Rasanya otakku melepuh dan panas
Asap lalu mengepul di atas kepala
Kadang-kadang aku ingin bekerja
Namun orang-orang tak dapat diajak bekerja-sama
Lalu pekerjaan terhambat dan berhenti begitu saja
Terus-terusan manusia berusaha
Tetapi memang Tuhan lah yang menentukan
Lalu haruskah berhenti berupaya?
Jangan, hidup hanya sekali
Tanpa usaha tak tahu apa yang dipertaruhkan
Hidup ini serangkaian toleransi
Yang jadi hambatan belokkan
Jadikan kesempatan berikutnya
Seorang bijak mengatakan
Keyakinan yang kuat
akan mampu memindahkan gunung
Orang yang (mungkin) lebih bijak akan mengatakan
Hidup ini harus disadari logikanya
Tak ada waktu untuk kemewahan berimajinasi
Hidup ini toleransi untuk yang santai menjalaninya
Tetapi hidup ini turbulensi untuk yang berambisi menguasainya
Andakah sang toleransi? Ataukah sang turbulensi?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.