Monday, September 8, 2014

Yang Mudah Nggak Usah Dibikin Ribet

Melihat orang-orang yang memasang postingan culinary, kadang beraneka rupa dan menakjubkan. Ada yang makan sate kelinci, ada yang bicara tentang sate kuda, ada yang tahu resto enak dan murah, resto mahal dan ngga enak. Lalu ada pula yang rajin memburu warung kaki lima dengan hidangan yang katanya unik, maknyus dan nggak ada tandingannya di lokasi lain. Seorang teman yang mengaku ahli kuliner bahkan sempat berkomentar, "Rasa mericanya dari masakan ini istimewa!" Lalu yang lain menanggapi geli, "Emang siapa yang sempet dan sanggup ngebedain rasa merica?"

onde-onde bersanding dengan kopi,.. Hmmm :)
Saya tidak terlalu 'fancy' dengan hidangan-hidangan kuliner. Kalau ada waktu, atau sedang bepergian yang searah tentu saya nikmati kesempatan berkuliner. Jika sedang ada rejeki tentu saya akan coba hidangan yang sedikit 'wah'. Tapi sisa waktu lainnya, saya hanya butuh makan tiga kali sehari. Itu saja. Buat saya itu aturan yang baku. Karena jeda jam makan yang terlalu jauh akan membuat perut kosong dan lambung sakit. Kemudian proses penyerapan nutrisi dalam tubuh otomatis akan membuat kita kembali bertenaga alias memiliki energi. Sesimple itu arti culinary bagi saya.

Dulu saya bahkan berharap ada kapsul yang mampu menggantikan waktu makan. Sehingga jam makan dapat diganti dengan hanya minum sebutir kapsul maka pengolahan nutrisi akan terserap maksimal dan tidak membuang waktu. Apakah saya telah kehabisan 'sense' atau indera perasa serta pencecap? Barangkali! Tetapi untuk mudahnya demikian. Selera makan dan aneka jenis makanan tidak semuanya cocok untuk tubuh masing-masing orang. Ada perbedaan. Sebagian orang alergi makanan tertentu, yang lainnya hanya doyan makan daging dan menolak sayur. Saya sendiri menyadari, semakin bertambah usia semakin banyaklah pantang makanan yang harus dilakukan. Makanan kesukaan saya adalah daging kepiting dan duren. Dua jenis makanan yang masuk dalam jajaran pemasok kolesterol tertinggi bagi tubuh manusia. Walhasil, jarang-jarang saya menyantapnya.

home made: ikan pampies, chicken wings,
brocolli saus keju, secangkir kopi,..  hmmm
Dulu ada kawan yang mengatakan "Makanlah untuk hidup dan jangan hidup untuk makan." Saya awalnya tidak mengerti apa sih bedanya makan untuk hidup dan hidup untuk makan? Yang penting memang harus makan. Tanpa makanan tentu saja manusia akan mati. Ternyata maksudnya adalah memilih makanan sehat untuk memperpanjang kehidupan dan bukannya sekedar memilih makanan enak hanya untuk memuaskan nafsu belaka. Makanya saya lalu berpikir sebisa mungkin makan, tanpa terlalu rewel dan membatasi diri dengan terus-terusan maunya makan enak melulu. Makanan yang sehat dan bergizi, tak perlu makanan yang fancy dan penuh aksi. Wong makan itu kan untuk hidup, Yang mudah ngga usah dibikin ribed! Empat sehat, lima sempurna.

1 comment:

  1. Belajar banyak banget dari teman2 Budhis soal "makan untuk hidup" dan bagaimana mensyukurinya belajar banget dari Suhu yang seorang Tao.. :)

    Hey.. i love pampis ikan so much Kakaaaak... :D

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.