Sunday, August 24, 2014

Nasi Bancakan Trunojoyo

Salah satu jadwal trip dengan kawan-kawan seperjalanan 'wisata bareng' beberapa waktu lalu adalah menikmati kuliner khas Bandung. Namanya adalah Rumah makan 'Nasi Bancakan'. Ketika saya lacak di detik.com traveller liputan mengenai tempat makan ini sudah ada sejak tahun 2012. Namun kapan tepatnya tempat makan ini berdiri saya kurang tahu. Tampaknya sudah cukup lama juga terbukti tempat ini populer di kalangan para penggemar kuliner dan acara jalan-jalan.


Setibanya di tekape, as always saya adalah jenis manusia yang malas ketika melihat segala sesuatu serba mengantre. Mosok mau beli makan siang saja harus mengantre sih, cyn...? Tapi katanya masakan di situ khas dan unik. Jadilah saya ikut mengantre walau perut sudah sangat lapar, kembung dan nyaris masuk angin. Demi kenikmatan kuliner yang berbeda dan baru sekali-kalinya berkunjung kesitu. Kesempatan mencicip tentu jangan dilewatkan. Masuklah saya dalam barisan panjang pasukan lapar siap serbu. Tidak ada pelayan yang khusus meladeni, ambil makanan serba swalayan. Ambil semua yang Anda inginkan lalu menghadap kasir dan bayar semua tagihannya. Yang serem tentu saja, tidak tahu harga makanan. Buta!

Untungnya harga-harga makanan di Nasi Bancakan sangat pro kantong alias tidak mahal. Pola penyajian yang swalayan begitu kadang membuat calon pembeli jadi kalap semua ingin dicoba dan dicicip. Maklum semuanya hidangan asli masakan Indonesia, Sundanesse taste! Macem-macem banget. Dari ikan, jeroan, ayam, pete, jengkol, lalap, aneka sayur, ikan asin, oncom, dll. Waduh pokoknya bisa histeris kalau melihat aneka hidangan tersebut. Terbukti saya dan kawan saya mengambil makanan yang sedikit kebanyakan, berakibat perut penuh dan bahkan tidak habis! Jyah, rakus yaaa...

Hal mengesankan dari Resto Nasi Bancakan adalah suasananya yang tidak formil, udah kaya dirumah sendiri. Maju aja ambil piring, ambil nasi dan semua makanan. Bahkan minuman tradisional juga sudah menanti minta diadopsi. Seperti es kelapa, es dawet, es cincau hijau dan sebagainya. Lihat, suka, ambil dan tentu saja jangan lupa bayar di kasir. Ada es potong juga!  Tempat duduk hanya berupa dipan-dipan, meja, bangku dan tempat lesehan sederhana. Tersedia teh panas gratis. Piring dan gelas yang digunakan terbuat dari kaleng. Serasa kembali ke masa jadoel, ketika kita menginap dan makan siang di rumah simbah. Cara makan juga sudah tidak malu-malu lagi. Gaya Indonesia banget, mau pake sendok, mau pake tangan, mau cuil-cuil dan colek sambel sana sini, semua dilakukan sepanjang terasa nikmat dalam bersantap.

Sejak dulu saya sangat menyukai hidangan semacam keong sawah. Ketika masih kecil di kampung halaman Jawa Tengah, saya sering menikmati hidangan keong tersebut. Nenek membeli untuk saya dari penjaja keliling. Kami menyebutnya 'kraca' (dengan penyebutan a = o gaya Jawa Tengah). Keong kecil-kecil yang dimasak gurih berkuah. Untuk menikmati, daging keong dicongkel dari cangkangnya menggunakan tusuk gigi. Rupanya penduduk Jawa Barat juga membuat hidangan yang sama dengan penyebutan yang berbeda, mereka menyebutnya 'tutut' (kok mirip nama putri pertama mendiang presiden Soeharto? He-he,..). Bisa jadi juga ini hidangan yang disebut oleh orang Perancis sebagai 'Escargot'? Ha-ha,... Pokoknya, this is one of my favorit menu. Kalau ada yang jual keong berkuah artinya saya pasti langsung ingin pesan.

Jujur rasa masakan menurut saya tidak terlalu menonjol karena semua sudah matang dan dipajang di aneka wadah. Sehingga hidangan juga terasa dingin, tidak dipanaskan lagi. Aneka minuman tradisional juga rasanya biasa saja, kurang maknyus. Saya agak kurang nyaman dengan piring dan gelas karena terkesan dicuci tergesa kemudian langsung digunakan lagi untuk pengunjung berikutnya. Gelas yang kami gunakan masih basah, tidak dikeringkan. Artinya baru saja digunakan oleh orang lain. Again, ini karena saya sedikit hypermaniac tentang kebersihan. Tetapi terlepas dari itu semua sih tetap lumayan enak dan mengenyangkan. Especially karena saya berjumpa dengan 'kraca/ tutut' yang selalu membuat saya ngiler,...

Alamat Selengkapnya : Jalan Trunojoyo No. 62 - Bandung

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.