'Yihaaa Solo' - Patung di Manahan |
Tanggal merah dan putri saya kebetulan libur midsemester. Udah lama seorang sahabat yang berada di Solo mengundang kami untuk mampir dan berlibur ke rumahnya. Terakhir bertemu di Solo November tahun 2013 jadi rasanya seru juga kalau Oktober ini menghabiskan waktu dan liburan kesana. Sahabat ini adalah orang yang mengajarkan saya bagaimana menulis lebih baik dan banyak memberikan poin-poin penting sebagai penulis. Apa dan bagaimana. Saya pikir disayangkan jika menolak undangannya. Akhirnya dengan sedikit dadakan dan tergesa. Disepakatilah pergi ke Solo. Karena hari Senin putri saya masih bersekolah. Kami memutuskan pergi dengan kereta Senja Utama pada Senin Malam, 12 Oktober.
Kereta Bisnis
Pernah sekali saya pergi ke Jawa Tengah naik kereta ekonomi AC yang menurut saya sangat nyaman, murah, meriah dan menyenangkan. Jadi saya pikir untuk menghemat biaya kami akan pergi dari stasiun Senen lagi naik kereta bisnis, yang saya pikir pastinya diatas kereta eco. Disini saya merasa malu,...Pasalnya ternyata saya tidak cocok bepergian dengan kereta pada malam hari. Lampunya terang benderang, jadi nggak bisa tidur. Dan tidak ada bagasi tertutup, was-was juga tas ransel bergelimpangan diatas tempat duduk dan di lantai. Emang isi tasnya berapa trilyun, Bu? Nggak punya duit sih,..cuma khas emak-emak aja...serba khawatir. Bwahahaha... Kemudian yang disebut kereta bisnis ternyata mirip dengan eco hanya saja 'jok kursi'nya lebih tebal busanya. Full AC. Nyaman untuk perjalanan siang. Tetapi sulit untuk perjalanan malam bagi saya. Tidur dilantai beralaskan koran? Maap bro, kami masih keturunan keraton nyi roro kidul, jadi ogah juga kelojotan di lantai beralaskan koran. Bwahaha,.. Nggak bisa! Waduh, rewel ya? Ya gitu deh! Pening dan semalaman nggak tidur sama sekali. Putri saya lumayan, bisa terlelap beberapa kali.
Keseleo
berbecak-ria dengan kaki keselo |
Nah, gara-gara kelelahan semalam nggak tidur. Maka pagi harinya ketika turun kereta. Terjadilah kecelakaan yang konyol. Karena ngantuk dan lelah, saya nggak memperhatikan dengan baik. Undakan turun kereta dibuat dari besi yang bagian bawahnya tidak stabil, agak bergoyang-goyang. Sebetulnya cukup aman. Tetapi faktor keseimbangan berpengaruh. Kalau saat menginjak undakan di pinggir kemudian ada yang turun maka undakannya akan bergoyang, tepat ketika saya melangkah turun menjejakkan kaki dengan ransel dipunggung. Sukses deh terjerembab jatuh! Jatuhnya itu keren pisan, kaya jatuh bersimpuh di atas bumi. Pas jatuh kakinya menekuk menahan beban tubuh dan tas. Yang pontang-panting si pergelangan kaki kanan. Mata kaki langsung kena, terpelintir. Sakit banget! Beberapa menit tidak bisa bangkit dari posisi bersimpuh kaya abdi dalem di undakan kereta. Dibelakang saya seorang nenek tua bertongkat, turun dengan selamat dan sukses dituntun cucunya. Yeay! Udah nggak inget malu, abis lebih konsen ke sakit di pergelangan kaki.
Trip Sederhana
daughter & niece |
Tadinya saya berpikiran untuk full skedul di Solo mengatur itinerary, perjalanan kesana kemari yang padat. Bahkan berpikiran ingin ke Yogya juga ketemu beberapa teman naik kereta pramex. Tapiii... that's why kali ya. Disuruh benar-benar istirahat oleh Tuhan! Kaki keseleo gitu kan malas mau kemana-mana, soalnya jalan saja diseret-seret persis keong. Bicara keong? Nanti saya lanjutkan deh. Jadi hari pertama datang kemudian sarapan nasi liwet lalu tidur dulu dirumah teman saya (abis semalaman nggak tidur sama sekali, nyawa seperti 1/2 melayang). Bangun kemudian menjemput teman di kantornya, sore kami makan ke Resto Kusuma Sari. Lalu menjemput keponakan saya yang baru kost di belakang Regina Pacis Solo. Kasian juga, anak 15 tahun ditempatkan kost jauh dari orang tua langsung kurus dan terlihat 'banyak pikiran.' Harus menyesuaikan diri pula dengan kehidupan Solo/ Sekolah Regina Pacis (Ursulin). Saya dan teman kemudian pergi ke Paragon Mall (Haaa? ke Solo kok nge-mall lagi? Waduh namanya kaki keseleo, saya udah males mau kemana juga nggak minat). Saya dan teman saya nonton "The Walk." Putri dan keponakan saya makan serta mengobrol di Solaria karena sudah dua tahun juga mereka tak jumpa! Malam itu putri saya menginap di kost sepupunya. Biar menghayati 'nasib anak kost.'
Pijat Urut
Besoknya masuk dalam pengalaman terunik. Di Jakarta nyari tukang urut kan susah? Di Solo pada hari Rabu pagi saya sudah diajak ke tukang urut. Namanya Bu Bayan. Tentu bukan nama aslinya. Disebut Bu Bayan karena beliau adalah istri Pak Bayan. Ketika kami datang, Bu Bayan sedang sedih merenung dan nonton TV di kontrakannya yang sederhana.Warung sayur-mayur yang ada di depan rumahnya dicuekkin. Rupanya Pak Bayan baru saja meninggal 21 hari yang silam. Maka dari itu kesedihan masih mengganyut di hatinya. Saya sudah ketakutan. Menurut saya pijat urut keseleo itu bisa juga dijadikan salah satu adegan sadis dalam film. Abis keseleo diurut, sakitnya maaaak! Tapi kalau engga diurut, saya nggak bisa cepat sembuh dan berjalan-jalan! Thank God, Bu Bayan memang ahlinya. Metode urutnya halus dan tidak kasar. Sehingga hanya menyentuh urat-urat yang salah dan mengembalikan pada jalur semula dengan lembut. Beberapa kali memang menjerit karena sakit, tetapi tidak sampai menangis-nangis minta ampun, bwahahaha...!
Pijat Lulur
Rumah Joglo |
Setelah mandi, kami makan siang lagi di Kusuma Sari. Kemudian jalan-jalan ke Pusat Grosir Solo. Sebenarnya saya berharap mendapatkan baju atau oleh-oleh yang berkualitas bagus dan harga terjangkau. Agak kecewa juga ternyata yang banyak dijual justru batik printing dengan kain yang serba kaku. Ada beberapa batik cap namun harganya juga sudah lumayan. Tetapi paling tidak saya sudah pernah ke Pusat Grosir Solo walau hanya sejenak. Dan saya tahu busana-busana seperti apa yang kira-kira dijual disitu. Siang harinya kami janjian dengan salon langganan. Tadinya saya pikir salonnya apakah akan menggunakan ramuan tradisional khas jawa gitu. Ternyata salon biasa saja. Tapi pijetannya lumayan. Pemijatnya bernama Mbak Nur berasal dari Ngawi. Berdua dengan adiknya yang cantik Mbak Ummi mereka membuka salon. Bahu-membahu. Kakaknya ahli pihat dan lulur, adiknya ahli gunting, make-up dan creambath. Pelanggan datang berdasarkan appointment. Jadi sebaiknya menelpon dulu dan minta waktu. Menyenangkan. Jadi segar setelah dipijat. Sehari itu saya pijat 2x! Wouw banget deh!
Surprise Party
Sahabat lain datang dari Jakarta. Rupanya ingin berkunjung ke Bromo/Tengger. Menyupir sendiri liwat pantura (#geleng-geleng kepala oleh semangatnya). Istirahat dilakukan di Solo karena dianggap 'titik tengah' dan ada saudara yang hendak dijemput diajak ke Malang (sekaligus menjadi driver/ supir kedua). Yang datang pada hari itu tepat sedang berulang-tahun! Saya dan putri saya lalu mengkhususkan diri datang ke acara ulang tahun tersebut. Menurut saya menjadi surprise party karena yang berulang tahun dan tamu-tamunya adalah pendatang di kota Solo. Sahabat saya tak menyangka bahwa kami semua akan berkumpul di hari ulang tahunnya di Solo. Kami makan di hotel dan resto "Omah Sinten" di daerah Ngarsopuro. Tempatnya unik dengan nuansa Jawa yang sangat kental. Saya perhatikan juga ada beberapa tamu asing/bule yang datang dan berkunjung kesitu. Menurut berita yang berhembus tempat tersebut 'masih' milik Pak Presiden RI kita, namun dikelola oleh teman dekat beliau. Benar-tidaknya? Wah, nggak tahu..he-he-he..
Keong Racun
Solo surga Batik, selain Pekalongan & Yogya |
Hari kamisnya sepanjang pagi hingga siang dan jelang malam masih ada acara lain yang saya lakukan bersama dengan putri saya. Tapi acara tersebut tidak akan saya bahas dikarenakan ada kejadian lain yang lebih heboh. Layaknya drama, beginning and ending saya kali ini benar-benar seolah liburan yang harus dipetik maknanya. Kamis malam saya pergi makan wedangan alias lesehan. Entah karena salah makan, entah karena perut saya cari perhatian bersaing dengan mata kaki kanan saya, saya merasa keracunan makanan! Memang saya makan sate semacam keong kecil-kecil. Saya tidak memperhatikan dengan baik. Saya pikir sate daging biasa. Semalaman tidak bisa tidur (again) dan perut kembung. Pada Jumat pagi tidak bisa bangun karena seperti masuk angin. Pala pening, hilang nafsu makan dan perut membesar. Bolak-balik ke kamar kecil. Menjelang siang saya makan dengan 'rasa kardus' karena makanan terasa sangat tidak enak! Waduh nanti sore sudah harus pulang karena tiket pesawat sudah dipesan untuk dua orang (iya pulangnya naik pesawat,..horeee,...). Saya sempat berpikir untuk batal pulang karena takut perut bergejolak selama diperjalanan. Untung saja, dua jam sebelum menjelang boarding, perut saya 'menuntut' kembali ke kamar kecil dan melakukan detoxisasi sendiri secara total. Setelahnya saya merasa lebih nyaman (note : perut turunan keraton nyi roro kidul tidak boleh jajan dan makan sembarangan! hadeuuuuh!).
Singa Terbang (Lion Air)
Go Lion! |
Jumat sore, saya dan putri saya duduk manis di bandara Adi Soemarmo. Bandaranya cantik! Kalian pasti suka, bersih, rapi! Banyak cafe/jajanan makanan dan bahkan pernak-pernik batik/suvenir juga dijual di salah satu lorong bandara di lantai dua. Sepertinya counter milik batik keris. Karena saya baru saja melakukan detox, masih lemas. Nggak ada semangat untuk melihat-lihat lebih detail. Beberapa penumpang termasuk saya bertanya pada petugas counter, apakah sudah harus masuk ke ruang tunggu (waiting room)? Para petugas menjawab dengan harga diri yang tinggi, "Harus siap ya Bapak/Ibu. Kami on schedule! Pesawat yang sebentar lagi datang dari Jakarta, pesawat itu pula yang akan langsung membawa Anda semua kembali ke Jakarta!" Siap komandan! Buset, kayak angkot aja bolak-baliknya nih pesawat! Bathin saya dalam hati. Tapi petugas itu tidak berbohong. Pesawat memang sedikit meleset dari jadwal namun hanya beberapa menit. Pesawat Boeing yang cukup besar dengan nomor dudukan 1-39 dengan alphabet A-F. Saya perhatikan sih semua kursi terisi penuh. Jadi kira-kira 240 orang sekali angkut. Wouw! Pesawatnya baru, bagus, bersih, AC nya moncer! Bagasi juga lapang. Pramugarinya cuantiikk-cuannntiiik. Bravo Lion Air! On time pula!
Selamat Tinggal Kenangan |
Ke Jakartaaa akuuu kan kembaliiii....iiii. walau apapun yang kan terjadiiiiii... Jadi balik deh ke Jakarta. Tiba di terminal tiga yang bersih, gede dan nyaman. Agak sepi karena Jumat malam. Dijemput suami tercinta. Bah! Macet pula. Datangnya ke bandara macet. Pulangnya juga macet. Kata beliau. Kalau diingat selama di Solo kemana-mana naik taksi hanya pada kisaran ongkos Rp. 20,000,-. Kangen rasanya, hidup yang serba alon-alon asal kelakon. Hidup yang mengalir, santai dan lembut seiring irama lagu gendhing Jawa, seiring kayuhan becak dan aliran sungai Bengawan Solo. Makna liburan kali ini: harus bersyukur, mengerti bedanya naik pesawat dan naik kereta. Apapun yang diberikan kehidupan dirayakan dengan sukacita. Dan barangkali menulis harus dimaksimalkan lagi agar menjadi suatu prestasi dan tidak lalu cepat berpuas diri serta mandeg begitu saja (eh, kan saya udah nulis sepanjang ini yaaa... ini udah stamina pembalap formula one!). Kembali lagi ke Jakarta memainkan lagi emosi wajah, sabar dengan kemacetan, tabah dengan biaya-biaya jreeng yang membuat wajah tercengang saking mahalnya. Whaddeevver... Mungkin someday saya akan tinggal di Solo saja. Bertanam kacang panjang... or do something like that. Good idea... Sekarang? Nyanyi dulu... Ke Jakartaaa akuuu kan kembaliiii....iiii. walau apapun yang kan terjadiiiiii...
Perjalanan yang menyenangkan...ketemu sahabat yang memaknai hidup, wow jadi ngiri nih.
ReplyDeleteyooo Mbak Fabina mau jalan kemana...tak temani...
DeleteKomentar saya sama seperti Mbak Fabina, jadi iri :)
ReplyDeleteHalaaah tinggal memanggul ransel...dan lakukan!!!
Delete"someday saya akan tinggal di Solo".. i wonder, jangan2 apa yang ada di benak kita tentang Solo hampir sama kakak.. :)
ReplyDelete"Apapun yang diberikan kehidupan dirayakan dengan sukacita"... (y) :)
abis kotanya Ayem Tentrem ya..Yogya malah udah agak keramean buatku..
Delete