Sunday, August 31, 2014

Toleransi

Kadang-kadang aku berpikir sangat keras
Rasanya otakku melepuh dan panas
Asap lalu mengepul di atas kepala 

Kadang-kadang aku ingin bekerja
Namun orang-orang tak dapat diajak bekerja-sama
Lalu pekerjaan terhambat dan berhenti begitu saja

Terus-terusan manusia berusaha
Tetapi memang Tuhan lah yang menentukan
Lalu haruskah berhenti berupaya?

Jangan, hidup hanya sekali

Tanpa usaha tak tahu apa yang dipertaruhkan
Hidup ini serangkaian toleransi
Yang jadi hambatan belokkan
Jadikan kesempatan berikutnya

Seorang bijak mengatakan
Keyakinan yang kuat
akan mampu memindahkan gunung

Orang yang (mungkin) lebih bijak akan mengatakan
Hidup ini harus disadari logikanya
Tak ada waktu untuk kemewahan berimajinasi

Hidup ini toleransi untuk yang santai menjalaninya
Tetapi hidup ini turbulensi untuk yang berambisi menguasainya
Andakah sang toleransi? Ataukah sang turbulensi?



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.