Kadangkala muncul dalam wujud foto dan lagu-lagu lama. Seperti foto yang berikut ini, seolah menyenandungkan lagu lama theme song dari Romeo and Juliet, a time for us.

Lagu a time for us, menyuarakan kata-kata permohonan agar kita bersabar. Bahwa pada waktunya impian dan hal-hal yang terpendam akan muncul keluar. Melewati segala airmata dan onak duri. Sehingga pada saatnya nanti hidup akan terasa sangat bermakna bagi kita. A Time for Us diciptakan oleh Nino Rota pada tahun 1968. Lagunya sangat menyayat kalbu dan dinyanyikan pada saat pesta keluarga Capulet. Sesungguhnya lagu ini berjudul "What is a Youth" (apa sih arti masa muda?) pada album soundtrack, liriknya ditulis oleh Eugene Walter. Namun entah bagaimana lagu ini menjadi lebih populer disebut, "A Time for us" (ada waktunya bagi kita) sesuai dengan kata-kata awal pada permulaan lagu. Yup, ada waktunya bagi kita. Mungkin tidak sekarang, bisa jadi kelak. Melupakan kesedihan dan memanen kesuksesan.

A time for us some day there'll be

When chains are torn by courage born of a love that's free

A time when dreams so long denied
Can flourish as we unveil the love we now must hide

A time for us at last to see
A life worthwhile for you and me
And with our love through tears and thorns
We will endure as we pass surely through every storm

A time for us some day there'll be a new world
A world of shining hope for you and me
For you and me
And with our love through tears and thorns
We will endure as we pass surely through every storm

A time for us some day there'll be a new world
A world of shining hope for you and me
A world of shining hope for you and me

Tuesday, September 9, 2014

Ulang Tahun si Papa

Hari ini ulang tahun Papa, genap setengah abad. Semula ingin dirayakan dengan para tetangga. Ingin membeli cake dan beberapa camilan, lalu kumpul-kumpul bersama. Sayangnya Papa menolak. Sejak dulu Papa nggak suka acara ulang - tahun. Hanya sekali dalam hidupnya Papa pernah merayakan ulang tahun, ketika itu ia masih berkantor di Kelapa Gading lalu membeli donuts paket. Papa mengeluh karena semua orang menyalaminya, memberi ucapan selamat, dari lantai tiga hingga ke lantai satu. Terpaksa Papa beli berlusin-lusin donats untuk semua kawan sekerjanya. Lumayan boros, kata Papa! Ha-ha, kasian si Papa. Dia paling nggak suka berboros-ria.

Tahun ini Papa ingin merayakan ulang tahun hanya dengan keluarga adiknya. Ingin merancang pertemuan dan acara makan malam bersama. Kami menyetujui saja. Adiknya, Pak Dolf adalah satu-satunya adik Papa yang ada di Jakarta. Saudara-saudaranya yang lain ada di Manado. Pak Dolf menikah dengan Bu Nur dan punya satu anak, Putera. Maka Papa ingin mentraktir adik, adik ipar dan ponakannya. I guess Papa is just a simple man. Kami ingin memaksa membuat pesta kejutan takut juga kalau Papa marah. Ia termasuk tipe orang yang tak suka kejutan atau hadiah yang surprise. Semua hal harus direncanakan dengan matang itu maunya si Papa. Kalau dipaksa yang lain, bisa membuatnya jengkel. Apalagi 50 years old, yang namanya darting udah mulai jadi sahabat! Hi-hi,...

Kemarin, sekitar bulan Mei-Juni-July sakit lambung Papa kumat. Ia lemas dan perutnya terasa sangat tak nyaman. Terpaksa ia banyak beristirahat. Sakit bahkan hingga tiga bulan. Tubuhnya kurus, mukanya pucat dan sulit makan. Papa pemilih dalam hal makan. Tidak mau ayam. Tidak mau lele. Tidak suka ini dan tidak suka itu. Makanannya harus selalu masakan khas Manado. Akhirnya ia kini menyiasati sendiri membuat stocks ikan tongkol asap yang dimasak saus, sebanyak satu kotak. Lalu disimpan menjadi makanan yang setiap saat dapat disantap jika ia tengah lapar. Happy Birthday, Papa! Semoga makin sehat, dan tidak rewel lagi dalam hal makan-memakan. Tidak ada hadiah yang lebih indah diusia sekian selain dari kesehatan yang sempurna yang harus dirawat, dijaga dan dipertahankan. Say thank you to Jesus. You're Fifty now! 

Monday, September 8, 2014

Kemana Kaki Melangkah

Hidup ini memang pengembaraan, yang sendiri lebih leluasa sesungguhnya untuk pergi entah kemana. Karena tak ada yang akan menghalangi, menyalahkan, menggurui dan sebagainya. Namun tentu saja terkadang lebih sepi karena tiada sesiapa untuk berbagi. Hidup ini sebaiknya memang mengikuti kemana kaki melangkah. Kadang bergantung pula sepatu apa yang menempel pada kaki kita. Jika sepatu tua tentu harus berhati-hati agar kondisinya tak kian lapuk dimakan usia. Jika sepatu gunung tak ada salahnya mendaki lebih di ketinggian. Jika sepatu stiletto tak ada salahnya pula meliuk genit dikeramaian.

Hmmm,... hidup ini pengembaraan. Terbiasa aku bersama anggota keluarga lainnya. Kadang kurasakan terlalu lambat dalam melangkah entah menuju kemana. Kadang kuteriakkan kata-kata, "Tidak ada tujuan pasti kemana,... pun kau banyak menghalangi? Bagaimana jika kukatakan tujuanku adalah afrika atau gunung eskimo di antartika? Pasti banyak cela dan keraguanmu kita akan sampai disana!" Hidup berdua memang butuh ketrampilan yang luar biasa untuk menggapai ke arah sana. Hati-hati mendeskripsikan partner perjalananmu sebagai ia yang menghalangi ataukah ia yang menemani? Pada akhir perjalanan kau akan sendiri atau berdua, toleransimu yang menentukan.

Sejauh ini perjalanan yang kulalui cukup berarti. Dari sendiri, aku lalu berdua. Dari berdua lalu kami jadi bertiga. Tetapi setiap detiknya yang ada menurutku hanyalah bahagia dan ajaib semata. Bagaimana kami bisa menggapai semuanya perlahan namun pasti, tak banyak namun jujur, tertinggal di belakang tetapi mengerti arti budi pekerti. Hidup ini memang pengembaraan, butuh sepatu yang kuat dan cocok dengan kepribadian kita. Bisa jadi sepatunya kuat namun tak sesuai dengan hasrat kita. Bisa jadinya sepatunya indah namun melelahkan untuk suatu perjalanan. Hidup ini memang harus diikuti kemana kaki melangkah namun harus ada curiosity didalamnya. Kira-kira akan kemana, jangan selokan menjadi tempat akhir kaki terperosok. Parah pula jika mata kaki terkilir pada persendiannya. 

Pengembaraan di kehidupan adalah setiap hari. Ketika bertemu tanya dan tak tahu jawabannya. Ketika bertemu kurang dan tak tahu kelebihannya. Ketika bertemu lelah dan tak tahu peristirahatannya. Hidup ini penuh petualangan sekalipun aku hanya duduk disini di depan mesin ketikku setiap hari. Mengetikkan berbagai tanya, berbagai jawab, berbagai rindu dan berbagai kisah tetes keringat. Kusadari bukan masalah aku pergi kemana saja, tetapi lebih pada masalah aku mampu menjawab apa saja, itu sudah menjadi pengembaraan tersendiri dalam hidupku. Pertanyaan yang dahulu tak mampu kujawab dan ketakutan yang menjadi monster tidur malamku. Sepatuku, luar biasa jasamu, menemani kemana kakiku melangkah... I love skechers! 

Festival Kuliner Serpong 2014

Saya tidak tahu sudah berapa kali sebenarnya festival ini diselenggarakan. Yang saya ingat rasanya SUMMARECON MALL SERPONG (SMS) sudah dua kali menyelenggarakan festival semacam ini dan sukses besar. Pasalnya dagang makanan, pasti akan diserbu orang. Dengan kepandaiannya mengatur tata ruang SMS mampu menyulap lahan parkirnya menjadi arena yang menghasilkan duit barangkali diatas seratus juta dalam sehari. Tahun lalu festival bertema masakan Jawa dan tahun ini bertema masalah Sulawesi. 

Kambing Guling
Ide festival ini adalah mengumpulkan aneka jajanan dan pedagang kaki lima dalam sebuah lahan atau sebuah wadah untuk berdagang di area mall. Tentang kesepakatan si pedagang dan pembeli saya kurang tahu seperti apa. Tapi pastinya hidangan yang mampir di arena ini banyak yang 'lokal' punya seperti kerak telur, es doger, es poding, kue pancong, es duren, sate ungu bali, aneka bakwan, aneka kopi Toraja, aneka jajanan kue manado dan sebagainya. Saya datang dua kali pada acara ini. Yang pertama 'sowan khusus' ingin tahu hidangan apa saja yang muncul. Yang kedua kebetulan karena adik ipar sedang datang bertandang dari Manado maka untuk menyenangkannya dan memperlihatkan nuansa kuliner ala Jakarta, kami mengajaknya kemari.

Seorang teman memposting statu di sosial medianya sebagai berikut, "Wah, makanannya sih enak-enak mirip dengan tahun lalu. Hanya saja harganya kian mahal!" Memang makanan dipatok dari harga Rp. 10.000 / porsi bertingkat hingga Rp. 35.000/ porsi. Tak jarang beli mahal dan rasanya kurang pas. Lainnya beli harga pantas dan rasanya oke banget! Pada kunjungan pertama, saya melakukan gerakan 'menyerempet maut' yang jarang saya lakukan. Pasalnya saya menyantap iga bakar karebossy Makasar dan minumnya es duren. Lalu mengemil kambing guling! He-he,... Tidak kuasa menolak rasa rindu pada es duren. Sedang iga karebossy adalah menu wajib di festival kuliner. Yang mengantri panjang seperti ular naga!

Es Duren
Tips untuk makan di festival ini. Pilih hidangan yang jarang ada, atau jarang dinikmati. Tetapi perhatikan pula apakah pengunjung yang mengantre banyak atau tidak. Jika pembelinya sedikit artinya hidangan yang dijual kurang memenuhi selera pengunjung. Sedangkan jika antriannya banyak artinya layak untuk ikut serta dalam antrian. Memang saya termasuk orang yang malas antri, tetapi untuk urusan makan-memakan antrian sepertinya adalah hal yang wajib dilakukan. Apalagi di festival kuliner semacam ini pemburu hidangan lezat sudah tahu stand mana yang harus diserbu. Sekali saya 'terperosok' beli semangkuk bakso yang kelihatannya enak tak tahunya rasa hanya 'so-so' alias hambar dan biasa saja. Kuahnya pun seperti air panas ditaburi seledri saja. Nothing special! Tapi tetap acara yang wajib dikunjungi, sayang jika tidak muncul kemari. Pasti ada yang yummy-yummy,...

Pemusik dengan Busana Tradisional Menghibur Pengunjung Bersantap

Yang Mudah Nggak Usah Dibikin Ribet

Melihat orang-orang yang memasang postingan culinary, kadang beraneka rupa dan menakjubkan. Ada yang makan sate kelinci, ada yang bicara tentang sate kuda, ada yang tahu resto enak dan murah, resto mahal dan ngga enak. Lalu ada pula yang rajin memburu warung kaki lima dengan hidangan yang katanya unik, maknyus dan nggak ada tandingannya di lokasi lain. Seorang teman yang mengaku ahli kuliner bahkan sempat berkomentar, "Rasa mericanya dari masakan ini istimewa!" Lalu yang lain menanggapi geli, "Emang siapa yang sempet dan sanggup ngebedain rasa merica?"

onde-onde bersanding dengan kopi,.. Hmmm :)
Saya tidak terlalu 'fancy' dengan hidangan-hidangan kuliner. Kalau ada waktu, atau sedang bepergian yang searah tentu saya nikmati kesempatan berkuliner. Jika sedang ada rejeki tentu saya akan coba hidangan yang sedikit 'wah'. Tapi sisa waktu lainnya, saya hanya butuh makan tiga kali sehari. Itu saja. Buat saya itu aturan yang baku. Karena jeda jam makan yang terlalu jauh akan membuat perut kosong dan lambung sakit. Kemudian proses penyerapan nutrisi dalam tubuh otomatis akan membuat kita kembali bertenaga alias memiliki energi. Sesimple itu arti culinary bagi saya.

Dulu saya bahkan berharap ada kapsul yang mampu menggantikan waktu makan. Sehingga jam makan dapat diganti dengan hanya minum sebutir kapsul maka pengolahan nutrisi akan terserap maksimal dan tidak membuang waktu. Apakah saya telah kehabisan 'sense' atau indera perasa serta pencecap? Barangkali! Tetapi untuk mudahnya demikian. Selera makan dan aneka jenis makanan tidak semuanya cocok untuk tubuh masing-masing orang. Ada perbedaan. Sebagian orang alergi makanan tertentu, yang lainnya hanya doyan makan daging dan menolak sayur. Saya sendiri menyadari, semakin bertambah usia semakin banyaklah pantang makanan yang harus dilakukan. Makanan kesukaan saya adalah daging kepiting dan duren. Dua jenis makanan yang masuk dalam jajaran pemasok kolesterol tertinggi bagi tubuh manusia. Walhasil, jarang-jarang saya menyantapnya.

home made: ikan pampies, chicken wings,
brocolli saus keju, secangkir kopi,..  hmmm
Dulu ada kawan yang mengatakan "Makanlah untuk hidup dan jangan hidup untuk makan." Saya awalnya tidak mengerti apa sih bedanya makan untuk hidup dan hidup untuk makan? Yang penting memang harus makan. Tanpa makanan tentu saja manusia akan mati. Ternyata maksudnya adalah memilih makanan sehat untuk memperpanjang kehidupan dan bukannya sekedar memilih makanan enak hanya untuk memuaskan nafsu belaka. Makanya saya lalu berpikir sebisa mungkin makan, tanpa terlalu rewel dan membatasi diri dengan terus-terusan maunya makan enak melulu. Makanan yang sehat dan bergizi, tak perlu makanan yang fancy dan penuh aksi. Wong makan itu kan untuk hidup, Yang mudah ngga usah dibikin ribed! Empat sehat, lima sempurna.

Tuesday, September 2, 2014

Ada Tous Le Jours di Street Gallery alias PIM III

Sudah lama tidak berkunjung ke Jakarta Selatan. Tentu saja karena sudah banyak berdiam di kota tempat menetap sekarang, Tangerang Selatan. Sedangkan diseputar Tangsel juga banyak terdapat mall dan pusat perbelanjaan yang jaraknya relatif dekat. Untuk apa mencari pusat perbelanjaan yang jauh lokasinya? Tetapi ketika seorang sahabat mengajak untuk bertemu muka disitu, akhirnya 'terpaksa' juga saya menuju ke Pondok Indah Mall. Ketika saya menanyakan ingin berjumpa dimana, dengan singkat ia menjawab ingin menjelajah PIM III. Wouw, jadi Pondok Indah Mall tidak hanya episode satu dan dua. Kini telah mengembangkan sayapnya sebagai PIM III.

Pemandangan dari kaca Cafe Tuleju :)
Setelah tiba di lokasi. Saya coba cari apa yang disebut PIM III. Ternyata sebutannya bukanlah PIM III tetapi Street Gallery. Isinya adalah rangkaian cafe dan resto dengan harga serba mall. Jadi minimal bawa uang Rp. 200.000 jika ingin makan-makan sendiri atau berdua. Karena kita tidak pernah tahu dengan tax dan service charge total yang harus dibayar menjadi berapa. Yah, apa boleh buat! Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah gaya hidup dan luxury. Okay, jadi kalau Anda jalan ke PIM khususnya PIM III pastikan Anda tidak mengenakan piyama donald bebek yang satu stel. Dengan alasan cuma ingin mampir beli makanan saja. Yup, karena Anda akan mempermalukan diri sendiri. Yang datang bertandang rata-rata berdandan ala "Syahrini" dan "Raffi Ahmad." Jadi enggak banget kalau Anda dandan yang kurang pas dengan suasana.
  
Saya sudah lama bekerja dan terbiasa mematut diri. Sebenarnya lebih suka penampilan yang santai dan nyaman. Tetapi ada kalanya untuk menghormati orang lain, datang ke tempat yang berbeda, kita harus berkaca dan tahu bagaimana membawa diri. Bukan untuk menghormati mall maka saya berusaha rapi, tetapi untuk menghargai diri sendiri. Sehingga orang lain juga mampu menghargai saya. Pun, untuk menghargai sahabat yang saya jumpai. Sehingga ia tidak 'lelah' melihat saya mengenakan kostum yang salah atau ajaib.

Suasana mewah yang dulu sempat menghipnotis ketika pertama kali saya tiba di Jakarta sekarang sudah tidak ada lagi! Bukan karena sekarang saya sudah kaya-raya. Ha-ha, sama sekali tidak! Bukan itu. Karena saya sudah belajar, orang menjadi terhormat bukan sekedar karena kekayaannya. Tetapi terlebih karena jati diri dan ada kepantasan dari sikapnya untuk dihormati oleh orang lain. Kalau cuma bergaya saja lalu orang harus hormat, rasanya aneh. Seperti film jadoel, "Kamu tahu...siapa saya???" Lha, kagak kenal gimana tahunya? Hi-hi,...

Roti-Roti Tuleju yang dipajang :)
Eniwei, busway. Street gallery yang ada di Pondok Indah Mall memang luar biasa. Menggandeng banyak resto dan cafe yang laris manis diserbu penggemar kuliner serta pengunjung mall. Tiap cafe atau resto membungkus penampilannya dengan gaya 'wah'. Membuat mata berdecak kagum. Tapi saya sudah terbiasa pula dengan hal-hal semacam itu. Kagum jika harganya budget, namun jika harganya 'wah' juga yang ada hanya lemas. Takut sepulangnya dari situ tak bersisa sesen pun. Pikir punya pikir, saya mampir di Tous Les Jours . Sebuah franchise bakery dari Korea Selatan yang dimiliki oleh CJ Foodville. Bersama keluarga di wilayah Tangerang, saya terbiasa membeli aneka roti dan bersantai di Tous Les Jours wilayah Karawaci. Maka saya putuskan untuk mampir di tempat yang sama di PIM III, street gallery.

Cappucino Tuleju :)
Saya merasa pilihan untuk 'nongkrong' disini tidak salah. Harga minuman masih masuk akal, cappucino sekitar Rp. 25.000, dan aneka kopi lainnya di seputar harga tersebut. Minuman seperti susu segar dan lemon squash juga tersedia. Yang asyik roti-rotinya dapat dibeli dan dimakan disitu pula. Tersedia banyak tempat duduk lengkap dengan colokan untuk Hape. Harga roti juga variatif, pada kisaran Rp. 9.500 hingga yang lebih mahal lagi. Tergantung ingin roti yang mana. Bersantai di Bakery Cafe ini rasanya akan menjadi acara yang tak pernah membosankan. Dan terbukti memang menunggu kawan tak terasa lama di cafe tersebut, nggak sampai mati gaya. Selalu ada kesibukan untuk ngemil roti dan asyik berselancar dengan gadget andalan.

Makan malam kami coba di Coffee Club yang berada di lantai bawah. Entah saya yang salah pilih menu atau bagaimana. Saya pilih chicken salad yang rasanya 'tidak ada istimewa'nya. Bahkan bolak-balik sedikit komplen pada pelayan karena pertama ayamnya tidak ada, lalu kedua mayones pun tidak ada. Wah, saya kurang cocok dengan tempat ini. Tetapi pengunjung yang lain cukup banyak. Mungkin saya saja yang kuper tidak tahu menu andalan mereka.

The Coffee Club - Street Gallery
Untuk masuk ke cafe kami menunggu cukup lama karena pada jam makan malam sangat penuh. Pengunjung harus duduk dalam antrian waiting list. Satu-dua pengunjung memaksakan diri merokok di dalam ruangan, sehingga membuat suasana kian terasa sesak dan pengap. Yang menarik mereka tampaknya menjual aneka minuman (keras) dalam botol yang dipajang. Dan ada musik penghibur. Mungkin itu daya tariknya musik dan minuman.

Tak terasa jumpa sobat lama berbincang, curhat, curcol, menangis haru sambil makan, ngemil, ngopi dan sebagainya makan waktu hingga pukul sepuluh malam. Saya akhirnya pamit pulang karena jalanan pun sudah kian sepi. Demikian pula jumlah pengunjung mall semakin habis. Tapi saya dengar street gallery alias area cafe dan resto alias PIM III pada Jumat malam itu buka hingga sekitar pukul dua pagi. Wow, actually it's a great place for wonderful nitelife! Enjoy,..


Date : Aug 22, 2014

Monday, September 1, 2014

Isolasi Diri Pada Dunia

Buat saya cara mengisolasikan diri pada dunia adalah dengan menjahit. Belum banyak kemahiran yang saya dapat lakukan. Sejauh ini ilmu saya hanya terbatas pada tusuk silang - cross stitch, yang jaman saya remaja disebut sebagai krestek. Seolah kegiatan ini adalah kegiatan yang membosankan bagi nenek-nenek untuk melakukannya. Dulu saya pandang kegiatan menjahit sangatlah sulit sehingga rasanya saya takkan mampu melakukannya. Sekarang saya anggap kegiatan ini adalah media pelarian jika kita lelah dengan dunia. Menulis adalah cara saya mengoneksikan diri pada dunia, sebaliknya menjahit tusuk silang adalah cara saya mengisolasikan diri pada dunia.

Ketika saya sibuk menulis, saya tidak sempat lagi menjahit tusuk silang. Sebaliknya ketika saya sedang sibuk menjahit artinya saya tidak memiliki gairah sama sekali untuk menulis. Mengapa? Ada permainan bolak-balik perasaan ketika sedang melakukan kedua hal ini. Saya sejenis orang yang tidak bisa idle alias kosong melompong atau menganggur. Bukan tipe orang yang dapat duduk berjam-jam didepan pintu sambil mencari kutu atau makan kwaci. Pertama saya tidak punya kutu, kedua walaupun suka kwaci saya tidak betah berlama-lama mengupasnya. Saya suka 'do something' melakukan sesuatu secara fokus dan maksimal. Kerja itu jangan asal-asalan. Justru buang waktu, karena nanti harus diulang hingga dua kali. Itu dulu saya dedikasikan sebagai pekerja kantoran. Dengan apresiasi ZERO, saya memilih lebih baik saya dedikasikan waktu untuk menekuni hobby.

Menulis adalah kegiatan yang menguras otak. Menulis membutuhkan kerja otak yang terus-menerus, berpikir, melihat, merasakan pengalaman, mengolah dan menjadikannya suatu tulisan yang berati. Ya untuk apa menulis jika tidak ada manfaat yang dapat dipetik oleh orang lain? Tulisan tidak dapat dijadikan ajang pameran, karena jika tulisan tidak bermanfaat atau tidak menyentuh kalbu, hanya akan ditinggalkan oleh pembacanya. Setidaknya tulisan harus bermanfaat, lebih baik lagi ada sifat mendidik atau mengedukasi pembacanya. Pengalaman yang buruk dijadikan pelajaran agar orang lain tak terperosok dalam lubang yang sama. Maka buat saya menulis sangatlah melelahkan karena ini menjadi pekerjaan yang tidak santai sifatnya. Mungkin ada orang lain yang menganggap menulis itu adalah pekerjaan yang santai tetapi saya tidak tahu seperti apa kira-kira jenis tulisan yang dihasilkannya?


For Sale - Sleepy Sheeps


Untuk mengimbangi otak yang sering panas melepuh karena kegiatan menulis, saya sering melakukan hobby menjahit tusuk silang. Hobby ini membuat saya 'melayang' tidak ingat waktu dan seperti tidak nyambung pada dunia. Pasalnya menjahit tusuk silang mengharuskan saya fokus pada tema pola. Menghitung polanya kiri-kanan dan atas bawah sebanyak berapa jahitan. Bahkan juga fokus pada nomer atau warna benang yang dipergunakan. Pendek kata sama sekali tidak ada pikiran kecuali : lihat gambar, pilih warna dan hitung kanan-kiri berapa langkah? Bagi saya yang dahulu sangat tidak sabaran, menjahit tusuk silang menjadi 'rem' yang membuat saya lebih sabar, lebih memutuskan koneksi pada situasi sekeliling dan fokus hanya kepada hasil. Menurut saya ini hobby yang sangat baik daripada bergossip atau berbelanja membuang uang tanpa guna.

Ruang Kerja Idaman

Sejak dulu saya TIDAK PERNAH punya RUANG KERJA sendiri. Selalu disatukan ruangannya dengan orang lain. Diletakkan di area terbuka bersama-sama dengan orang-orang lain. Perasaan saya bekerja di area terbuka seperti tumpukan kerupuk kering yang dijemur bersama-sama kerupuk lainnya. He-he. Nggak enaklah, tidak ada privacy. Memangnya saya robot? Saya manusia, punya perasaan. Pernah sedih, pernah kecewa, pernah sangat gembira, pernah sangat menderita. Saya tidak diijinkan punya perasaan dengan dipajang bersama seperti itu. Ada seribu satu kepernahan perasaan yang terpaksa saya sembunyikan dan saya seragamkan dengan kerupuk-kerupuk lain. Bagaimana akan menjadi istimewa jika kita semua hanya dianggap manusia kiloan atau lusinan?

Saya sering mengkhayalkan memiliki ruang kerja tersendiri. Sayangnya hingga limabelas tahun lebih, SAMA SEKALI tidak ada satu perusahaan pun yang mengapresiasi saya dengan satu ruangan tersendiri. Oh ya, saya lalu mengapresiasi diri saya sendiri dengan satu ruangan tersendiri. Gila? Mungkin saja. Narsis? Bisa jadi. Tetapi ruangan kerja ini milik saya sendiri, didedikasikan untuk saya dan saya yang pontang-panting bekerja menghasilkan karya juga saya apresiasi sendiri. Seandainya kemudian karya saya mendapat pengakuan tingkat RT, kelurahan, kota, propinsi, negara atau bahkan dunia. Saya akan merasa sangat bangga. Karena sejak awal saya sudah menghargai diri saya sendiri sehingga orang lain melakukan hal yang sama.

Manusia tidak banyak yang menghargai pekerjaan orang lain, apalagi jika profesi itu kecil dan mudah terlupakan. Entah janitor penjaga kakus atau guru di sekolah dasar. Seolah dianggap angin lalu yang mudah hilang dan pupus dimakan waktu. Padahal jasa mereka tak kalah besar dengan jasa CEO atau direktur yang duduk di kursi singgahsana kerajaannya. Manusia dengan profesi besar atau profesi kecil sebaiknya dilihat dengan kaca pembesar akhlak. Dilihat kepantasannya dihargai bukan karena profesinya tetapi karena ketelatenannya dan tanggung-jawab pada apa yang tengah dilakukannya. 

Kecewa? Ya, saya pernah sangat-sangat-sangat kecewa ketika bekerja sekian tahun, sama sekali tidak ada apresiasi apapun juga. Saya merasa diperlakukan seperti tissue kamar mandi. Sekali dipergunakan lalu dibuang ke tempat sampah. Mungkin tidak sedrastis itu sih, tetapi saya menyesali waktu yang terbuang habis untuk menunggu apresiasi yang tak kunjung tiba. Hingga akhirnya, saya mampu mengapresiasi diri saya sendiri. Bagi saya kini 'move on' adalah langkah yang sangat berarti untuk mencapai arti kehidupan. Bukan mencapai puncak kenikmatan tetapi mencapai puncak prestasi. Anda harus mulai menghargai diri Anda sendiri. Bukan dengan cara sombong dan tinggi hati, tetapi dengan rasa sepantasnya Anda dianggap sebagai seorang manusia yang berkarya. Move on!

Bebek Bengil The Breeze

Gebyok kayu dengan Patung Bebek Raksasa

Sudah lama menetap di kota satelit wilayah Tangerang. Namun baru beberapa kali saya bertandang ke wilayah The Breeze. Ini adalah sebuah konsep 'mal terbuka' yang menyatu dengan alam. Suasananya sangat menyenangkan. Kalau siang bisa jadi cukup panas, tapi pada malam hari pemandangan dan kesejukan setelah senja akan memberikan nuansa romantisme tersendiri. 

Resto Bebek Bengil The Breeze


Suasana Outdoor
Kawasan The Breeze memuat banyak cafe dan resto papan atas yang dipersiapkan untuk dibuka setiap hari. Cafe-cafe ini dibangun masing-masing dengan ruang terbuka. Pengunjung harus berjalan di area terbuka untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Sayang keramaian yang hendak dijadikan pangsa pasar belumlah ada. Artinya hingga saya tuliskan artikel ini wilayah cafe di The Breeze masih relatif sepi pengunjung. Padahal suasananya spectacular, lain daripada yang lain. Bagus dan magical. Mungkin pengembang atau pembuat ide dasar mal ini harus pula memikirkan ujung tombak marketing yang handal untuk memasarkannya.

Suasana Indoor
Pada 14 Mei 2014 yang silam, saya berkesempatan menemani seorang teman untuk bersantap malam bersamanya. Restoran yang dipilih adalah Bebek Bengil. Lagi-lagi disayangkan, resto yang sedemikian besar dan indah sedikit sepi karena pengunjung belumlah banyak. Padahal fasilitas dan dekorasi Resto Bebek Bengil unik dan menarik. Hidangan yang disajikan tentu saja adalah hidangan Bali, dengan sambal bali yang khas. Saya sendiri karena sudah makan malam, hanya menemani teman yang bersantap. Mencicip sebagian dari hidangan yang tersaji dan mencoba semangkuk ice cream. 

Hidangan Bebek Bengil
Makanan yang dihidangkan cukup enak dan yang terutama adalah suasana yang disajikan. Dihadapan kami seharusnya ada semacam danau buatan yang sayangnya belum selesai dibenahi alias belum ada airnya sama sekali. Masih berupa kubangan raksasa berisi aneka lumpur. Siang hari terlihat kering dan tandus, tapi suasana malam agak mengelabui. Di kemudian hari jika danau ini sudah terbentuk tentu akan menyajikan eksotisme tersendiri, makan di tepi danau. Ingin tahu The Breeze dan Bebek Bengil? Coba saja mampir ke BSD City, Tangerang Selatan. Gampang kok mencarinya, Bebek Bengil adalah restoran pertama yang menyambut Anda jika datang ke The Breeze!

Romantisnya Outdoor

Satu Mangkuk Ice Cream Strawberry

Hidangan Makan Malam di Bebek Bengil



Nostalgia Setelah SMA

Masa kuliah saya habiskan di sebuah perguruan tinggi swasta jurusan ekonomi akuntansi di Yogyakarta. Menurut saya masa kuliah adalah masa bersekolah yang paling menyenangkan sepanjang kehidupan saya. Karena bebas dari kungkungan orang-tua, tinggal di kota pelajar dan belajar mandiri serta serta bersosialisasi dengan aneka kawan baru dari berbagai wilayah di Indonesia. Jangan salah, mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta berasal dari seluruh penjuru wilayah Indonesia. Kuliah di Yogya biayanya relatif lebih murah dibanding kuliah di Jakarta atau Bandung misalnya. Bahkan suasananya masih 'kota kecil yang nyaman.' Sehingga persaudaraan dan kekeluargaan sangat kental. 

Sejak lahir hingga lulus SMA saya hanya bertempat tinggal di kota kecil tempat saya dilahirkan itu. Jujur sudah lama saya bosan dengan keadaan kota kelahiran. Saya sangat menyukai kesempatan ketika akhirnya saya tiba di Yogyakarta dan mulai kuliah disana. Menurut saya segalanya terasa fantastik ada sedikit misteri untuk kehidupan yang akan dijalani selanjutnya. Saya bahkan suka bertemu dengan kawan-kawan baru dari berbagai kota lain. Menurut saya mereka lebih terbuka, mudah bekerja sama dan banyak memberikan contoh sikap-sikap baik serta toleran. Lebih santai dalam memandang kehidupan. Beda dengan tipikal orang-tua di kota kecil tempat saya dilahirkan yang seolah memiliki keseragaman pandang bahwa anak-anak yang masuk ranking adalah anak yang hebat dan sukses kelak. Hello?...

Anyway apa yang saya rasakan tentang kampus hingga kini tetaplah sama. Sekalipun kampus saya namanya tidak sampai mendunia atau bergaung menjadi juara lomba ini dan itu, saya merasa pendidikan budi pekerti di kampus cukup terbina baik. Dosen-dosen kami ketika itu muda-muda dan pandangannya maju ke depan. Tidak sempit dan banyak memberikan gambaran kehidupan di dunia kerja. Penampilan mereka pun sebagai dosen sangat rapi, rata-rata berkemeja putih panjang dan berdasi. Menunjukkan citra pekerja yang berkualitas, paling tidak dari segi penampilan terlebih dahulu. He-he,... Dan pertemanan juga menyenangkan. Satu angkatan kira-kira mungkin 300-400 orang. Tentu saja tidak semuanya saya kenal baik, tetapi sebagian tentu tahu.

Setelah lulus berpuluh tahun namanya dan jumpa lagi dengan berbagai kawan dari kampus. Kami cepat menjadi kompak dan selalu berteman. Entah dulu pernah kenal atau tidak di kampus, yang penting satu kampus dan satu angkatan. Ada juga beberapa angkatan yang berbeda. Jika ada waktu dan kesempatan kadang berkumpul bersama. Khususnya jika ada kawan yang datang dari luar kota atau luar negeri. Acara kumpul-kumpul menjadi seru dan menyenangkan. Saling bertukar kisah pengalaman hidup, pengalaman kerja dan pengalaman berkeluarga. Memang menyenangkan jika berjumpa kawan-kawan yang seusia sehingga tidak ada kendala untuk berkomunikasi tentang masa lalu, masa kini bahkan masa mendatang. Bukannya tidak mau berkumpul dengan mereka yang lebih muda usia. Namun terkadang kami sendiri masih merasa muda belia, kok dipandang lebih tua? Ha-ha,..

Tabrakan Motor Jadi Kenangan

Berteman dengan Ana dimulai ketika usia SMP. Rasanya baru kemarin kami hanyalah dua gadis dari sekolah menengah pertama. Sekarang kami sudah berubah menjadi wanita - wanita dewasa.  Sifat Ana baik, bahkan sangat baik. Sangat menyenangkan ketika menemukan seorang teman yang sifat baiknya itu tidak setahun - dua tahun tetapi terbukti puluhan tahun. Jarang ada teman seperti Ana. Sifatnya ceria, terbuka pada perubahan dan komunikatif. Otaknya juga cerdas sehingga ia mampu menggapai jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Kini menjadi seorang manager terkemuka di perusahaan internasional. 

Saya bangga punya teman seperti Ana, bukan sekedar masalah karena ia pandai dan berhasil dalam kehidupannya. Terlebih karena puluhan tahun berlalu terbukti sifatnya tetap baik, cerdas, lugas dan tidak memilih-milih teman. Sekalipun dengan teman yang biasa-biasa saja seperti saya. Bahkan ia banyak mendukung dan percaya dengan kemampuan saya untuk terus menulis dan berkarya. Salah satu cerpen yang saya tulis bahkan terinspirasi oleh kehidupan Ana. Dia adalah simbol wanita modern yang capaiannya luar biasa, disisi lain keeratannya pada keluarga dan agama sungguh tercermin dalam gaya hidupnya. Sebagai wanita ia bebas bersikap tetapi terikat oleh norma kebenaran dan kesopanan. Jarang ada perempuan seperti Ana.

Di masa SMP, saya sangat dekat kepada Ana. Kami bahkan memiliki komplotan 'anak baik' Ha-ha. Kalau tidak salah terdiri dari beberapa orang kawan. Semasa SMP di kota kecil kami hanya mengendarai sepeda motor. Saya masih ingat rata-rata dari kami mengendarai Honda Astrea Prima. Entah apakah merk itu masih ada di masa sekarang ini? It was years ago, yet it's a sweet memory. Biasanya kami jalan bertiga atau berempat berboncongan dengan dua motor jalan berjajar atau beriringan depan dan belakang. Lalu pergi untuk makan, nonton bioskop atau sekedar jalan saja keliling kota. Tidak banyak hal yang menarik di kota kecil kelahiran kami dulu. Banyak anak muda yang kebingungan hendak kemana atau melakukan apa. Paling banyak mendominasi hanyalah kegiatan sekolah. Jauh dari fenomena gank motor atau semacamnya.

Pada suatu hari sepulang sekolah, saya berputar mengendarai motor saya. Sementara Ana juga mengendarai motornya lurus dari arah berlawanan. Yang terjadi tanpa sengaja kami bertabrakan dan saya terjatuh dari kendaraan. Sesungguhnya hanya tabrakan ringan, karena saya hanya kaget dan pingsan. Sama sekali tidak ada cedera berarti kecuali luka-luka kecil. Tidak ada luka gegar otak atau semacamnya. Ana dan kawannya juga terjatuh dari motor tetapi tidak pingsan. Saya kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dirawat sehari atau dua hari saya lupa. Tetapi keputusan kemudian keluar dari Oma dan Ibu saya bahwa : dilarang naik motor lagi hingga usia yang ditentukan. BAH! Sial sekali. Padahal saya tidak merasa kesakitan sama sekali. 

Larangan bagi saya mengendarai motor membuat Ana menyesal telah menabrak saya tanpa sengaja. Saya teringat betapa ia lebih menyesali bahwa saya tidak diperbolehkan lagi mengendari motor gara-gara bertabrakan ringan dengan kawan sendiri. Saya selalu menuruti kemauan Oma dan ibu, karena saya yakin dengan menuruti kemauaan orang-tua hidup pasti akan lebih terarah baik. Sekalipun jika diingat, seharusnya orang-orang muda juga memiliki inisiatif dan langkah-langkah sendiri agar hidup jadi menemukan geliatnya. Tidak monoton dan membosankan. Tetapi sikap Ana yang penuh penyesalan hingga kini membuat saya haru. Menurut saya ia satu dari beberapa sahabat terbaik yang tak lekang oleh waktu. Saya bersyukur ia masih menganggap saya salah satu kawan baiknya. Bahwa ia kini adalah 'orang penting' di perusahaan, tidak menjadikannya sombong. Anda punya sahabat yang tak lekang oleh waktu? Hargai dia,....

Percaya Nggak Percaya

Judulnya sama PNP, percaya nggak percaya. Tetapi saya tidak ingin membahas masalah mahluk halus. Justru ingin membahas masalah spiritualitas. Masalah keTuhanan. Beberapa kali kejadian ketika saya tidak pergi ke gereja pada suatu akhir pekan karena ada keperluan lain. Selalu muncul kejadian yang tak mengenakkan. Saya tidak ingat persis satu persatu. Tetapi kejadian pastinya, akhir Minggu lalu kami tidak kegereja sekeluarga. Bukan karena murtad tetapi karena liburan ke Bandung, untuk merayakan ulang tahun putri saya.

Kami berangkat Sabtu, pukul 8.30 pagi. Lalu melakukan permainan di arena Trans Studio hingga pukul sepuluh malam. Lalu bercakap dengan saudara sepupu kami hingga pukul dua belas malam liwat di kamar hotel. Kemudian paginya makan pagi dengan breakfast di hotel. Siang bersantai dikamar hingga cek out. Jam lima sore jalan kembali ke Jakarta, kemudian jam sembilan malam sudah kelelahan. Tentu sudah tidak ada waktu ke gereja. Lelahnya luar biasa, semua memforsir diri untuk perjalanan yang penuh kegembiraan. Saya merasa menyimpan Tuhan dihati. Sering bercakap denganNya. Jadi saya harap Ia mengerti jika akhir minggu kemarin kami membolos ke gereja.

Pada hari Selasa saya masih kelelahan sehingga tidak mampu pergi ke tempat olah tubuh kebugaran. Saya kemudian bertanya pada pengelola tempat, kapan tepatnya terakhir saya masih bisa datang. Seingat saya masih tersisa satu kesempatan. Dan minggu sebelumnya ketika bertanya oleh pembantu yang bertugas diberitahukan bahwa tanggal 4 September adalah kesempatan terakhir. Jadi saya masih berharap bisa datang hari Kamis. Ketika hari Kamis 4 September saya datang. Nama saya telah dicoret. Kesempatan saya telah dihilangkan. Saya kesal karena pertanyaan saya tidak dijawab malah kesempatan terakhir saya dicoret lalu dipaksa membayar untuk bulan berikutnya. Ketika saya tidak membawa sepeser uang pun. Masalah berlarut karena saya bertengkar dengan sang pembantu dan komplain kepada sang pengelola mengapa pertanyaan saya via text tidak dijawab?

Sesungguhnya masalah yang sangat kecil dan sepele namun kesalnya hingga ke ubun-ubun karena saya merasa kecewa. Dan bahkan merasa dipermalukan lalu dikomentari oleh sang pengelola, "Sudah jatuh tempo tidak mau bayar pula." Saya kesal karena saya bukan orang yang pemboros ataupun pemalas. Jika saya tidak datang untuk olah tubuh pasti karena tidak kuat fisik/kelelahan, sakit atau bahkan sedang keluar kota. Tidak sekalipun dalam benak ada niatan bermalasan atau membolos karena saya menyukai olah tubuh tersebut. Maka dari itu saya merasa jengkel dan berlarut hingga beberapa hari, Bahkan menimbulkan syndrom aneh, tidak ingin melanjutkan olah tubuh di tempat tersebut. Karena merasa diperlakukan semena-mena dan tidak adil. Padahal sebenarnya tidak demikian. Hanya miskomunikasi kecil saja, tetapi bisa jadi hormonal saya sedang tidak seimbang. Sehingga menjadi sebal dan emosi berlarut. 

Lalu saya takar lagi, apakah ada penyebab lainnya? Sudah lama saya jarang marah atau emosi membabi-buta kepada orang lain. Tidak pernah ada kisruh atau ribut-ribut dari pihak saya. Mengapa hari Kamis lalu terasa sangat menjengkelkan? Biasanya saya sangat menggemari olah tubuh itu, saya menyukai sang pembantu yang saya anggap gesit dan sang pengelola yang saya anggap bijaksana. Tetapi hari itu saya tidak suka kepada mereka semua. Percaya Nggak Percaya, tetapi saya anggap karena minggu sebelumnya saya sama sekali TIDAK KE GEREJA. Saya lebih mengedepankan kesibukan duniawi. Liburan ke Bandung dan olah tubuh di pusat kebugaran. Tidak ada upaya saya untuk menyapa Tuhan. Apakah dengan misa pagi hari biasa, atau kegiatan rohani lainnya. Ini hanya masalah PNP rohani. Percaya Nggak Percaya!

Lukas 4:4 
Yesus menjawab, "Di dalam Alkitab tertulis, 'Manusia tidak dapat hidup dari roti saja.'"

Bakmi Ala Marugame Udon


Resto yang tampaknya menyemburatkan warna-warni ini sejatinya adalah warung mie ala orang Jepang. Aneka mie yang berkuah hangat dengan telur setengah matang. Atau bakmi pedas dengan gorengan nugget ayam. Saya lupa nama jenis masakannya. Tapi yang saya ingat mereka mengatakan bahwa kuanya gurih asli kaldu ikan. Sepertinya adalah pilihan kaldu ikan dan kaldu ayam, saya lupa lagi. Sebab sudah agak lama berkunjung kesini baru sempat membuat tulisannya pada hari ini.

Restoran yang saya ambil fotonya ini terletak di sudut tengah yang sangat strategis pada Bintaro Xchange Mall, jarang sepi pengunjung. Sepertinya warung ini cukup favorit diantara para pengunjung. Bagi saya sendiri cukup surprise karena harganya tidak terlalu mahal. Tidak terlalu mahal harga mall adalah makan sendiri pada kisaran Rp. 50.000 plus minus. Dan makan berdua pada kisaran Rp. 100.000,-. 

Hah, mau makan yang sepuluh ribuan? Biasanya ada di warteg. Di mall harga segini maaahh... sudah lumayan apalagi dengan catatan hidangan masakan Jepang. Artinya cita rasa, keahlian pengolahan dan penyajian bergaya Jepang. Walau untuk saya hidangan dari mana saja oke, asalkan enak. Dan tidak gatal. Maklum saya sering alergi pada makanan. Khususnya seafood. 



Secara keseluruhan, hadir, mampir dan makan disini adalah pengalaman yang menyenangkan. Rasanya ingin kembali lagi. Tidak kapok dan tidak ada kekecewaan, pelayanannya juga cepat. Ambil nampan lalu mengantre dan bicara pada pelayan, menu apa yang kita inginkan. Mereka akan meletakkan pada nampan kita dan menyiram dengan kuahnya. Lalu bergeser hingga menuju kasir, langsung bayar! Pokoknya kalau perut sedang butuh yang hangat dan lembut-lembut aneka sajian mie dari tempat ini sangat tepat. Mau coba? Ada di Bintaro Xchange Mall.

Bintaro Xchange Icon Baru E-community

Nite At Bintaro Xchange
Dusk at Bintaro
Saya sering 'dolan' ke Bintaro Xchange di wilayah Bintaro. Pasalnya jika tol lancar bisa jadi hanya dalam 15-20 menit saya sudah dapat mencapai mall ini. Karena saya masih malas belajar menyupir, saya senang naik taksi kemari. Paling hanya makan ongkos sekitar 40-50 ribu rupiah sudah termasuk ongkos toll. Awal ketika saya menjajagi mallnya bahkan belum diresmikan masih sunyi senyap, sekarang sudah sangat ramai pengunjung. Khususnya pada weekend. Saya menghindari weekend jika tidak terpaksa sekali harus ke mall di kala akhir pekan.

Panggung Terbuka
Ice Skating Area
Saya dan putri saya ke Mall tidak untuk berbelanja. Karena kami tidak membiasakan diri belanja yang tidak diperlukan. Biasanya hanya untuk leisure, makan dan nonton bioskop serta jalan-jalan. Hal yang menarik dari mall ini adalah taman dan kebunnya yang luar biasa luas. Dibelakang mall ada sebuah lahan membentang yang digunakan sebagai jogging track. Lahan itu juga mencakup sebuah auditorium terbuka di alam. Sering ada pertunjukan musik yang diadakan di area tersebut. Belum lagi kelengkapan lain seperti air mancur bernyanyi, taman maze (bisa tersesat), kolam koi, arena duduk pengunjung dan deretan cafe yang semua menghadap ke kebun belakang yang maha luas. Kemana mata memandang hanya ada kehijauan.

Praise The Nature
Konsep mall yang menyatu dengan alam memang sangat dirindukan pada masa sekarang ini. Kadang rasanya lelah terus menerus terkurung dalam ruang tertutup dan ber-AC. Sesekali ingin menghirup udara luar yang bukan udara kalengan. Dari segi penghematan energi juga lebih baik karena mall tidak melulu tergantung pada AC tetapi ada area duduk-duduk yang terbuka. Sayangnya area terbuka di mall - mall selalu kebanyakan di dominasi oleh pengunjung yang merokok. Padahal yang tidak merokok pun terkadang ingin merasakan udara luar yang sejuk dan bersih dari polusi. Dinding luar mall Bintaro Exchange juga menggunakan konsep unik, yaitu dindingnya dilapisi tanaman hidup. Kalau tidak salah saya pernah menonton TV, caranya adalah dengan membangun pada dinding sejenis karpet yang mampu menjadi media hidup bagi tanaman rambat. Jadi terlihat sangat asri dan alami,kehijauan yang merambati dinding.

Bioskop 21
Air Mancur dan Taman Maze
Selain deretan cafe dan restaurant unik menarik, mall ini juga dilengkapi dengan studio 21. Ada juga arena pelatihan bagi anak-anak yaitu Rockstar Gym, tempat shopping Centro by Parkson. Lalu beberapa brand lain yang malang melintang di berbagai mall juga ada disini seperti The Bodyshop, J.co, Best Denki electronic, Goldsgym, L'occitane, Farmers Market dan sebagainya. Hal yang paling menarik bagi putri saya adalah arena bermain ice skating. Arenanya cukup besar bahkan dikatakan dalam web Bintaro Xchange sebagai area skating terbesar di Asia Tenggara. Harganya juga relatif murah dibanding area skating yang lain. Maklum Indonesia terkenal dengan iklim tropis. Barangkali hanya di Jakarta, pada mall-mall besar semacam ini orang masih bisa berkesempatan mencoba kemahirannya ber-skating. Saya pribadi lebih menikmati minum secangkir kopi di cafe dan memandang kehijauan yang membentang di depan mata. 

Mall Serba Kehijauan
Bintaro Xchange


Management Office Bintaro Jaya Xchange Lower Ground - Bintaro Jaya Tangerang 15224, Indonesia 
Phone   : (+62) 21 733 9999 
Fax     : (+62) 21 733 9999 
Email   : carecenter@bintarojayaxchange.com
Boulevard Bintaro Jaya, Sektor 7 Tangerang 15224

Maket Bintaro Xchange

Sunday, August 31, 2014

Selamat Ulang Tahun Princicie

Putri semata wayang saya mendapatkan sejuta panggilan kecil. Entah mengapa, saya dan suami menjadi sangat kreatif memanggilnya dengan berbagai sebutan. Dengan melupakan kenyataan bahwa ia sesungguhnya adalah manusia baru yang muncul di dunia ini. Banyak nama yang kami ciptakan untuknya. Mungkin saking gemasnya, mungkin saking tidak ada anak lain yang dapat ditumpahi kasih-sayang karena anaknya hanya seorang. Seolah ia muncul dalam kehidupan kami yang tertata laksana subyek, predikat dan obyek. Kenyataannya adalah manusia, bekerja dan berkeluarga. Lalu anak menjadi obyek penderita. Dalam kasus kami, tentu saja ia menjadi obyek penderita limpahan kasih sayang.

Jika membaca berita tentang penganiayaan anak-anak rasanya kaget, tak percaya serta berpikir alangkah kejam dan teganya. Kenapa melahirkan anak-anak hanya jika untuk dianiaya dan membuat mereka menderita? Putri kami mendapat aneka julukan yang aneh-aneh saking begitu ajaib dirinya menurut kami. Dimasa usia tiga hingga lima tahun ia kami juluki 'kelinci'. Itu karena ia begitu kecil mungil, imut, putih dan belum pandai menjaga keseimbangan. Ia masih beguitu lugu.' Lucu jika dipikir bagaimana sikapnya yang polos kekanakan dan cara hidupnya yang masih sangat tergantung pada orang-tua. Persis seperti kelinci yang jinak dan hidup hanya untuk digendong dan dilimpahi kasih sayang.
Menjelang masa sekolah dasar hingga pra-remaja. Ia mulai belajar nakal dan bohong kecil-kecilan. Sulit mengajarkan padanya bahwa lebih baik jujur dan dihormati, daripada bohong namun menyimpan api dalam sekam. Karena otaknya yang lugu berpikir tidak boleh ada hal jelek tentang dirinya, nanti dimarah orang-tua. Belum buat PR mengaku sudah membuat. Nilainya enam mengaku dibulatkan oleh guru jadi tujuh dan masuk rata-rata kelas. Hal-hal kecil yang lincah, licik dan penuh strategi mulai digarap olehnya. Ini membuat kami julukinya si 'onyek' kependekan dari si monyet. Panggilan ini hasil kreasi papanya yang sering dibuat jengkel. Bukan karena ia sangat jelek, justru saking 'pandai' nya ia berkelit dan menipu serta menimbulkan perdebatan licik. Maka ia kami panggil si 'onyek.'

Yang ketiga, ia kami panggil si kucing. Panggilan ini adalah ciptaan saya. Ketika melihatnya bermalasan saja di sofa sambil makan cemilan dan menonton televisi. Lalu kadang sore atau pagi hari saat libur, ia aktif hanya bermain sepeda dengan teman-temannya. Dipesan pulang jam empat sore, terkadang badung. Pulang hingga jam lima atau jam enam sore. Gayanya yang sangat santai, meremehkan segala sesuatu dan banyak bermain saja membuat saya sebal. Maka saya gemar memanggilnya si kucing pemalas. 

Pada awal-awal ketika ia masih berada dalam peralihan dari masa kanak-kanak menjadi pra-remaja ia sangat kesal dan memprotes keras, "Mom,...aku bukan binatang!" I know, dia bukan hewan. Tetapi perilaku manusia baru terkadang lucu dan menggemaskan dan tak beda dengan hewan-hewan yang lucu serta menggemaskan. Ia masih begitu polos, tak tahu dunia dan berpikir dapat mengibuli kedua orang-tuanya. I know, kami tak seharusnya menyebut ia dengan panggilan seperti itu. It's just too cute, not to call her 'a name'.

Kini ia sudah berusia tiga belas tahun. Dalam masa empat tahun lagi ia sudah akan dapat mengendarai mobil jika memungkinkan. Dalam empat tahun ia akan menjadi remaja dewasa. Kini panggilannya berubah lagi. Sangat cepat pertumbuhan fisik dirinya yang bertambah tinggi, membuatnya menjadi sangat jangkung. Dengan kejam sekarang saya memanggilnya si jerapah alias si Jiraff (giraffe). Saking tinggi tubuhnya melebihi mamanya dan hampir setinggi papanya. Kadang ia tertidur di kasur dan saya ukur dari ujung kaki hingga ujung kepalanya terasa sangat panjang. Membuat saya makin yakin memanggilnya si Jiraff. Jika dulu ia komplen tentang panggilan hewan. Sekarang ia menyadari itu hanyalan karena kedua orang-tua sangat menyayangi dan terlalu penuh kreativitas untuk menciptakan panggilan sayang bagi dirinya. Dan barangkali ia juga sudah menyerah dan bosan dengan aneka julukan yang mampir padanya. Sepanjang cinta kami selalu ada untuknya.

Yang tak pernah hilang dari benak saya adalah panggilan 'Princicie' baginya. Maksudnya sih 'Princess.' Tapi sudah banyak juga panggilan princess atau princessa. Untuk menciptakan panggilan yang spesial, saya lalu teringat masa-masa ia baru saja dilahirkan. Masa ketika ia mendapat julukan si kelinci alias 'incie.' Maka untuk menciptakan panggilan yang lain daripada yang lain, saya kadang juga memanggilnya princicie. 

Bulan Agustus 2014 yang lalu adalah ulang-tahunnya yang ke 13. Dirayakan dengan berlibur sederhana ke Bandung bersama papa dan mamanya. Bermain ke trans studio dan menginap di Hotel Ibis Trans. Sebagian orang mungkin akan berkomentar 'pengalaman mewah' bagi seorang anak! Sementara bagi yang lainnya hanya sekedar lelucon ketinggalan jaman. Ke Trans Studio kok baru sekarang, hare geneee,..? Udah telat kali,...! Tak mengapa. Hidup adalah sebuah kesyukuran. Tergantung bagaimana yang memandangnya saja. Ada yang tak henti merasa iri, ada merasa pantas mengasihani. Tetapi pastinya tidak ada yang membayari, ha-ha,.... Jadi? Perduli apa dengan komentar orang?...

Toleransi

Kadang-kadang aku berpikir sangat keras
Rasanya otakku melepuh dan panas
Asap lalu mengepul di atas kepala 

Kadang-kadang aku ingin bekerja
Namun orang-orang tak dapat diajak bekerja-sama
Lalu pekerjaan terhambat dan berhenti begitu saja

Terus-terusan manusia berusaha
Tetapi memang Tuhan lah yang menentukan
Lalu haruskah berhenti berupaya?

Jangan, hidup hanya sekali

Tanpa usaha tak tahu apa yang dipertaruhkan
Hidup ini serangkaian toleransi
Yang jadi hambatan belokkan
Jadikan kesempatan berikutnya

Seorang bijak mengatakan
Keyakinan yang kuat
akan mampu memindahkan gunung

Orang yang (mungkin) lebih bijak akan mengatakan
Hidup ini harus disadari logikanya
Tak ada waktu untuk kemewahan berimajinasi

Hidup ini toleransi untuk yang santai menjalaninya
Tetapi hidup ini turbulensi untuk yang berambisi menguasainya
Andakah sang toleransi? Ataukah sang turbulensi?



Monday, August 25, 2014

Mi Familia Artinya Keluargaku

Putriku sibuk mematut diri sambut Natal
6 Desember 2013
Puluhan  atau ratusan kali orang bertanya, "Anaknya hanya satu?" Dan puluhan atau ratusan kali saya menjawab, "Iya,..." Kadang menjawab dengan enggan, "Belum diberi tambahan." Kadang menjawab dengan asal-asalan, "Ya, nanti lihat kedepannya." Padahal sejak dulu memang saya tidak yakin ingin punya anak atau ingin punya banyak anak. Ketika punya anak, masih tidak yakin ingin menambah anak. Terbukti insting psikologis saya tidak salah. Tinjauan masa lalu dan latar belakang saya serta suami tidak membuat kami yakin untuk memiliki anak atau bahkan beberapa anak.

Ketika akhirnya seorang anak dikirim Tuhan untuk kami. Awalnya ketakutan. Karena berharap hidup serba sempurna terlebih dahulu, barulah memiliki anak. Ternyata tidak demikian. Memiliki anak memanglah anugrah, hidup ini justru sempurna karena adanya anak. Banyak yang ingin punya anak namun sulit mendapatkannya. Ada yang tidak ingin punya anak, namun melahirkan anak. Bahkan lebih dari satu. Ada yang tega membuang anaknya atau menyerahkan pada pihak lain untuk alasan-alasan yang sifatnya sangat personal. Jujur, dulu saya kesal ketika ditanya, "Mengapa hanya punya satu anak." Terkadang ingin menjawab, "Apakah Anda akan menyantuni anak saya berikutnya?"

Aneka Pose Centil
2013-2014
Saya memiliki satu anak. Dengan pertimbangan maju-mundur. Apakah iya hanya akan memiliki satu anak? Apakah harus dua? Jika harus satu mengapa? Untuk hal ini saya bisa menjawab. Tetapi jika harus punya dua anak dan saya ditanya mengapa? Saya tidak bisa menjawabnya. Maka dengan berat hati dan seiring berlalunya waktu, akhirnya kami hanya memiliki satu anak. Tetapi boleh dikata semua orang bahagia dengan keadaan memiliki satu anak ini. Sang anak bahagia dan kedua orang-tua bahagia. Daripada kami memiliki dua anak atau lebih, lalu mulai saling menyalahkan dan meminta satu dengan yang lain untuk lebih bertanggung-jawab terhadap anak-anak. Anak-anak seperti malaikat terpilih yang dikirim dari surga untuk membahagiakan orang-orang dewasa. Akan menjadi kesedihan jika sang anak dikirim kedunia hanya untuk dibuat sengsara hidupnya. Anak-anak tentu punya perasaan! Anak bukan boneka.

Memang ada anak-anak yang menjadi kuat dan tangguh di masa dewasanya oleh karena tempaan masa kecil yang cukup keras. Tetapi saya lebih percaya, anak-anak yang bahagia sejak lahirnya akan menjadi pribadi yang tangguh dan stabil di masa kedewasaan kelak. Karena semua proses yang dialaminya hanyalah bahagia dan seperti itu pulalah ia akan merefleksikan pada lingkungan sekitarnya. Ia akan membagikan kebahagiaan kepada orang-orang lain dan bersikap sebagai sang pemberi suka-cita. Bukan menjadi seseorang yang bersikap keras dan banyak menuntut pada orang-orang disekitarnya, yang barangkali merupakan refleksi masa kecil yang juga keras dan banyak dituntut.

Dijemput dari Bandara
sepulang berlibur seminggu di Solo
25 November  2013
As for my husband, he'is somekind of angel that God has send to me, either. Benar-benar orang yang simple, sederhana, apa adanya dan tidak banyak menuntut. Treat his wife and daughter as queen and princess. Rasanya tidak dapat memberikan komplain lebih banyak tentang dirinya. Kalaupun ada cacat dan cela biarlah kami coba maafkan dan menyempurnakannya. Karena sebesar itu pula ia selalu mencintai kami, istri dan anaknya. 

Mengapa orang-orang gagal berkeluarga? Karena mereka tidak mengenakan kacamata kuda. Ketika kita memiliki keluarga yang membahagiakan, sekecil, sesederhana dan secuil apapun bentuknya, harus disyukuri dan dipertahankan. Karena tidak akan ada yang sempurna jika kita selalu melihat ke kanan-kiri, ke atas dan bawah. Keluarga adalah harta paling berharga yang diberikan Tuhan untuk Anda dan saya,... Biarlah takdirnya berjalan baik tanpa kita kacaukan sendiri. Takutnya nanti akan menjadi penyesalan berkepanjangan.