Monday, September 1, 2014

Tabrakan Motor Jadi Kenangan

Berteman dengan Ana dimulai ketika usia SMP. Rasanya baru kemarin kami hanyalah dua gadis dari sekolah menengah pertama. Sekarang kami sudah berubah menjadi wanita - wanita dewasa.  Sifat Ana baik, bahkan sangat baik. Sangat menyenangkan ketika menemukan seorang teman yang sifat baiknya itu tidak setahun - dua tahun tetapi terbukti puluhan tahun. Jarang ada teman seperti Ana. Sifatnya ceria, terbuka pada perubahan dan komunikatif. Otaknya juga cerdas sehingga ia mampu menggapai jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Kini menjadi seorang manager terkemuka di perusahaan internasional. 

Saya bangga punya teman seperti Ana, bukan sekedar masalah karena ia pandai dan berhasil dalam kehidupannya. Terlebih karena puluhan tahun berlalu terbukti sifatnya tetap baik, cerdas, lugas dan tidak memilih-milih teman. Sekalipun dengan teman yang biasa-biasa saja seperti saya. Bahkan ia banyak mendukung dan percaya dengan kemampuan saya untuk terus menulis dan berkarya. Salah satu cerpen yang saya tulis bahkan terinspirasi oleh kehidupan Ana. Dia adalah simbol wanita modern yang capaiannya luar biasa, disisi lain keeratannya pada keluarga dan agama sungguh tercermin dalam gaya hidupnya. Sebagai wanita ia bebas bersikap tetapi terikat oleh norma kebenaran dan kesopanan. Jarang ada perempuan seperti Ana.

Di masa SMP, saya sangat dekat kepada Ana. Kami bahkan memiliki komplotan 'anak baik' Ha-ha. Kalau tidak salah terdiri dari beberapa orang kawan. Semasa SMP di kota kecil kami hanya mengendarai sepeda motor. Saya masih ingat rata-rata dari kami mengendarai Honda Astrea Prima. Entah apakah merk itu masih ada di masa sekarang ini? It was years ago, yet it's a sweet memory. Biasanya kami jalan bertiga atau berempat berboncongan dengan dua motor jalan berjajar atau beriringan depan dan belakang. Lalu pergi untuk makan, nonton bioskop atau sekedar jalan saja keliling kota. Tidak banyak hal yang menarik di kota kecil kelahiran kami dulu. Banyak anak muda yang kebingungan hendak kemana atau melakukan apa. Paling banyak mendominasi hanyalah kegiatan sekolah. Jauh dari fenomena gank motor atau semacamnya.

Pada suatu hari sepulang sekolah, saya berputar mengendarai motor saya. Sementara Ana juga mengendarai motornya lurus dari arah berlawanan. Yang terjadi tanpa sengaja kami bertabrakan dan saya terjatuh dari kendaraan. Sesungguhnya hanya tabrakan ringan, karena saya hanya kaget dan pingsan. Sama sekali tidak ada cedera berarti kecuali luka-luka kecil. Tidak ada luka gegar otak atau semacamnya. Ana dan kawannya juga terjatuh dari motor tetapi tidak pingsan. Saya kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dirawat sehari atau dua hari saya lupa. Tetapi keputusan kemudian keluar dari Oma dan Ibu saya bahwa : dilarang naik motor lagi hingga usia yang ditentukan. BAH! Sial sekali. Padahal saya tidak merasa kesakitan sama sekali. 

Larangan bagi saya mengendarai motor membuat Ana menyesal telah menabrak saya tanpa sengaja. Saya teringat betapa ia lebih menyesali bahwa saya tidak diperbolehkan lagi mengendari motor gara-gara bertabrakan ringan dengan kawan sendiri. Saya selalu menuruti kemauan Oma dan ibu, karena saya yakin dengan menuruti kemauaan orang-tua hidup pasti akan lebih terarah baik. Sekalipun jika diingat, seharusnya orang-orang muda juga memiliki inisiatif dan langkah-langkah sendiri agar hidup jadi menemukan geliatnya. Tidak monoton dan membosankan. Tetapi sikap Ana yang penuh penyesalan hingga kini membuat saya haru. Menurut saya ia satu dari beberapa sahabat terbaik yang tak lekang oleh waktu. Saya bersyukur ia masih menganggap saya salah satu kawan baiknya. Bahwa ia kini adalah 'orang penting' di perusahaan, tidak menjadikannya sombong. Anda punya sahabat yang tak lekang oleh waktu? Hargai dia,....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.