Sunday, August 31, 2014

Selamat Ulang Tahun Princicie

Putri semata wayang saya mendapatkan sejuta panggilan kecil. Entah mengapa, saya dan suami menjadi sangat kreatif memanggilnya dengan berbagai sebutan. Dengan melupakan kenyataan bahwa ia sesungguhnya adalah manusia baru yang muncul di dunia ini. Banyak nama yang kami ciptakan untuknya. Mungkin saking gemasnya, mungkin saking tidak ada anak lain yang dapat ditumpahi kasih-sayang karena anaknya hanya seorang. Seolah ia muncul dalam kehidupan kami yang tertata laksana subyek, predikat dan obyek. Kenyataannya adalah manusia, bekerja dan berkeluarga. Lalu anak menjadi obyek penderita. Dalam kasus kami, tentu saja ia menjadi obyek penderita limpahan kasih sayang.

Jika membaca berita tentang penganiayaan anak-anak rasanya kaget, tak percaya serta berpikir alangkah kejam dan teganya. Kenapa melahirkan anak-anak hanya jika untuk dianiaya dan membuat mereka menderita? Putri kami mendapat aneka julukan yang aneh-aneh saking begitu ajaib dirinya menurut kami. Dimasa usia tiga hingga lima tahun ia kami juluki 'kelinci'. Itu karena ia begitu kecil mungil, imut, putih dan belum pandai menjaga keseimbangan. Ia masih beguitu lugu.' Lucu jika dipikir bagaimana sikapnya yang polos kekanakan dan cara hidupnya yang masih sangat tergantung pada orang-tua. Persis seperti kelinci yang jinak dan hidup hanya untuk digendong dan dilimpahi kasih sayang.
Menjelang masa sekolah dasar hingga pra-remaja. Ia mulai belajar nakal dan bohong kecil-kecilan. Sulit mengajarkan padanya bahwa lebih baik jujur dan dihormati, daripada bohong namun menyimpan api dalam sekam. Karena otaknya yang lugu berpikir tidak boleh ada hal jelek tentang dirinya, nanti dimarah orang-tua. Belum buat PR mengaku sudah membuat. Nilainya enam mengaku dibulatkan oleh guru jadi tujuh dan masuk rata-rata kelas. Hal-hal kecil yang lincah, licik dan penuh strategi mulai digarap olehnya. Ini membuat kami julukinya si 'onyek' kependekan dari si monyet. Panggilan ini hasil kreasi papanya yang sering dibuat jengkel. Bukan karena ia sangat jelek, justru saking 'pandai' nya ia berkelit dan menipu serta menimbulkan perdebatan licik. Maka ia kami panggil si 'onyek.'

Yang ketiga, ia kami panggil si kucing. Panggilan ini adalah ciptaan saya. Ketika melihatnya bermalasan saja di sofa sambil makan cemilan dan menonton televisi. Lalu kadang sore atau pagi hari saat libur, ia aktif hanya bermain sepeda dengan teman-temannya. Dipesan pulang jam empat sore, terkadang badung. Pulang hingga jam lima atau jam enam sore. Gayanya yang sangat santai, meremehkan segala sesuatu dan banyak bermain saja membuat saya sebal. Maka saya gemar memanggilnya si kucing pemalas. 

Pada awal-awal ketika ia masih berada dalam peralihan dari masa kanak-kanak menjadi pra-remaja ia sangat kesal dan memprotes keras, "Mom,...aku bukan binatang!" I know, dia bukan hewan. Tetapi perilaku manusia baru terkadang lucu dan menggemaskan dan tak beda dengan hewan-hewan yang lucu serta menggemaskan. Ia masih begitu polos, tak tahu dunia dan berpikir dapat mengibuli kedua orang-tuanya. I know, kami tak seharusnya menyebut ia dengan panggilan seperti itu. It's just too cute, not to call her 'a name'.

Kini ia sudah berusia tiga belas tahun. Dalam masa empat tahun lagi ia sudah akan dapat mengendarai mobil jika memungkinkan. Dalam empat tahun ia akan menjadi remaja dewasa. Kini panggilannya berubah lagi. Sangat cepat pertumbuhan fisik dirinya yang bertambah tinggi, membuatnya menjadi sangat jangkung. Dengan kejam sekarang saya memanggilnya si jerapah alias si Jiraff (giraffe). Saking tinggi tubuhnya melebihi mamanya dan hampir setinggi papanya. Kadang ia tertidur di kasur dan saya ukur dari ujung kaki hingga ujung kepalanya terasa sangat panjang. Membuat saya makin yakin memanggilnya si Jiraff. Jika dulu ia komplen tentang panggilan hewan. Sekarang ia menyadari itu hanyalan karena kedua orang-tua sangat menyayangi dan terlalu penuh kreativitas untuk menciptakan panggilan sayang bagi dirinya. Dan barangkali ia juga sudah menyerah dan bosan dengan aneka julukan yang mampir padanya. Sepanjang cinta kami selalu ada untuknya.

Yang tak pernah hilang dari benak saya adalah panggilan 'Princicie' baginya. Maksudnya sih 'Princess.' Tapi sudah banyak juga panggilan princess atau princessa. Untuk menciptakan panggilan yang spesial, saya lalu teringat masa-masa ia baru saja dilahirkan. Masa ketika ia mendapat julukan si kelinci alias 'incie.' Maka untuk menciptakan panggilan yang lain daripada yang lain, saya kadang juga memanggilnya princicie. 

Bulan Agustus 2014 yang lalu adalah ulang-tahunnya yang ke 13. Dirayakan dengan berlibur sederhana ke Bandung bersama papa dan mamanya. Bermain ke trans studio dan menginap di Hotel Ibis Trans. Sebagian orang mungkin akan berkomentar 'pengalaman mewah' bagi seorang anak! Sementara bagi yang lainnya hanya sekedar lelucon ketinggalan jaman. Ke Trans Studio kok baru sekarang, hare geneee,..? Udah telat kali,...! Tak mengapa. Hidup adalah sebuah kesyukuran. Tergantung bagaimana yang memandangnya saja. Ada yang tak henti merasa iri, ada merasa pantas mengasihani. Tetapi pastinya tidak ada yang membayari, ha-ha,.... Jadi? Perduli apa dengan komentar orang?...

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.