Sunday, September 25, 2016

K-Movies (26) Slow Video (Gerak Lambat) **

Cha Tae Hyun (My Sassy Girl) adalah aktor komedi Korea kegemaran saya. Jadi saya pikir setiap kemunculan dirinya akan menimbulkan efek lucu. Ternyata film ini jauh dari harapan untuk kiprah seorang Cha Tae Hyun. Film ini adalah contoh lain seorang aktor yang terperangkap lama dalam stereotype peran kocak dan berusaha keluar dari batasan itu namun sia-sia. Malah yang terjadi adalah peran yang tidak menimbulkan kesan sama sekali. Nggak lucu dan nggak serius. Jadi apakah gerangan yang dilakukan oleh Cha Tae Hyun dalam film ini?

Yeo Jang Boo (Cha Tae Hyun) mengalami gangguan penglihatan sejak kecil. Bukannya tidak bisa melihat, namun ia melihat segala sesuatu dengan gerak lambat alias slow motion. Seharusnya ini menjadikan nilai plus seseorang karena pasti ia akan mampu melihat segala sesuatu dengan sangat detail. Yang terjadi dalam film ini Jang Boo merasa minder dan malu dengan kelemahannya dan menyembunyikan diri. Ia banyak menonton film dan acara televisi serta hidup menyendiri, menjauh dari pergaulan. Setelah dewasa Jang Boo akhirnya bekerja di pusat CCTV pemda Seoul. Setiap hari ia menyaksikan kegiatan masyarakat di aneka CCTV jalanan kota Seoul dan bahkan mampu menangkap pencopet bermotor hanya dengan pengamatan melalui CCTV. 

Dari pengamatan di CCTV inilah ia mengenal dengan baik perilaku orang-orang yang sering diamatinya diam-diam. Seorang pengemudi bus yang gemar berlatih baseball seorang diri pada larut malam dan seorang bocah tukang sampah/pemulung yang keluar di subuh dini hari. Ia sering menyaksikan orang-orang yang kesepian dan berlalu-lalang di waktu-waktu yang aneh tanpa kehadiran orang lain. Karena iseng juga Yeo Jang Boo mengamati CCTV di depan rumah teman masa kecil yang ditaksirnya, Bong Soo Mi (Nam Sang Mi). Ia terkesiap melihat seorang wanita keluar dari rumah itu. Ingatannya kembali ke masa lalu ketika Soo Mi adalah gadis kecil yang selalu berada disisinya sebagai teman setia yang sangat menyayangi dirinya. Namun suatu hari Soo Mi menghilang begitu saja.

Gadis yang dilihat Jang Boo dalam CCTV itu awalnya tidak mengakui bahwa ia adalah Bong Soo Mi. Soo Mi merasa malu pada Jang Boo karena keluarga dan khususnya dirinya kini telah bangkrut. Rumah yang tersisa milik orang tuanya juga sudah beralih-tangan menjadi milik orang lain/ lintah darat. Kehidupannya juga masih luntang-lantung tak berbeda dengan Yeo Jang Boo. Terkadang ia ikut casting film namun lebih sering gagal. Sehari-hari ia bekerja di Indomaret-nya Korea. Perjumpaan ini mengakrabkan kembali keduanya dan ketika Soo Mi hampir saja diculik oleh pembunuh serial, Jang Boo dengan keahliannya mengamati CCTV mampu menyelamatkan Soo Mi. Di akhir cerita Jang Boo kehilangan penglihatannya secara total hingga menjadi buta. 

Plot cerita yang "nggak kemana-mana" membuat penonton bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya diharapkan dari film ini? Tidak sedih. Tidak romantis. Tidak lucu. Tidak thriller. Tidak ada yang bombastis pula seperti adegan dewasa atau adegan sadis. Film yang berjalan di tempat dengan akting Cha Tae Hyun yang tidak lucu dan tidak serius. Moral cerita juga sulit dicerna. Bagian mana yang menjadi moral cerita? Kisah tentang CLBK atau Cinta Lama Bersemi Kembali sudah seringkali digarap oleh sineas Korea. Dengan aneka bumbu dan kemasan yang lebih menarik. Namun film ini sungguh kurang bumbu dan tidak menarik bagi saya. Entah jika ada penonton yang menyukai film ini, barangkali memang saya yang kurang mahir menyerap makna film Cha Tae Hyun yang satu ini.

foto: aneka sumber

Saturday, September 24, 2016

Yoga (1) Diatas Matras Bersama Si Cantik Adrianne

foto : Colorlifestyle
Dulu sempat ingin ikut gym club. Dipikir-pikir, udah bayarnya relatif mahal harus berangkat dan pulang ke suatu tempat yang mana tentu saja membuang-buang waktu dan tenaga (dan kadang-kadang malas ketemu mahluk hidup lainnya hehehe..). Memanfaatkan era digital dan digi-home akhirnya saya memutuskan untuk aktif melakukan home yoga. Saya nggak perlu repot pergi kemana-mana dan nggak perlu bayar biaya gym. Semua tercakup dalam biaya digi-home. Dimana semuanya dapat dilakukan, dikendalikan dan dilaksanakan dari rumah. Tentu saja sebelumnya saya sudah pernah ikut club yoga di suatu tempat dan mengenal dasar-dasar yoga. Selama setahun setengah aktif yoga kurang lebih seminggu dua kali dengan putaran 1-2 jam sekali pertemuan (tentu saja ada jeda waktu istirahat). Dan itu juga pernah terpotong setahun malas tidak ber-yoga sama sekali.

Pengalaman yoga pertama adalah ikut club yoga milik teman di bilangan Jakarta Selatan pada akhir tahun 2012. Yang kedua di club yang terletak di dekat rumah (namun kurang nyaman karena menggunakan lapangan badminton). Senang rasanya berolah-raga khususnya yang terkait pada sejenis dance-nya, misalnya aerobik. Namun itu juga angot-angotan. Untuk jogging seringkali di tengah jalan nggak kuat dan kecapean nyaris pingsan. Dan bosan dengan gaya lari yang begitu-begitu melulu. Ya eiyalah, emang bisa lari dengan jejingkrakan? Sejak mengenal yoga, I just love it very much. Melakukan apapun saya kurang suka dengan paksaan, target dan tekanan. Guru-guru yoga yang saya kenal sebelumnya cukup ketat dalam mengharap agar siswa cepat lentur dan menguasai Yoga. Bersama Adrianne yang adalah 'guru virtual', saya merasa nyaman melakukan yoga melalui pelajaran di youtube. Tak ada paksaan sama sekali. Adrianne selalu menekankan agar kita tidak menjadi 'robot yoga.' Sehingga apapun gerakan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan rasa gembira. Sekalipun otot masih kaku dan tubuh gempal laksana gumpalan daging bakso, its' ok! Mulailah dengan duduk diatas matras. Memang gak mudah kok untuk memulai olah tubuh!

foto: youtube
If you love it, it will be so easy to do it. Itu adalah prinsip saya ber-yoga ria. Sejak mengenal yoga saya tidak melakukan aerobik atau jogging (jarang). Yang sering saya lakukan untuk melengkapi yoga adalah meditasi. Tahun lalu saya mempelajari dasar meditasi Zen Qi. Yang awalnya berniat sehari bermeditasi sejam, ternyata sanggupnya sehari sepuluh menit saja sudah bagus. Gubrags! Tak apalah, yang penting niatnya 'menabung' olah nafas. Sehari nabung meditasi 10-15 menit dan dimasa manula saya masih terlihat segar seperti Beyonce? Ngarep kali yee,..he-he-he. Gerakan yoga yang saya pelajari masih sangatlah basic dan biasa saja, kategori beginner. Dan kategori peserta, jelas saya bukanlah guru. Hanya senang berbagi pengalaman dengan ber-yoga, mendarat di atas matras. Ada teman yang heran dengan saya, "Kok betah yoga sendiri dirumah tanpa ikut club dan tanpa ada temannya?" Komitmen barangkali adalah jawaban dari semua kesetiaan yang ada di muka bumi ini. Senang yoga? Pengen sehat? Ya lakukanlah! Do it! Ditemani gendruwo kek, masa bodoh,... Perlengkapan utama ber-yoga adalah pakaian yoga (simple saja), matras dan handuk untuk mengelap keringat. No, yoga nggak make sepatu atau sandal apapun! Udah itu saja sebagai awalan.

K-Movies (25) Love So Divine (Cintaku Yang Mulia) ***

Kim Gyu Sik (Kwon Sang Woo) sedang menjalani masa persiapan untuk menjadi pastor Katolik muda. Itu artinya dalam waktu singkat ia akan menjalankan sumpah hidup selibat, tidak menjalin hubungan dengan seorang wanita dan tidak akan menikah. Dalam penugasan di sebuah gereja kecil, ia berjumpa dengan Yang Bong Hee (Ha Ji Won) yang adalah keponakan dari pastor kepala Nam (Kim In Mu). Sikap Gyu Sik yang sangat religious bertentangan dengan sikap Bong Hee yang bebas dan bertindak sesuka hati. Apalagi Bong Hee baru saja pulang dari Amerika. Bong Hee bahkan belum dibaptis dan tidak taat ke gereja. Ia masih merengek karena patah hati diputus oleh kekasihnya yang menetap di Korea.

Bong Hee yang kehabisan uang untuk kembali ke Amerika lalu menawarkan diri bekerja di gereja pamannya itu dengan mengharapkan upah untuk membeli tiket kembali ke Amerika. Dalam berbagai kesempatan kedua orang muda ini, Bong Hee dan Gyu Sik, kemudian bekerja sama untuk kegiatan rohani di gereja. Seperti mengurus kebersihan gereja, acara pernikahan di gereja dan mengajar sekolah minggu untuk anak-anak panti asuhan. Semua atas perintah pastor kepala Nam. Persahabatan dan pengertian mulai terjalin antara Bong Hee dan Gyu Sik. Diam-diam Gyu Sik mulai menyukai Bong Hee bahkan merasa cemburu ketika Bong Hee sibuk berusaha untuk rujuk kembali dengan kekasihnya. Sebelumnya ia belum pernah menyukai seorang wanita (rolling eyes to the ceiling). Tentu saja Gyu Sik tidak terang-terangan mengungkapkan perasaan hatinya karena ia adalah siswa yang sedang dalam masa pendidikan sebagai calon pastor. Dalam satu kesempatan Bong Hee pernah menanyakan apakah Gyu Sik menyukai dirinya. Namun lelaki ini diam membisu seribu bahasa. Sekalipun ia sangat menyukai Bong Hee baginya janji kepada Tuhan untuk menjadi pastor lebih mulia daripada ia harus memilih seorang gadis untuk dijadikan kekasih. 

Film lawas yang rilis 2004 ini murni menyajikan akting Ha Ji Won dan Kwon Sang Woo saat keduanya masih belia dan sama-sama unyu. Kedua aktris dan aktor kini telah menempati posisi mapan sebagai bintang-bintang drama/film Korea kelas A, lihat saja akting mereka dalam K-Drama Hwang JiNi dan Temptation. Secara natural akting Ha Ji Won mudah dinikmati dalam peran sebagai gadis centil yang nakal dan bandel (seperti dalam drama-drama Hongkong lawas dan film Ji Won lain bertajuk 100 Days With Mr. Arrogant). Demikian pula akting Kwon Sang Woo sebagai pemuda calon pastor yang alim tapi 'berani' diam-diam melirik seorang gadis sebelum bersumpah selibat menjadi kelucuan tersendiri. Apalagi ia sering bertengkar dengan gadis yang pada awal terasa menyebalkan bagi dirinya itu. Ada keharuan ketika dalam upacara sumpahnya di gereja sang calon pastor muda menangis dan membatalkan niat untuk menjadi pastor karena hatinya telah tertambat somewhere. Film ini menggambarkan bahwa bagi seorang pria hidup tidak melulu tentang perempuan dan bercinta. Bisa jadi hidup adalah pengabdian total kepada Tuhan. Berapa banyak pria seperti ini? Mungkin segelintir. Mungkin hanya dalam film? : )

foto : berbagai sumber