Thursday, September 22, 2016

Lingkaran Rejeki

Seringkali kita melihat teman/relasi kita yang kayaknya "beruntung" atau lucky terus. Sering menang undian. Sering dapat hadiah ini itu. Mudah dan lancar dalam karir atau pekerjaan. Kita akan berpikir, "Dia mah orangnya hoki! Ada saja peruntungannya,..." Pernahkah terlintas dalam benak bahwa barangkali ada suatu perilaku baik yang melandasi semua peruntungan tersebut? Perilaku yang bagaimanakah yang mengundang hoki atau peruntungan? Yah memang ini tergantung juga masalah percaya nggak percaya. Ada yang dapat menerima logika ini dan percaya. Ada yang sebodo teing, mau bersikap baik atau buruk rejeki mah nggak akan kemana! Ya monggo,..

Berikut ini adalah kisah suami yang kebetulan senang memasak. Ia pergi ke sebuah kedai kecil di dalam pasar hendak membeli daging dalam kaleng. Ketika memberikan uang limapuluh ribu rupiah sang asisten penjaga toko berteriak pada juragannya, "Cie,.. ini uang kayak gini bisa diterima atau tidak?" Sambil mengacungkan selembar kertas berwarna biru itu ke udara. Apakah ciri khas pekerja pasar boleh berlaku kasar dan tidak sopan? Dengan tingkah semacam itu tentu saja suami sudah 'terganggu bin tersinggung.' Seorang pengunjung lain yang juga berada dalam kedai itu memperhatikan dengan rasa ingin tahu. Ada tontonan. Suami menjawab, "Ini uang tidak robek ataupun rusak. Hanya memang sedikit kotor karena bekas dilipat. Saya juga menerima dari orang lain yang membeli barang kepada saya." Sang juragan menjawab dengan aksi, "Maaf Pak, kami takut bank tidak akan menerima uang semacam ini."

Suami mengangkat alis kesal dan dalam hati membatin, 'Emang situ omzetnya berapa trilyun sih? Please dech!...' Belanja kurang dari limapuluh ribu rupiah saja seorang customer diperlakukan seperti anggota komplotan pemalsu uang senilai ratusan juta rupiah. Betapa menggelikan dan tidak sopannya perlakuan juragan di kedai ini beserta asistennya yang mungkin memang belum pernah ikut penataran P4. Terus masih dengan gaya membujuk si juragan bertanya pada suami, "Bagaimana Pak apakah ada uang lain yang dapat dipergunakan untuk membayar?" Tentu saja dengan ketus suami langsung menjawab, "Tidak ada uang lain dan maaf saya tidak jadi berbelanja disini,.." Sepeninggalnya dari situ suami langsung menuju ke toko lain yang jauh lebih besar dan membeli barang yang dibutuhkannya dengan perbedaan harga seribu rupiah lebih mahal. Uang limapuluh ribu rupiah yang ditolak oleh juragan kedai kecil juga sudah dibelanjakan untuk membeli keperluan lain tanpa ada masalah apapun juga.

See? Pola apa yang kita lihat disini? Perilaku atau sikap yang tidak menyenangkan, tidak sopan dan tidak menghargai orang lain dengan mudah menggagalkan lingkaran rejekinya sendiri! Pertama suami yang kecewa tidak akan pernah belanja lagi ke kedai kecil itu. Yang ada dalam benaknya, 'Udah kedainya kecil, sontoloyo pula! Penjaga toko belagu. Juragannya juga banyak aturan.' Pengunjung lain yang sedang berbelanja juga akan melihat bagaimana 'pembeli' diperlakukan sebagai 'pengemis' seolah-olah memohon untuk belanja dengan uang busuknya. Padahal uang itu sama sekali tidak bermasalah. Yang bermasalah adalah juragan toko dan asistennya yang menolak rejeki kecil dan menimbulkan rasa antipati bagi rejeki yang lebih besar. Pengunjung itu dapat memberi kesaksian, "Jangan belanja disitu, yang punya toko rewel, banyak maunya dan tidak mengajari pada anak buahnya untuk bersikap sopan pada pembeli!" Butterfly Effect, satu kepakan kecil dalam berperilaku dapat menimbulkan topan badai dalam peruntungan lingkaran rejekinya kelak. Bukan berniat mendoakan agar yang bersangkutan bangkrut, tapi jika kita diperlakukan dengan tidak menyenangkan mungkinkah kita akan tetap gembira? Iya kali malaikat?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.