Pasar antik Triwindu adalah salah satu destinasi wisata yang nggak ada salahnya ditengok ketika kita jalan-jalan ke Solo. Tapi namanya juga pasar antik jadi ya harus siap dengan barang antik dan harga yang juga antik. Maklum saya tidak paham pasaran harga barang antik sehingga kalau kepasar ini agak bingung. Apakah harga yang diberikan sudah setimpal? Atau kemahalan? Atau kemurahan? Antiknya itu macem-macem. Nah, kemarin saya sudah menemukan beberapa helai selendang batik tulis lawasan kecil-kecil. Bagus sih! Nyaris saya beli dengan harga yang relatif murah (dibawah Rp. 50.000,- per helainya). Transaksi ini mendadak batal ketika saya perhatikan : kainnya bolong! Bwahaha.... Antik sih, tapi apakah iya kain bolong juga harus saya beli? Karena ragu takut membeli barang aneh dengan harga mahal, akhirnya hanya melihat-lihat saja.
Barang yang paling saya sukai dipasar ini adalah radio antik. Radio jaman dulu itu gede banget, menggunakan kayu dan semacam beledu/kanvas sebagai penutup speakernya. Tapi nggak jelas juga kalaupun radio ini dapat beroperasi dengan baik, apakah iya masih ada siaran radio gelombang "AM" pada jaman sekarang? Sekarang ini radio mengudara pada gelombang "FM". Kebalikannya jaman dulu hanya ada gelombang "AM." Jadi kalaupun punya radio antik yang lucu dan bisa dinyalakan, lalu nggak ada yang siaran, kocak juga! Begitulah resiko beli barang antik. Ibu saya pasti akan menjerit jika melihat saya belanja barang-barang semacam ini, "Barang rombeng dibeli untuk apa?" Padahal saya sangat suka. Saya banyak mengenang tentang oma dan nenek yang lain dengan melihat barang-barang rombeng yang karatan itu. Tatakan gelas, ceret dan panci djadoel.
Jalan-jalan di triwindu tidak lama saya lakoni karena memang ada kebingungan itu. Mau beli apa? Harganya berapa? Kalau udah dibeli, bawanya repot! Gimana nggak repot, yang dibeli pigura klasik, setrikaan lama, kain-kain batik lama, keramik tempo doeloe, lampu betawi antik. Barang-barang gitu kan berat dan sudah mengangkutnya. Salah-salah, udah dibeli malah rusak karena metode membawanya asal-asalan. Jika Anda ingin membuat cafe dengan sentuhan masa lalu, membuat rumah dengan dekorasi yang serba jadoel, unik dan antik, maka pasar triwindu akan menjadi ajang yang tepat untuk memuaskan keinginan Anda berburu barang-barang semacam ini. Saya akhirnya hanya membeli dua replika poster lama. Piguranya akan saya beli sendiri di tetangga depan rumah yang kebetulan ahlinya pigura. Lha, kalau bawa pigura dari Solo repottt beneeeer,...
Pasar Triwindu: Jl. Gatot Subroto, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57131
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.