Sunday, August 24, 2014

Floating Market Lembang

Udah agak lama sih mendengar tentang floating market di Lembang - Bandung. Tapi terakhir kali kami ke Bandung dan melewati papan petunjuk jalan bertajuk 'floating market' yang ada di benak kami adalah pasar dengan mbok-mbok yang jualan sayur kangkung, kacang panjang dan tauge diatas perahu-perahu kecil. Dalam pikiran kami pula, ngapain belanja sayuran aja kok harus repot di Lembang, Bandung? Demi ngeliat si mbok-nya dagang dari atas perahu? Ribet amat? Udah gitu apakah sayurannya nggak layu? Beli jauh-jauh lalu dibawa pulang ke Jakarta, sampe Jakarta itu sayur dan buah terancam letoy semua? Jadi kami tidak berminat mengunjungi obyek yang disebut 'floating market.'

Berikutnya seorang teman mengatakan bahwa ia dan suaminya sudah bepergian ke floating market dan komentarnya, 'sangat bagus'! Tentu saja kami penasaran, 'sangat bagus' seperti apa? Sebagus-bagusnya pasar terapung? Namanya pasar gitu lowh? Apa yang bagus dari terong, ketimun dan ubi jalar? Judulnya unik tetapi mengandung kata 'pasar' tetap saja membuat kami mencurigai bahwa itu adalah 'modus' agar pengunjung datang dan kemudian kecewa. Karena isinya tukang sayur sedesa pada dagang di atas perahu? Tetapi teman kami bersikukuh, "Ini beneran asyik tempatnya. Kita bisa jajan kuliner dari atas perahu kok! Beda dengan yang biasa. Bukan pasar sayuran. Coba kesana saja kalau sedang ke Bandung!"

Jaman dulu ke Bandung masih terasa asyik dan syahdu. Jaman sekarang, jujur aja capek dan pusing jika harus menyupir kendaraan sendiri. Kota cantik yang hawanya sejuk ini sudah meraih predikat pertama kota wisata idaman, namun macet dan berjubelan. Tiap weekend banyak sekali orang Jakarta hijrah kesana, sekedar menikmati suasana liburan terdekat. Iyalah ke Bali kan jauh? Apalagi ke Phukett? Apalagi ke California? Jauh bingiiits! Jadi buat yang simple, hemat, wants to have a happy weekend, pasti pilihannya Bandung. 

Entah mengapa ketika floating market digemborkan 'bagus' oleh teman saya. Jadi terbawa penasaran. 'Bak iklan manis yang mengendap di dasar hati. Saat ada trip yang menawarkan ke Bandung. Jadilah saya dan seorang kawan lain mendaftar ikut. Agak sore sekitar pukul empat kami tiba di floating market (belokannya setelah hotel Grand Lembang). Masuk area sudah tercengang. Parkirannya luas bingits, conblocks parkiran putih bersih, rapi-jali. Keseluruhan pembangunan infrastrukter tertata apik (siapa ya management and developer-nya?). Rasanya seperti di luar negeri saja (kayak yang sering ke luar negeri, padahal jarang! ha-ha).

Lobby Asri 


Di area parkiran ada mobil pedagang yang berjualan kincir angin kecil warna-warni mozaik. Anak-anak pasti akan langsung tergiur melihat kincir seperti itu. Masuk ke dalam lobby, kami disuguhi keindahan dan kenyaman ala rumah di pedesaan. Konstruksi, dekorasi dan segala yang ada di dalam lobby mengesankan suasana 'pulang kampung.' Bandung memang jagonya bikin suasana 'pulang kampung'. Seperti Resto yang keren 'Kampung Daun' dan 'Sapu Lidi.' Rupanya floating market juga wilayah yang sangat komersial dengan ujung tombak adalah tujuan perdagangan dan wisata.

aneka minuman gratis - tukar tiket  & kincir mosaik
Jangan lupa ticket masuk pasar apung Lembang (kalau tidak salah Rp. 25.000) dapat ditukar dengan segelas minuman hangat sesuai pilihan. Petugas juga akan membantu Anda dengan senang hati. Minumannya sih minuman seduh instant yang di pajang dalam jajaran mesin seduh otomatis. Ada lemon tea, choccocino, cappucino, dll. Lumayan, ketika udara dingin menyelimuti dan kita disambut oleh secangkir minuman hangat, sesuatuuuu...banget! Pintar juga nih, yang mengatur konsep? Oya, jangan lupa selama Senin hingga Kamis, floating market hanya buka dari pagi hingga pukul lima sore. Untuk hari Jumat hingga Minggu, floating dibuka dari pagi hingga pukul delapan malam. Mantabs!

Pertokoan Rumah Panggung


Sulit menceritakan sensasi pertokoan dengan wujud rumah panggung. Tapi ini benar, jadi sepanjang tepian danau ada pertokoan yang beroperasi dalam rumah-rumah panggung. Mayoritas bangunan yang berdiri di seputar wilayah floating market memang mengusung konsep desa yang sebenarnya. Bangunan rata-rata adalah rumah panggung model knock-down. Dengan oranamen kayu-kayu dan model atap joglo. Tata cahaya atau lighting di seputaran danau juga sangatlah ciamik. Lampu yang digunakan menyorot pada titik-titik keindahan alam atau keunikan bangunan sehingga kita seolah berada di desa tepian danau misterius yang damai serta asri.

Namun jangan lupakan pula kepiawaian management floating market dalam mengelola tujuan wisata yang satu ini. Pertokoan menjual aneka barang. Aneka means aneka, layaknya di kota besar. Ada pernak-pernik, permen, kue kering, pakaian, kaus dan seterusnya. Jujur lagi, saya berusaha melepas kebiasaan konsumtif dalam berbelanja barang. Jadi wilayah pertokoan itu sama sekali tak saya tengok. Kadang saya membongkar lemari pakaian dan menemukan beberapa baju yang baru saya pakai beberapa kali saja. Maka sekarang saya mengurangi pola konsumtif belanja. Lewatlah pertokoan itu hanya saya pandangi dari luar saja. Maaf ya!

Jembatan Gantung & Angsa


Obyek menarik lainnya adalah jalan setapak yang ada disekeliling danau. Jalan setapak ini akan membawa kita berjalan mengelilingi danau yang cukup luas itu. Namun karena jalanannya menyenangkan dan banyak yang dilihat, rasanya berjalan keliling danau sama sekali tak terasa melelahkan. Ketika berjalan ini kami menemukan jembatan gantung yang unik, banyak orang ingin berpose di jembatan ini. Entah bagaimana management tahu pasti bahwa jembatan gantung adalah hal yang menarik bagi manusia perkotaan. Maklum sudah tidak ada jembatan gantung di kota. Yang ada jembatan beton, itu juga kadang ambruk karena tidak dirawat.

Di area lain sejumlah angsa tanpak asyik berenang memamerkan kecantikan diri. Rupanya ada habitat angsa yang dipelihara di sekitar danau. Saya tidak tahu apakah angsanya pernah dilepas ke danau atau tidak? Tetapi ketika saya melihat angsa-angsa tersebut, rasanya kesemuanya dikandangkan di area tersendiri dengan fasilitas kolam kecil. Seorang gadis tampak menunggui para angsa. Ngapain? Tanya saya dalam hati? Astaga, ternyata ia menjual pakan angsa seharga lima atau sepuluh ribu rupiah. Jadi jika membeli 'ticket' berupa pakan angsa itu kita dapat masuk ke dalam area kolam dan berinteraksi lebih dekat dengan para angsa sambil melempar makanan. Jyaaaah!

Wisata Air


Nah, selepas jalan-jalan seputar area danau kita akan ketemu dengan wilayah yang menyediakan wisata air. Ada yang berupa perahu dayung atau sepeda air yang digenjot, tarif Rp.10.000 kalau tidak salah. Ada yang berupa rentetan perahu super mungil dengan motor, yang akan membawa pengunjung berkeliling danau. Saya memilih menggunakan perahu bermotor, tarif Rp. 20.000. Alasannya lebih enak dan cepat, kemudian lebih terarah untuk berputar melihat danau karena dikemudikan oleh petugas penyelenggara wisata air. Sedikit menyeramkan ketika kami harus meliwati lorong sempit yang diatasnya ada jembatan penyebrangan pejalan kaki. Di lorong itu sering terjadi gesekan/ tabrakan ringan dengan pengendara perahu wisata air lainnya. Kalau kecemplung gimana? Memang sih mengenakan life saving jacket tapi tetap saja ngeri!


Wisata Kuliner


Berkeliling danau, menikmati angin pegunungan, menatap senja dan melihat kesibukan banyak orang lainnya dari tengah danau. Tak lupa mengamati aneka bangunan yang ada ditepi danua, ternyata sesuatuuu bangets juga. Setelah itu mulai masuk dalam masterpiece-nya floating market. Yaitu berwisata kuliner dengan menikmati aneka penganan dan jajanan yang dapat dibeli di tepian danau. Rupanya banyak perahu kecil, ditambatkan di tepian danau, berjajar berurutan. Diisi oleh pedagang yang menjual aneka makanan, layaknya counter-counter makanan di foodcourt. 

Disisi luarnya disusun aneka bangku-bangku mungil sederhana yang nyaman untuk para pengunjung duduk dan bersantap. Dagangan makanan boleh dikata rupa-rupa namun tidak ada yang sama. Jadi membuat pengunjung bingung. Hendak membeli hidangan yang mana ya? Tetapi sebagai gambaran yang dijual ada sate lontong maranggi, empek-empek, aneka ubi & cemilan rebus lain, twister potatoes dan sebagainya. Itu karena keterbatasan waktu saya tidak melihat keseluruhan hidangan yang dijajakan. Apa saja selengkapnya?

Untuk membeli makanan, kita akan diminta menukarkan uang dengan coin. Dan harga makanan dipatok pada kisaran 10rb, 15rb kelipatan 5rb rupiah hingga makanan seharga 35rb. Sayangnya tidak ada refund! Jadi kita harus menetapkan ingin belanja makanan apa saja. Jika coin kurang harus membeli lagi. Jika coin lebih juga harus membeli lagi untuk dihabiskan belanja makanan. Karena jika tidak maka coin itu tidak akan dapat diuangkan lagi. Kabar baiknya, para penjaja makanan tersebut tampaknya sudah melalui proses seleksi yang baik dan cocok dengan selera publik. Hidangan yang disajikan serba enak dan tidak mengecewakan. Yummy! Atau mungkin karena hawa Lembang yang dingin-dingin sejuk menambah lahap selera makan saya? Bisa jadi! 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.