Sudah lama tidak berkunjung ke Jakarta Selatan. Tentu saja
karena sudah banyak berdiam di kota tempat menetap sekarang, Tangerang Selatan.
Sedangkan diseputar Tangsel juga banyak terdapat mall dan pusat perbelanjaan
yang jaraknya relatif dekat. Untuk apa mencari pusat perbelanjaan yang jauh
lokasinya? Tetapi ketika seorang sahabat mengajak untuk bertemu muka disitu,
akhirnya 'terpaksa' juga saya menuju ke Pondok Indah Mall. Ketika saya
menanyakan ingin berjumpa dimana, dengan singkat ia menjawab ingin menjelajah
PIM III. Wouw, jadi Pondok Indah Mall tidak hanya episode satu dan dua. Kini
telah mengembangkan sayapnya sebagai PIM III.
![]() |
Pemandangan dari kaca Cafe Tuleju :) |
Setelah tiba di lokasi. Saya coba cari apa yang disebut PIM
III. Ternyata sebutannya bukanlah PIM III tetapi Street Gallery. Isinya adalah
rangkaian cafe dan resto dengan harga serba mall. Jadi minimal bawa uang Rp.
200.000 jika ingin makan-makan sendiri atau berdua. Karena kita tidak pernah
tahu dengan tax dan service charge total yang harus dibayar menjadi berapa.
Yah, apa boleh buat! Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah gaya hidup dan
luxury. Okay, jadi kalau Anda jalan ke PIM khususnya PIM III pastikan Anda
tidak mengenakan piyama donald bebek yang satu stel. Dengan alasan cuma ingin
mampir beli makanan saja. Yup, karena Anda akan mempermalukan diri sendiri.
Yang datang bertandang rata-rata berdandan ala "Syahrini" dan
"Raffi Ahmad." Jadi enggak banget kalau Anda dandan yang kurang pas
dengan suasana.
Saya sudah lama bekerja dan terbiasa mematut diri.
Sebenarnya lebih suka penampilan yang santai dan nyaman. Tetapi ada kalanya
untuk menghormati orang lain, datang ke tempat yang berbeda, kita harus berkaca
dan tahu bagaimana membawa diri. Bukan untuk menghormati mall maka saya
berusaha rapi, tetapi untuk menghargai diri sendiri. Sehingga orang lain juga
mampu menghargai saya. Pun, untuk menghargai sahabat yang saya jumpai. Sehingga
ia tidak 'lelah' melihat saya mengenakan kostum yang salah atau ajaib.
Suasana mewah yang dulu sempat menghipnotis ketika pertama
kali saya tiba di Jakarta sekarang sudah tidak ada lagi! Bukan karena sekarang
saya sudah kaya-raya. Ha-ha, sama sekali tidak! Bukan itu. Karena saya sudah
belajar, orang menjadi terhormat bukan sekedar karena kekayaannya. Tetapi
terlebih karena jati diri dan ada kepantasan dari sikapnya untuk dihormati oleh
orang lain. Kalau cuma bergaya saja lalu orang harus hormat, rasanya aneh.
Seperti film jadoel, "Kamu tahu...siapa saya???" Lha, kagak kenal
gimana tahunya? Hi-hi,...
![]() |
Roti-Roti Tuleju yang dipajang :) |
Eniwei, busway. Street gallery yang ada di Pondok Indah Mall
memang luar biasa. Menggandeng banyak resto dan cafe yang laris manis diserbu
penggemar kuliner serta pengunjung mall. Tiap cafe atau resto membungkus
penampilannya dengan gaya 'wah'. Membuat mata berdecak kagum. Tapi saya sudah
terbiasa pula dengan hal-hal semacam itu. Kagum jika harganya budget, namun
jika harganya 'wah' juga yang ada hanya lemas. Takut sepulangnya dari situ tak
bersisa sesen pun. Pikir punya pikir, saya mampir di Tous Les Jours . Sebuah
franchise bakery dari Korea Selatan yang dimiliki oleh CJ Foodville. Bersama
keluarga di wilayah Tangerang, saya terbiasa membeli aneka roti dan bersantai
di Tous Les Jours wilayah Karawaci. Maka saya putuskan untuk mampir di tempat
yang sama di PIM III, street gallery.
![]() |
Cappucino Tuleju :) |
Saya merasa pilihan untuk 'nongkrong' disini tidak salah.
Harga minuman masih masuk akal, cappucino sekitar Rp. 25.000, dan aneka kopi
lainnya di seputar harga tersebut. Minuman seperti susu segar dan lemon squash
juga tersedia. Yang asyik roti-rotinya dapat dibeli dan dimakan disitu pula.
Tersedia banyak tempat duduk lengkap dengan colokan untuk Hape. Harga roti juga
variatif, pada kisaran Rp. 9.500 hingga yang lebih mahal lagi. Tergantung ingin
roti yang mana. Bersantai di Bakery Cafe ini rasanya akan menjadi acara yang
tak pernah membosankan. Dan terbukti memang menunggu kawan tak terasa lama di
cafe tersebut, nggak sampai mati gaya. Selalu ada kesibukan untuk ngemil roti
dan asyik berselancar dengan gadget andalan.
Makan malam kami coba di Coffee Club yang berada di lantai
bawah. Entah saya yang salah pilih menu atau bagaimana. Saya pilih chicken
salad yang rasanya 'tidak ada istimewa'nya. Bahkan bolak-balik sedikit komplen
pada pelayan karena pertama ayamnya tidak ada, lalu kedua mayones pun tidak
ada. Wah, saya kurang cocok dengan tempat ini. Tetapi pengunjung yang lain
cukup banyak. Mungkin saya saja yang kuper tidak tahu menu andalan mereka.
![]() |
The Coffee Club - Street Gallery |
Untuk masuk ke cafe kami menunggu cukup lama karena pada jam
makan malam sangat penuh. Pengunjung harus duduk dalam antrian waiting list. Satu-dua
pengunjung memaksakan diri merokok di dalam ruangan, sehingga membuat suasana
kian terasa sesak dan pengap. Yang menarik mereka tampaknya menjual aneka
minuman (keras) dalam botol yang dipajang. Dan ada musik penghibur. Mungkin itu
daya tariknya musik dan minuman.
Tak terasa jumpa sobat lama berbincang, curhat, curcol,
menangis haru sambil makan, ngemil, ngopi dan sebagainya makan waktu hingga
pukul sepuluh malam. Saya akhirnya pamit pulang karena jalanan pun sudah kian
sepi. Demikian pula jumlah pengunjung mall semakin habis. Tapi saya dengar
street gallery alias area cafe dan resto alias PIM III pada Jumat malam itu
buka hingga sekitar pukul dua pagi. Wow, actually it's a great place for
wonderful nitelife! Enjoy,..
Date : Aug 22, 2014
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.