Wednesday, October 21, 2015

Go Solo (4) Museum Radya Pustaka

Makara - pajangan undakan Candi Prambanan
Pagi itu sepertinya saya dan putri saya adalah pengunjung pertama yang tiba di Musium Radya Pustaka. Seneng! Seru! Isinya barang-barang peninggalan keraton dan arca-arca purbakala. Sayangnya musium ini kurang terawat. Tiket masuknya juga relatif sangat murah hanya Rp. 5000,-, padahal isinya adalah benda-benda berharga. Peletakan benda-benda juga agak membingungkan tidak ada alur cerita yang jelas. Di bagian depan banyak mata tombak. Ditengah ada pelataran luas yang isinya gamelan dan alat musik tradisional. Ketika saya menengok ke belakang liwat jendela, ada semacam gubug atau bedeng tripleks. Padahal menurut saya rumah yang digunakan sebagai musium terlihat kuno, antik dan gagah. Kalau saja kebersihan dijaga, dibuat taman dan disamping atau bagian belakang bisa dibuat mini cafe untuk pengunjung bersantai/ istirahat. Isi cafenya bisa wedang jahe, kunyit asem, beras kencur, teh tubruk dengan jajanan model bitterballen, croissant dan poffertjes. Lho,..kok jadi dagang sendiri, Bu? He-he,...

welkom to Radya Pustaka
Thus, tidak ada pemandu/guide yang mendampingi. Sesampainya di pintu depan musium, kami bayar tiket 5ribu. Mas-nya yang jaga tiket agak lucu. Jadi dia harusnya berdiam di semacam box/ tempat loket. Tapi box loketnya itu sangat sempit dan (maaf) kayak agak reyot. Jadi ketika si mas-nya mau menjual tiket kepada kami dan buru-buru masuk ke dalam, box itu malah meluncur terdorong ke depan. Ia harus menarik mundur sedikit box yang menjadi 'kandang'nya berjualan tiket. Hadeuh! Kok jadi kayak tukang bakso, Mas? Tapi udah deh modal lima ribu rupiah kami mulai melangkah masuk ke dalam. Rumahnya anggun, adem dengan lampu-lampu kristal. Model rumah Belanda jadoel. Entah kenapa, saya pikir barang-barangnya agak debuan? Apakah jarang di lap? Nggak mudheng saya? Atau pencahayaan yang memang temaram? Atau memang barang lama/antik jadi semuanya suram kayak gitu? Lucunya benda yang paling saya sukai adalah 'kepala haluan kapal.' 

Ini yang di sebut 'Cantrik' haluan kapal
Haluan kepala kapal di sebut CANTRIK. Catat ya... cantrik bukan cantik. Jadi entah jaman Majapahit atau Singosari, leluhur sudah mampu membuat perahu-perahu raksasa untuk pesiar (edan?!). Itu pakai hiasan di haluan atau pada ujung depan perahu/kapalnya. Nah, haluan ini dipajang di musium Radya Pustaka. Besar, ukurannya sebesar kambing gitu. Sayang tidak ada guide yang menjelaskan jadi saya hanya mengira-ngira sendiri. Kalau hiasan ujung kapalnya saja sudah sebesar itu, kapalnya cukup besar juga untuk ukuran masa lalu. Bisa membuat kapal pesiar dengan hiasan yang menyerupai kepala 'buto' atau mahluk raksasa, keren juga. Pakai alat apa ya? Kan jaman dulu alat pertukangan belum ada? Tapi itulah hal yang membuat saya menyukai musium, kadang-kadang ingin bertanya pada roh-roh yang sudah tiada. Pada jaman dulu kalian dapat menciptakan ini-itu dengan cara apa? Bagaimana daya upayanya? Kok bisa?....Poto cantrik yang saya sukai akan saya pajang di tulisan ini, wajah buto-nya lucu menggemaskan dengan rambut tebal panjang. Iyalah, saya besar di jawa tengah... waktu SD setiap hari menonton acara tari Jawa di TV yogya, saya suka topeng2x buto. Hihi...
Apa Horoskopmu? 
Pajangan kedua yang menarik perhatian saya adalah 'Pawukon Jawa' alias horoskop Jawa. Ada sederetan foto wayang di dinding. Banyak banget itu menandakan weton atau pawukon atau horoskop kelahiran. Lagi-lagi karena tidak ada guide jadi bingung sendiri. Saya harus nanya mbah google. Jadi gini pawukon jawa ini banyak banget, sedangkan horoskop biasa kan hanya ada 12 rasi bintang. Jadi kalau hitungan Jawa itu sebenarnya ada berapa jenis bulan/horoskop? Kalau nggak salah seminggunya ada 5 hari, bukan 7 hari, yaitu : pon, wage, kliwon, legi, paing. Karena saya berdarah campuran macam-macam, pengetahuan semacam ini juga mengambang, tidak begitu jelas. Tahu tetapi tidak hingga detail. Penasaran juga dan ada cerita di pawukon itu tapi saya tidak sempat baca karena sahabat saya, Galuh mendadak menilpon dari Yogya. Menanyakan sampai kapan saya akan berlibur di daerah sana. Ia kecewa ketika saya katakan Jumat sudah akan balik Jakarta. Saat sedang berbicara dengan Galuh melalui telepon, mata saya tertumbuk pada pajangan medali atau mata uang yang namanya juga 'galuh.' Coin jaman dulu, ukurannya kecil banget. Kebetulan teman saya Galuh juga kecil mungil, cocok dengan simbol medali coin tersebut. Hi-hi,...

Galuh = medali? atau coin?
Sembari kami asyik melihat-lihat, seorang bapak liwat sambil menyapu-nyapu, "Hya,..jam sepuluh baru nyapu Pak?" Tapi saya nggak beneran nanya, cuma mbathin saja. Kalau ditanya apakah Radya Pustaka bagus? Kata saya sih bagus banget, banyak benda seni dan kenangan-kenangan masa lampau yang dipajang. Jadi kagum karena kerajaan di tanah air khususnya di Jawa jaman dahulu itu sudah pandai, agung dan digdaya. Ada tombak-tombak yang saya bingung jaman dulu itu pandai besinya gimana cara bikin kayak gitu? Apalagi kalau pesanan mata tombaknya banyak? Kan nggak ada pabrikan tho jaman dulu itu? Semua diolah menggunakan tenaga dan kedua belah tangan? Menurut kawan saya lagi yang berdomisili Solo, kabarnya saat ini sedang ada sengketa tanah peruntukan Taman Sriwedari dan Musium Radya Pustaka. Hya, ampun...Sesuatu yang harusnya dilestarikan dan dijaga dengan baik yaitu budaya leluhur mbok ya jangan dijadikan sengketa...Biarkan benda-benda ghaib itu hidup tenang dalam keanggunan masa lalunya!

Monggo pinarak - Radya Pustaka!

2 comments:

  1. Iya Mbak, kesan berdebu dan kurang teratur itu memang ada di Radya Pustaka.
    Kalo ndak salah disana juga ada perpustakaan literatur Jawa, sayang, seniget saya kita ndak boleh masuk kesana.. :(
    Konon juga katanya, yang bekerja di Radya Pustaka itu termasuk bagian dari abdi dalem Kraton Kasunanan (entah benar atau tidak), gajinya pun tak besar bahkan bisa dibilang sedikit. Konon pula, katanya, benda2 pusaka di Kraton Kasunanan itu juga sebagian ada yang diperjualbelikan pada kolektor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduhhh ..padahal kataku benda bendanya bagus bagus...sayang kurang terawat..aku paling suka benda benda antik gitu..temanku byk yg takut setan dst...kalo aku melihatnya sebagai barang kenangan...dulu ada manusia lain yang bersentuhan dengan barang barang tersebut..:)

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.