Showing posts with label Komunikasi. Show all posts
Showing posts with label Komunikasi. Show all posts

Monday, August 29, 2016

KDRT yang benar adalah Komunikasi Dalam Rumah Tangga

Marriage is not for everyone. Iya benar. Pernikahan itu memang bukan untuk semua orang. Karena pernikahan menggandakan semua masalah dari satu menjadi dua. Dari satu kepala menjadi dua kepala dan saling berbenturan. Menggandakan berkah? Belom tentu! Iya kalau peruntungan sepasang sejoli membaik selama jalannya pernikahan. Bagaimana jika memburuk lalu ambruk? Cita-cita masing-masing individu tak kesampaian. Karir masing-masing mentok. Harapan rumah tangga mencapai masa gemilang hanya pepesan kosong. Membesarkan anak dilakukan pula dengan cara kedodoran. Most of the time saya berpikir bahwa pernikahan bukan untuk saya. Pernikahan membuat saya banyak berkorban dan merugi besar. Tapi ternyata saya tetap menikah juga (masih)!

Anehnya pernikahan ini dalam beberapa tahun lagi akan mencapai angka 20 tahun pernikahan. Pertengkaran-pertengkaran kami mulai memasuki "Era GAK MUTU". Era PIL, WIL dan BOKEK sudah terlewat dalam bab-bab sebelumnya. Pertengkaran masa lalu itu sudah terjawab dengan kata-kata mutiara, "Emang masih ada yang mau sama elo? Kalau masih ada yang mau, silahkan...!" Kemudian masalah bokek pernah terjawab dengan latihan ketabahan, ketika kami sekeluarga (termasuk anak) hanya menyantap nasi goreng curah yang dibeli di warung depan rumah selama beberapa hari berturut-turut. Saking nggak ada duit sama sekali. Itupun masih termasuk bagus kali ya, nggak sampai ke level nasi ikan asin, indomie atau bahkan nggak bisa makan selama seminggu. 

Pertengkaran "Era GAK MUTU" sifatnya insidental dan sangat aneh. Misalnya begini. Suatu hari saya dan suami harus kondangan ke lokasi dekat rumah dengan berjalan kaki. Mosok jarak 200 meter harus pake mobil? Acaranya jam 11 siang. Itu adalah jam yang sangat saya hindari untuk berjalan keluar rumah. Saya sering kecentilan dengan "menolak keras sinar UV". Saya tahu benar bahwa sinar matahari hanya aman untuk kulit dibawah jam 8.30 pagi. Sisanya siap mengeringkan kulit dan berfungsi mengumpulkan kerut. Kalau ketemu sinar matahari siang biasanya saya akan lari-lari lebay dan selalu berlindung di tempat gelap/teduh (mungkin sebelum reinkarnasi saya adalah vampir?). Kalau kepanasan saya juga sering mengeluh panjang pendek. Hingga pernah satu kali sahabat saya membentak, "Kamu sebentar lagi akan meleleh atau bagaimana?" Yah, setiap manusia punya sisi jelek dalam dirinya. Mungkin saya = lebay.

Maka dari itu saya memaksa suami membawa payung besar yang mudah dibuka dan dapat dipakai untuk berteduh berdua (memang lebay kelas dewa!). Tentu saja suami menolak. Panas terik kok malah membawa payung raksasa. Ke acara kondangan pula. Gila kali? Ia memaksa saya membawa payung yang kecil. Dengan alasan ia tidak butuh berteduh di bawah naungan payung. Silahkan saya berpayung sendiri sepuasnya. Saya agak jengkel karena saya sudah mengatakan bahwa saya yang akan membawa si payung raksasa tanpa rasa malu. Saya akan cuek menyenderkan payung atau meletakkan payung di lantai dalam acara kondangan tersebut demi keselamatan kulit saya. Payung adalah anti oksidan yang realistis dari UV. Saya sudah tahu bahwa payung kecil mulai rusak karatan dan sulit dibuka. 

Payung lalu menjadi sumber pertengkaran kami dalam perjalanan menuju acara kondangan. Saya jengkel karena masalah membawa payung saja saya tidak diijinkan alias didikte. Dan sepulangnya acara saya makin marah karena payung kecil sungguh sulit dibuka bahkan gagangnya copot ketika ditarik! Sehingga selama beberapa menit di perjalanan pulang saya terpanggang sinar UV jam 1 siang dan ini adalah hal yang paling saya benci. Terpaksa saya setengah berlari pulang meninggalkan suami supaya cepat terbebas dari sengatan UV. Sesampainya di rumah payung kecil langsung saya lemparkan ke sudut dengan mendongkol. Sementara suami sengaja berjalan pulang berlambat-lambat seolah menikmati sengatan matahari terik jam 1 siang itu sebagai bagian dari spa alam. Itu adalah salah satu contoh pertengkaran era gak mutu.

Kali lain saya membeli juice tiga gelas : dragon fruit, banana-strawberry dan mangga. Saya membayar lunas dan mendapatkan dua juice karena ternyata juice buah naga (dragon fruit) sedang dibuat. Maka saya harus menunggu. Tiba-tiba saja suami muncul dan melihat dua juice yang ada di meja. Kegemarannya adalah juice buah naga. Saya hanya berkata singkat sambil cuek, "juice buah naga sedang dibuat,..." Lalu suami mengangguk dan melangkah pergi. Biasanya ia akan membeli beberapa makanan yang ia sukai seperti sushi. Tak lama kemudian juice buah naga sudah siap dalam gelas plastik dan saya ambil dari counter karena sudah dibayar. Saya lalu kembali asyik bermain hape. Tiba-tiba saja saya lihat suami sedang mengambil juice buah naga! Rupanya ia sudah membayar dan membeli segelas lagi. Buset! Nggak konek,..

Saya berteriak tapi segalanya sudah sangat terlambat karena juice telah dibayar di cashier. Struk telah dikeluarkan dan buah naga telah di blender. Total kerugian mencapai Rp. 12.500,- . Lalu kami mulai saling berteriak dan bertengkar. lutuna lutung kasarung,... "Kok nggak bilang kalau juice itu sudah kamu bayar?!" Adalah protesnya yang pertama. Saya ngamuk, "Kamu nggak nanya udah dibayar apa belum. Mosok saya langsung kasih pengumuman? Lagian biasanya kamu pergi hanya untuk beli sushi!" Lalu kami saling merepet satu sama lain dan saling menyalahkan karena ada seseorang yang begitu goblog dan membiarkan juice buah naga dibeli hingga dua kali. Seorang oma-oma yang baru menyantap es magnum di sebelah meja menatap pertengkaran kami dengan pandangan ngeri. Dua karyawan yang ikut di dalam lift sempat pula mendengarkan jejeritan kami berdua dan sangat paham mengapa kami saling mendiamkan bete.

Setelah keluar lift, kami yang masing-masing tergopoh-gopoh repot dengan dua tangan membawa dua gelas juice dan membawa tas di bahu kanan-kiri mulai lagi saling bertengkar. Pertengkaran terhenti di area parkir setelah suami mengeluarkan jurus komunikasi terbaiknya: membentak 'diam kamu!' Saya langsung berhenti merepet. Mungkin jika itu adalah pesawat turbo dengan kecepatan supersonik ia langsung meledak dan hilang jadi debu di angkasa. He-he-he,.. Saya diam bukan karena takut. Tapi saya pikir memang perjuangan untuk kemenangan juice buah naga ini tidak pantas lagi dilanjutkan. Hi-hi-hi,.. Di mobil saya sindir lagi, "Menanggung kerugian dua belas ribu lima ratus rupiah saja istri sendiri diomeli habis-habisan. Bagaimana jika istri tersebut membuat kerugian dua belas setengah milyar rupiah? Dibunuh?" Pendek suami menjawab, "Gantung!" Hi-hi-hi,..

Ya begitulah! Menikah memang tidak untuk semua orang. Hanya untuk orang-orang yang terpaksa sudah telanjur menikah. Menikah adalah untuk mereka-mereka yang bisa mengartikan KDRT sebagai komunikasi dalam rumah tangga. Tahu kapan saatnya merepet dan tahu kapan saatnya mingkem. Sejak tahun-tahun awal pernikahan saking tobatnya menyesuaikan diri satu sama lain saya sering berkomentar, "Saya coba menyabarkan diri ya! Saya bertahan karena kamu sudah saya anggap seperti saudara/kerabat! Saya kasihan sama kamu,..." Lalu suami menjawab dengan nyontek, "Sama dong! Kamu juga sudah saya anggap seperti saudara saja. Apalagi saya, udah nggak tahan banget! Bener, cuma kasihan aja,.." Ya begitulah KDRT, komunikasi dalam rumah tangga. 

foto: berbagai sumber

Saturday, October 10, 2015

Momon, Kenapa Harus Jadi Beban Pikiran?

Surat nyampah tentang Momon tersayang,...

Momon adalah adik perempuan yang kutemukan somewhere out there. Ceritanya panjang, lebar dan menyedihkan, awal perjumpaanku dengan si Momon. Tapi sejak hari pertama kami berkenalan, persaudaraan ini tiada henti. Padahal jarang ketemu, paling dua atau tiga kali dalam dua tahun. Tapi karena Momon dan aku berbagi pengalaman pahit bersama, tidak ada yang kami sembunyikan dan tidak ada yang kami jaimkan satu sama lain. Kadang-kadang aku sedikit ketus dan tega pada si Momon. Abis capek, ngasih tahu dan ngasih nasihat, masuk kiri keluar kanan. Aku ingin Momon jadi kembang yang sungguh mekar. Do something or be someone!

Gini,... aku ngeliat Momon persis kayak diriku bertahun yang silam. Sifat dan keras hati yang sama persis. Rasa sensitif yang sangat tinggi. Dulu teman-temanku takut salah bicara denganku. Balik lagi menyalahkan masa kecil yang tidak bahagia, kayaknya seperti lingkaran setan yah? Ya pokoknya 'sensi kelas kakap.' Dulu aku nggak ngerti, kenapa sensi? Ternyata diam-diam aku suka nulis! Dan dulu nggak nulis. Jadilah sensi. Semua masuk ke hati, jengkel, dongkol, kecewa dan sebagainya. Masalah kecil jadi besar, masalah besar jadi malapetaka. Duh! Ga abis-abisnya tiap hari ngegerundel, hidup ini totally sh*t! Menulis akhirnya menjadi pelepas stress, terkadang nyampah abis!

Itu dulu! Sekarang,... (kayak iklan aja!). Pokoknya itu dulu ketika semua hal hanya jadi beban pikiran dan tidak dituliskan. Nah! Aku lupa kapan tepatnya ya? Mungkin sejak ibuku tiada, aku jadi terlepas beban. Dulu semua serba menakutkan, penuh kehati-hatian karena aku takut mengecewakan ibuku. Momon mirip aku dimasa lalu. Tapi berkebalikan denganku, masalah Momon mungkin adalah dengan bapaknya. Bukan dengan ibunya. Masalahnya apa aku sendiri nggak jelas dan nggak tahu. Mungkin diam-diam Momon kesal atau kecewa pada bapaknya. Diam-diam Momon punya harapan tinggi pada bapaknya. Atau sebaliknya bapaknya yang punya harapan besar pada si Momon. Aku nggak tahu, tapi aku merasa yakin masalah Momon adalah dengan bapaknya,...

Di hidup ini ada 'belitan nasib' yang kadang tidak kita sadari bahwa penyebabnya adalah karena kita terlalu mengikatkan diri pada satu hal. Ada 'belitan nasib' yang biasanya mengikatkan kita dengan orang terdekat, bisa ayah atau ibu. Ada yang salah dalam hubungan-hubungan itu. Ibu yang salah berlaku, ayah yang salah bertindak, anak yang sudah diluar kendali orang tua. Biasanya tentu saja anak-anak yang sudah sangat kurang ajar atau level durhaka. Tidak bisa dijelaskan kenapa belitan-belitan nasib ini terjadi. Biasanya sih memang dari perilaku diri sendiri. Kurang disiplin sebagai ayah, kurang lembut sebagai ibu. Dan sebagainya. Melahirkan anak-anak yang resah dan mudah galau. Banyak pula anak-anak yang berusaha benar walaupun dibesarkan dengan cara-cara yang tidak benar, inipun menimbulkan galau,...

Setiap hari Momon 'curhat' padaku, "Cicie, aku putus dengan cowokku dikantor dan jadi bahan ledekan serta olokan oleh teman-teman yang lain." Besoknya Momon 'curhat' lagi, "Cicie aku disuruh melatih anak junior magang. Bodohnya minta ampun, Cie. Aku naik darah ngajarin orang kayak gini,..." Berikutnya Momon kesal lagi karena ada teman yang berlaku culas, "Aku udah benci temanku itu Cie,... di depan gayanya baik banget. Di belakang ternyata dia jelek-jelekin aku. Memfitnah aku,...Aku muak Cie,..." Aku senang mendengarkan curhat Momon dan mencoba mencari solusi-solusi. Sebenarnya sampai hari ini aku masih sangat senang mendengar curhat Momon. Kekecewaan dan ketidakpuasan Momon memiliki 'energi'. Sama seperti aku dulu. Kadang kita berniat baik tetapi tidak dihargai, bahkan tidak dianggap. Namun aku nggak mau Momon gitu terus. Mon, aku ulangi lagi : do something or be someone!

Kenapa? Mon,... semua orang mengalami masalah yang sama! Semua orang pernah dicampakkan (even yang nggak ngaku), semua orang pernah dongkol memberi nasihat atau memberi ajaran yang tidak diindahkan (even yang mengaku dihormati oleh semua orang), semua orang pernah ditusuk dari belakang (even mereka yang nggak merasa). That's life! Ini artinya kamu HIDUP, Mon! Selalu ada dan terlibat masalah serta situasi-situasi yang seringkali menjengkelkan... Mbok ya'o akupun pernah dongkol seperti itu. Mending kalo dongkol ke orang-orang yang gak penting kaya masalah kamu Mon (maaf ya..). Aku sering dongkol seperti itu pada ibuku, ayahku, suamiku dan putriku. Itu lebih mencekik perasaan. Kuncinya adalah : BAGAIMANA KITA BERSIKAP. Gak mudah,... tapi harus dilatih. Bahasa Russia-nya Mon : ndablegh,...

Ndablegh itu = Masa Bodoh = Whaddaever = Talk to my hand (ngoceh'o pada telapak tanganku). Iya Mon, ilmu ini gampaaaaaaaaaaaaaang banget, tapi manfaatnya sehaaaaaaaaaaaaaaat banget Mon. Sumpah! He-he-he,... Aku kalo udah capek ngurusin seseorang atau sesuatu, udah langsung cuekkin kelas dewa aja Mon. Dan itu twisted Mon, situasi yang bisa kamu ubah sendiri 180 derajad. Itu sah saja sesuai kata hatimu yang membawa damai. Suatu hari kamu mencintai seseorang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kamu mencintainya hingga air mata terakhir. Kalau dibalas dengan buruk, ya kabur dong Mon? Lha, ngapain bertahan??... Apalagi dibahas oleh orang lain kamu jadi sensi. Nyengir aja, "Duh maap bukan urusan kamu dan aku udah tutup buku!" Orang itu masih ngoceh? Tinggal pergi,... Lalu Mon, masalah naik darah nggak sabar karena sikap orang lain. Biarkan saja. Seseorang yang memang tidak ingin berubah, biarkan saja. Mo nyemplung sumur atau masuk jurang itu hak dia. Itu pilihan dia. Terkecuali untuk anak yang masih dibawah umur, kamu dapat mengarahkan pada kebaikan. Kalau sudah 18 tahun ke atas dan tidak bisa dinasihati, kenapa pusing? Kasarnya: usia segitu seseorang harus udah punya otak! Jadi jangan dijadikan beban pikiran kamu. Masalah orang yang sirik/ mengkhianati/ menusuk dari belakang? Cari teman yang lain Mon,... even penguin di antartika juga banyak! 

Sikap orang lain itu tanggung jawab mereka, Mon. Tetapi sikap kita terhadap orang lain, itu tanggung-jawab kita. Tanggung jawab kemana? Tanggung-jawab kepada Tuhan lah. Jadi kenapa harus jadi beban pikiran? Kamu nggak move-on. Kalau terus ngebahas masalah yang sama. Suasana kantor juga akan selalu sama dimana-mana. Tanyalah seluruh orang dimuka bumi ini, ada nggak yang 1000% di kantor berasa kayak di surga happy-nya luar biasa? Nggak mungkinlah Mon! Akan selalu ada 1001 intrik. I will always be your 'cicie'... I will always be there as your big sista. Aku cuma nggak suka, kamu muter-muter dengan masalah yang sama Mon. You know what, kayak little puppy menggeram dan muter-muter mengejar ekornya sendiri. Nggak akan berhenti, terkecuali kamu sadar. Tujuan lain dari hidupmu... What? KPR rumah? Travelling ke Singapore? Pindah ke Jakarta? Menyelam di Bunaken?... Make a wish and whisper it to the wind,... Raih Mon, raihlah dengan tanganmu,...Mon, do something or be someone! 

I love you Momon,...

foto doc. pinterest

Wednesday, September 30, 2015

Konflik Dalam Negeri

Beda ya, kalau bermusuhan dengan teman. Kalau memang bisa diajak bicara atau konfrontasi langsung akan dapat diungkap hal-hal apa yang mengganggu. Hal yang memberatkan satu dengan yang lain. Bagaimana jika perang dingin ini terjadi dalam suatu perkumpulan organisasi nirlaba? Bersitegang antara orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal sama sekali? Bagaimana jika permusuhan ini terjadi dalam wadah kegiatan yang seharusnya justru berbuat amal atau melakukan sesuatu tanpa pamrih?

Beberapa waktu lalu saya menyaksikan film "The Galapagos Affair: Satan Came to Eden (2013)". Ceritanya jaman dulu banget ada sepasang pria dan wanita yang pindah ke salah satu pulau di Galapagos. Mereka ingin hidup menyepi dan tak mau bergabung dengan manusia lain. Jadi diam-diam pindah ke pulau terpencil. Ketika diketahui oleh khalayak umum, ramailah pemberitaan yang muncul di media massa. 'Heboh Adam dan Hawa menetap di kepulauan Galapagos.' Orang-orang jadi sadar bahwa ada sepasang sejoli yang nekad tinggal berdua saja disitu dan membuka lahan layaknya manusia jaman purba. Segalanya dikerjakan dengan tangan dan dengan bantuan alam. 

Tak lama kemudian datanglah sepasang suami istri dengan anak lelakinya. Istrinya bahkan tengah hamil muda. Berikutnya datang pula seorang perempuan genit dengan dua lelaki. Hanya dengan kemunculan tiga keluarga di kepulauan terpencil seperti Galapagos keadaan menjadi rumit. 'Adam dan Hawa' yang ingin menikmati hidup berdua jadi terganggu. Sementara keluarga yang istrinya tengah hamil juga cukup merepotkan karena harus dibantu untuk melahirkan di pulau itu. Yang paling ajaib adalah perempuan yang datang dengan dua lelaki sekaligus. Perempuan ini memamerkan gaya hidup bebas yang sekehendak hatinya. Kedua lelaki adalah kekasih-kekasihnya. Cita-citanya juga ingin mendirikan hotel di Galapagos, yang tentunya sangat ditentang oleh sepasang sejoli yang pertama kali tiba disitu. 

Dalam waktu yang tak terlampau lama terjadilah tragedi. Lelaki yang datang pertama kali dengan kekasihnya, meninggal karena sakit. Perempuan yang datang dengan dua kekasih, menghilang dengan salah satu kekasihnya. Kekasihnya yang lain ingin segera kembali ke peradaban dengan perahu nelayan, malah terdampar dan mati kekeringan di sebuah pulau tak berpenghuni. Desas-desus menyebutkan lelaki yang datang pertama kali dibiarkan mati sendiri diatas ranjang dikarenakan kekasihnya sudah tidak betah tinggal di pulau terpencil. Sementara perempuan yang menghilang dengan kekasihnya dibunuh dan mayatnya entah disembunyikan kemana. Satu-satunya orang yang mungkin tahu adalah kekasih keduanya yang juga kemudian ditemukan mati terdampar bersama seorang nelayan. Kejadian tersebut berlangsung pada sekitar tahun 1930-an. 

Kemana manusia hendak pergi maka ke situ pula permasalahan dan tragedi akan muncul. Sekalipun manusia hidup terpencil di ujung dunia. Jika wataknya keras atau mudah berkonflik, maka di ujung dunia pun akan muncul permasalahan. Sama seperti permasalahan dalam negeri atau organisasi yang sedang saya geluti. Bagaimana mungkin pekerjaan akan terselesaikan dengan baik jika orang-orang yang ada di dalamnya berseteru? Yang lain suka memimpin dan mengarahkan. Yang lainnya juga demikian. Pendapat yang satu bertentangan dengan pendapat yang lain. Yang ini ingin A dan yang lain ingin B. Akhirnya pekerjaan tak terselesaikan dengan baik. Yang ada silang pendapat. Namun karena enggan berdebat terbuka, justru saling mendiamkan satu sama lain. Kapan masalah akan selesai? Semua orang hanya memberi perintah namun tidak ada yang mengerjakan. Pekerjaannya sesungguhnya bersifat voluntary alias tak dibayar. Bagaimana pula ini? Jika untuk pekerjaan yang tak dibayar saja manusia mudah berkonflik, bagaimana untuk pekerjaan yang dibayar dengan gaji besar? 

Nah, bagaimana dengan diri kita? Apakah kita adalah jenis manusia yang mudah berkonflik kemanapun kita pergi atau justru membawa kedamaian dimanapun kita berada? Si istri yang bersusah payah melahirkan bayinya di kepulauan Galapagos adalah saksi terakhir tragedi yang menyembunyikan banyak misteri tentang tingkah manusia. Ketika diminta pendapatnya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Galapagos, wanita ini tidak mau menjawab. Ia hanya berkomentar pendek, "Mulut yang terbuka akan memudahkan lalat untuk masuk!" Itu benar, bijaksanalah dalam mengucap kepada orang lain. Jangankan memaki, salah bicara, salah maksud atau sekedar menyindir saja sudah mampu menerbitkan benci di hati orang lain. Anak-cucu wanita itu menjadi keturunan yang terberkati, mereka sudah menjadi pemilik hotel dan travel agent ternama di Galapagos. Bayi yang dilahirkannya kini sudah menjadi lelaki tua berusia 90 tahun. Saat manusia muncul di Taman Eden, disitu pulalah setan pada akhirnya akan muncul. (foto natcom.org)

Saturday, August 29, 2015

Jadi Rakyat Bukan Jadi Wakilnya

Tadi itu ada semacam acara perayaan di lingkungan kami. Ada keramaian pesta rakyat. Pastinya ada makan-makan dan minum-minum gratis. Ketika menghadiri acara itu niatan saya dan suami adalah menonton atraksi atau pertunjukannya. Tetapi karena jam-nya memang bersamaan dengan jam makan malam dan tidak ada penjual makanan kami terpaksa 'antri ransum'. Semua makanan dan minuman sederhana disediakan gratis. Sebenernya males ngantri gratisan. Bukannya sok kaya, tapi males berdesakan diantara sejuta umat. Saya paling nggak suka berdesakan kayak jaman Jepang menerima 'jatah beras'. Katanya udah merdeka? Nggak biasa 'jadi rakyat' padahal juga bukan 'wakil rakyat.' Kami orang biasa saja. Tapi perut lapar nih? Kalau pulang dulu atau beli makanan malas balik lagi ke tekape. Ya udah deh saya dan suami ngantri minta makanan gratisan!

Ngantrinya paling akhir, menanti histeria kerumunan bubar. Karena serba gratis memang orang - orang berdatangan dan merangsek masuk dalam antrian pesta rakyat tersebut. Ketika akhirnya saya dan suami mencoba 'berburu makanan.' Dengan susah payah kami memperoleh dua nasi bungkus daun pisang. Diikat dengan karet. Nah, selain makan tentu butuh minum juga kan? Pergilah kami ke sebuah meja yang sepertinya menyediakan semacam es buah gratis. Masih ada beberapa gelas yang terletak di nampan. Baru saja kami memandangi gelas-gelas itu, seorang bapak tiba-tiba muncul dan berteriak seolah kami tuli, "Bu disini makanannya sudah habis Bu! Sudah habis! Sudah nggak ada apa-apa. Silahkan sana ke bagian belakang sana. Disana masih ada!" Terus saya memperlihatkan bahwa kami sudah mendapatkan nasi bungkus, eh Bapak tadi berteriak lagi dengan gegap gempita, "Makanannya sama saja semua! Semuanya nasi bungkus seperti itu. Tidak ada makanan jenis lain! Disini sudah habis!" Ngomong sudah habis itu diulang-ulang seolah saya budeg TOTAL. Dalam hati jengkel tapi saya hanya menjawab, "Pak, saya mau minta minum. Makanan sudah dapat, tapi minumannya yang tidak ada." Bapak itu masih setia dengan misinya mengusir rakyat jelata, "IYA! Minuman juga sudah habis! Tidak ada apa-apa lagi disini. Ibu silahkan ke belakang saja, minta dibelakang sana!"

Dalam hati gondok berat. Karena semalam kami sekeluarga baru saja makan masakan Korea di mall. Beli sendiri dan bayar sendiri lumayan mahal, putri saya berulang-tahun. Ini sekalinya cuma 'nebeng' cari makanan buat ganjel perut ditereakin kaya sekumpulan orang berpenyakit kusta yang mengganggu pemandangan. Apa susahnya sih berlaku sopan? Maaf Bu, sudah habis. Silahkan mengantri dibagian lain. Dengarkan dulu orang cuma butuh minum kok diusir-usir kaya butuh pinjeman lima juta rupiah saat itu juga. Dasar Bapak sempok! Untungnya dalam pesta rakyat itu saya menikmati pertunjukan yang disajikan dan bertemu beberapa tetangga. Kami melepas rindu dengan bercakap-cakap akrab dengan teman-teman itu. Semua berpendapat sama. Pesta rakyat itu tujuannya baik, tetapi dikemas dengan cara yang tidak menarik dan kurang simpatik. Suami lalu berbisik, "Itu tadi ada yang bawa tas plastik kresek! Jadi minta makanan nasi bungkus dan macem-macem itu bisa aja bolak-balik ngantri. Sehingga dapat banyak dan dimasukkan ke dalam tasnya!" HASTAGAH NAGAH BONAR. Pantes yang lain ngga kebagian? Pantesan si Bapak sempok itu galak banget! Ngusir saya dan suami udah kayak pesakitan. Jadi berpikir sendiri. 70 tahun setelah Indonesia merdeka kok orang masih saja rebutan nasi kuning bungkus, teh botol dan es cincau hitam. HANYA KARENA GRATIS? Udah merdeka apa belum sih? Cape juga jadi rakyat, jadi wakil juga nggak pernah. Me, always be : rakyat jelata?

Note: catatan pesta nama paroki

Wednesday, August 12, 2015

Prihatin Yang Sendiri Dan Terbunuh Sepi

Beberapa waktu yang lalu membaca berita pembunuhan asistant presdir sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka rasanya ikut sedih dan prihatin. Wanita cantik yang baru saja menjanda sebulan langsung tewas menjadi korban pembunuhan di sebuah hotel pada akhir 2014. Berita simpang siur, dikabarkan dibunuh oleh pria yang adalah 'teman dekat' korban. Modus seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Yang dulu saya baca, janda muda cantik seksi tinggal di apartment dan dibunuh oleh kekasihnya (yang katanya adalah supir angkot?). Lalu ada mama cantik yang dibunuh kekasihnya di bandara (yang katanya pria jauh lebih muda usia yang sudah berkeluarga juga?). Kenapa orang tidak "MEMBACA" berdasarkan pengalaman orang lain, lalu waspada oleh karenanya?

foto : pinterest
Bisa jadi alasan karena adanya perceraian dengan suami. Membuat segala beban kehidupan terasa berat dan penat. Otak juga tak dapat berpikir jernih. Lalu dengan mudah terhibur oleh orang yang pertama kali masuk dalam kehidupannya. Atau orang yang sudah lama dipercaya dan disukai olehnya. Apapun yang terjadi kasus ini sedikit aneh dan membingungkan. Si tersangka tega membunuh adik teman sekolahnya sendiri. Artinya kenal cukup baik. Lalu mencuri mobil dari korban yang sudah tewas dan digunakan olehnya selama berbulan-bulan. Kalau dipikir hati nuraninya kemana? Nyuri mobil dari perempuan yang pontang-panting kerja cari nafkah sembari membunuh yang bersangkutan. 

Mungkin saya kurang kerjaan jadi rajin 'mangkal' di portal berita kriminal. Mungkin karena saya "Agatha Christie"-mania dan bersemangat jika ada kasus-kasus yang sekiranya sulit terungkap. Tapi menurut saya serial "criminal minds" paling asyik untuk memberi pelajaran bagaimana kasus-kasus kriminal dibuka atau dikupas. Profiling atau membuat profile korban dan tersangka adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dari pengumpulan data orang terdekat akan terbuka fakta-fakta yang dapat memberikan alur kemana penyelidikan akan berlangsung. Siapa si korban? Bagaimana sikap dan sifatnya? Siapa si tersangka? Bagamana sifat dan sikapnya? Dari pengumpulan informasi tersebut akan mengarah pada sebentuk kisah. Bagaimana kira-kira terjadinya peristiwa tersebut? Mungkin setelahnya baru dicari alat bukti/pembuktian yang bisa diungkap untuk menjerat pelaku. Kalau berdasarkan omongan tersangka atau berdasarkan gosip rasanya tak mungkin suatu kasus akan terbuka dengan jelas. 

Banyak netizen yang berkomentar negatif dengan kepergian sang wanita cantik bersama 'pria terdekat'nya ke hotel. Kemudian salah seorang kerabat ybs muncul di media sosial meminta maaf dan meminta perhatian publik agar tidak lagi mencaci korban yang kini sudah dikebumikan di kampung halamannya. Iya, kita kan nggak kenal? Bagaimana kita akan menghakimi? Kita tidak tahu apa-apa tentang kehidupan korban dan tersangka. Mungkin jika ada fakta-fakta lain yang lebih banyak terungkap kita bisa mengambil kesimpulan kira-kira apa yang terjadi. Itupun apakah tega, mayat yang sudah berkalang tanah masih akan dikomentari ini dan itu? Lebih baik didoakan.

Kasihan dan prihatin dengan wanita-wanita ini. Menurut saya sebuah hubungan pernikahan yang berakhir tidak seharusnya memutus tali silaturahmi yang ada. Memang itu adalah 'mantan'. Namun sesekali mencari tahu keadaan dan situasinya tidak ada salahnya. Kenapa para mantan suami diam saja? Tidak dicari kabarnya? Keberadaannya? Bu, namanya juga lelaki udah sakit hati. Diobati juga susah,... Where do broken hearts go? Can they find their way home? Back to the open arms of a love that's waiting there,.. (Whitney Houston)

Tuesday, August 4, 2015

Efek Domino Media Sosial

Bagaimana kalau yang terakhir jatuh bukanlah sepenggal kartu domino kecil tetapi kulkas dua pintu yang bunyinya GLODHAAAAKS! Maksudnya apa sih Tan? Gini lowh,... Kalau efek domino itu kan kartu-kartu kecil dijajarkan panjang dan berliku, namun satu gerakan yang salah akan menjatuhkan seluruh barisan kartu. Merusak tatanan yang ada. Bayangkan kalau di ujung kartu ada sebuah kulkas besar dan benda ini sampai terkena dampak domino, saking kuatnya ikut terhempas jatuh ke tanah? Kerusakan dan suara keras bagaimana yang akan kita dengar? 

Banyak orang ingin sekali lekas populer di media sosial. Ada yang berupaya keras, membayar fasilitas medsos, ada yang rajin posting dan shared kemana-mana, ada yang rajin kasih kuiz dst agar blog-nya ramai pengunjung. Saya justru sering takut dan tak yakin. Apa iya pengen blog saya dibaca banyak orang? Blog kadang-kadang berisikan tulisan pribadi/curahan hati. Ada masanya juga happy dan nggak happy. WHAT IF,.. Bagaimana jika, pada suatu ketika kita salah bicara? Kita salah posting? Kita salah berkomentar? Namanya salah, ya seringnya nggak disengaja. Kalau disengaja namanya MODUS. Bisa saja kita lupa bahwa kita pernah berkomentar kasar, posting cerita memalukan atau yang lainnya. Masih ingat kasus gadis yang mengumpat-umpat di PATH dengan kasar lalu masyarakat 'menjatuhkan hukuman' ala medsos pada dirinya? Demikian pula banyak kasus lain sehubungan dengan kebebasan berekspresi di media sosial. Ya seperti itu efek kulkas yang jatuh di ujung kartu domino! Hati-hati.

Lalu apakah jadi takut untuk menuliskan pengalaman dan berbicara dengan bebas? Nggak juga kali ya? Pernah saya menulis lalu setiap saat saya minta pada teman saya untuk memeriksa/membaca apakah tulisan saya pantas dibaca oleh orang lain? Saya sempat menanyakan pada teman saya, "Kira-kira apakah tulisan saya akan menyinggung pihak lain atau tidak ya? Dengan berkisah seperti ini?" Lalu teman saya menjawab, "Win, kamu nggak akan bisa menuliskan apapun juga kalau kamu selalu takut/ragu/khawatir dengan aneka tulisan dan pengalaman yang ingin kamu tuangkan. Apa jadinya kalau tulisan selalu serba terlalu sopan dan datar? Apa yang akan menjadi daya tarik bagi pembacanya? Nggak ada!" 

Saya pikir nasihatnya benar juga! Udah aja sejak saat itu saya tuliskan apa saja yang melintas di kepala, apa saja yang ada dalam benak dan berbagi aneka pengalaman. Takut juga sih, kalau ada efek domino yang merugikan dengan jatuhnya sebuah kulkas di ujung sana. Tapi saya akhirnya memutuskan untuk pede saja, menuliskan hal-hal yang menarik untuk saya kupas. Hak setiap penulis untuk menuangkan imajinasi dan pikirannya ke dalam kanvas goresan pena. Tidak ada pelukis yang dilarang menggaris lurus atau lengkung. Demikian pula tidak ada penulis yang dilarang mengatakan ya atau tidak. Itu hak sang creator yang punya kreativitas. Bagaimana kalau kreativitasnya salah atau menyinggung orang? Kalau memang tidak disengaja ya harus minta maaf, apa boleh buat! Kalau sengaja bikin tulisan yang mengandung huru-hara? Ya, itu namanya memang cari penyakit!

Wednesday, July 22, 2015

Kebijaksanaan Untuk Selalu Menyenangkan Orang Lain

Dalam suatu masa kehidupan, pernah saya merasa sangat sulit berkomunikasi. Bukan karena saya mendadak kaku atau bisu, tetapi karena saya merasa 'dibatasi' oleh sebuah aturan yang tak nampak. Sangat sulit untuk bergerak dan bersuara. Berbicara harus diatur. Bercanda harus diatur. Berkomentar harus diatur. Bisa gila kan kalau segala hal seperti itu harus diatur? Dan terus-menerus pula! Masalah diatur ini bukan baru-baru saja. Tetapi sejak kecil. Saya menjadi seseorang yang terlalu penurut dan 'gampang diatur.' Tetapi efeknya setelah dewasa, ketika melewati sebuah ambang batas toleransi dalam diri, kesabaran akan dapat meledak menjadi sebuah gumpalan kemarahan yang besar. Seperti pesakitan yang terlalu lama dibelenggu, suatu ketika ada sebuah kekuatan besar yang memaksanya untuk melepaskan segala rantai yang mengikat! Criiinnng!!

Ketika terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan saya untuk lebih ceria, lebih bahagia, lebih kreatif, saya menjadi seorang yang pendiam dan tertekan. Kadang-kadang saya diam karena saya sudah sangat hafal dengan watak seseorang atau lingkungan komunitas dimana saya berada. Dan saya tahu persis hal-hal yang akan memicu perseteruan atau permusuhan. Saya tidak bisa sembarang merespon atau menolak hal-hal yang menjadi keinginan mayoritas atau hal-hal yang dipaksakan oleh satu pihak sementara yang lain gemar membeo saja. Saya ingin mendapat kejelasan, "Kenapa saya harus berkata IYA? Kenapa saya harus SETUJU dengan pendapat Anda? ALASANNYA apa?" Lalu dengan parameter pendidikan yang saya miliki, buku-buku yang saya baca, usia dan pengalaman hidup, saya merasa MAMPU untuk menimbang apakah SAYA AKAN SETUJU atau TIDAK SETUJU. Singkatnya mungkin saya sudah EsTeWe dan inginnya hanya merespon dengan satu reflek kalimat, "Hei, ...saya bukan anak kecil lagi! Saya tahu apa yang terbaik untuk saya. Setidaknya ijinkan saya belajar mengambil keputusan yang saya inginkan sendiri. DAN BERHASIL atau TIDAKNYA atas dasar keputusan itu adalah resiko SAYA."

Saya ulang lagi kata-kata mutiara yang sangat saya sukai, "MENJADI TUA KARENA PERTAMBAHAN USIA ITU TAKDIR, TETAPI MENJADI BIJAKSANA SEIRING DENGAN BERTAMBAHNYA USIA ITU PILIHAN." Jadi ada momen-momen dimana kadang saya tidak setuju dengan pendapat orang lain tetapi saya 'terlalu sopan' untuk berteriak atau mengatakan TIDAK SETUJU. Akibatnya saya hanya menjadi diam dan pasif. Kenapa saya tidak bisa sembarang mengungkapkan ketidak-setujuan kepada sembarang orang? KARENA: ada orang yang BISA menerima perbedaan dan berkompromi atau beradaptasi dengan perbedaan tersebut. Ada orang yang TIDAK BISA menerima perbedaan dan MEMAKSA orang lain untuk sependapat dengannya. Sementara sekali lagi, 'untuk bersikap sopan' saya tidak mau berkonflik, membantah apalagi bertengkar. Situasi semacam ini jika dihadapi dalam sebuah komunitas besar atau lingkungan yang semuanya sudah memiliki watak seragam seperti koor atau paduan suara maka akan membuat seseorang yang berbeda menjadi 'si aneh.' Weirdo. Nah, pernah dalam suatu masa kehidupan itu saya merasa saya adalah orang yang paling 'aneh' dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Saking tidak ingin lagi berantem, merasa tidak cocok, benci, sirik atau ribut dengan orang lain, saya menjadi si pendiam yang tertekan. Pernah saya membayangkan diri saya kemana-mana dengan menggendong seekor kucing atau memeluk boneka Teddy Bear dan saya hanya bersedia bicara dengan kucing atau boneka yang ada di pelukan saya. Yang paling sering saya membayangkan diri saya meringkuk, menunduk, menutup mata disebuah sudut dengan kedua tangan erat menutup telinga. Karena saya tidak mau mendengar apa-apa lagi. Terlalu banyak suara. Saya terlalu lelah didekte sana-sini. Gambaran yang mengerikan bukan? 

Politik adalah 'trik' untuk lolos dari situasi-situasi yang saya gambarkan. Dalam artian bisa setuju atau pura-pura setuju atau terlihat merespon dengan sangat baik terhadap tanggapan orang lain. Padahal dalam hati mencela atau tidak suka atau punya rencanya yang mungkin berbeda 180 derajad dengan yang ditampakkan. Too bad, SAYA TIDAK BISA. Suka atau tidak suka akan langsung tergambar di wajah saya. Dan untuk setiap ketidak-sukaan, saya akan punya alasan WHY. Dan orang-orang yang fleksible pasti akan mencoba mempengaruhi atau mengubah pendapat saya. Ketika pertimbangan saya MASUK pada argumennya dan saya bisa menerima MAKA SAYA AKAN dan HARUS BERUBAH. Karena hanya ORANG YANG BODOH YANG SELALU MENGANGGAP DIRINYA PALING BENAR. Tetapi ketika pertimbangan saya tidak masuk terhadap argumennya alias saya tidak setuju, maka PARA SAHABAT akan menerima sikap saya APA ADANYA. Tetapi orang-orang yang TIDAK SUKA saat pendapatnya ditolak otomatis juga akan langsung merasa TIDAK SUKA kepada saya. Kadang-kadang saya menganggap diri saya bukanlah pemain team yang baik. Mengapa saya membahas panjang dan lebar tentang hal ini? Karena saya sudah sampai pada kebijaksanaan UNTUK TIDAK SELALU MENYENANGKAN ORANG LAIN. Kenapa? Capek hati dong!... Kalau yang disenangkan melulu orang lain, maka diri sendiri akan menjadi terlalu banyak mengalah, berkorban dan being yes Sir person,... Ini bukan masalah egois atau kaku. Tetapi mengerti poin-poin mana yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi kita dan poin-poin mana yang hanya merupakan 'adu emosi' atau bertengkar tanpa guna atau menjadi budak orang lain. Hal-hal yang destruktif. Yup, .. maaf kadang saya bisa tidak setuju dan tidak suka kepada orang lain juga. Inginnya sih menyukai semua orang, tetapi tidak bisa ditampik dalam kehidupan ini akan selalu ada orang-orang yang tidak menyenangkan dan tidak bisa disukai. Makanya saya nggak mau juga selalu menyenangkan orang lain, wani piro? 

Tuesday, July 7, 2015

Saya Berharap Kamu Baik-Baik Saja....

Apa arti kata-kata tersebut? Ketika menyapa dan mengucapkan selamat ulang tahun pada salah seorang teman lama, ia mengucapkan kata-kata itu pada saya melalui halaman Facebook. Entah mengapa kata-kata ini melekat erat dalam benak saya seperti sekumpulan magnet kulkas di kepala. I hope you’re okay,... ‘Saya berharap kamu baik-baik saja,’ katanya. Yang menjadi pertanyaan dalam benak saya adalah, what if I'm not okay? Bagaimana jika keadaan saya tidak baik? Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menolong saya? Kata-kata bisa jadi sangat licik. Kata-kata bisa jadi pengkhianat. Kadang kata-kata bermaksud baik tetapi hanya sekedar kata-kata. Beware, perhatikan siapa orang-orang yang ada disekitar Anda yang tidak banyak berkata-kata namun melakukan apa yang Anda sangat butuhkan, yaitu MENOLONG ANDA. He-he-he,... 

Dalam banyak kesempatan orang sering 'menjual' dirinya dengan kata-kata. Saya begini dan saya begitu. Saya orangnya bla-bla-bla. Lalu ketika tahun-tahun dalam kehidupan Anda berlalu, Anda akan sadar orang tersebut 'memang begitu', hanya sekedar berkata-kata. Memuaskan Anda melalui indra pendengaran, melalui telinga Anda. Menyenangkan jika didengar. Tetapi orang itu sesungguhnya tidak pernah berbuat apa-apa untuk menolong Anda. Orang-orang tersebut hanya berkata-kata untuk mengesankan bahwa ia baik, tetapi tidak ada perbuatan yang nyata atau real dalam bentuk pertolongan. Tong-kosong-nyaring-bunyinya. Banyak sekali orang seperti itu, orang yang berjanji ini dan itu. Orang yang memberikan harapan palsu. Bahkan orang yang dengan sengaja menipu dengan menjual kata-kata manis. Dari kekasih hingga sales panci. Yup, ...dari orang yang paling kita cintai hingga orang yang sekedar liwat dalam kehidupan kita. Akh, cuek aja!

Saya punya kerabat yang sangat galak dan ketus pada semua orang. Caranya berkata-kata kasar dan seringkali setengah membentak pada semua orang. Tetapi kata-katanya kalah dengan perbuatannya. Ia sangat murah hati dan menolong semua orang yang ada disekitarnya. Uang tidak menjadi masalah bagi dirinya untuk dibagikan dan diberikan guna menolong orang lain. Semakin banyak harta yang dimiliki, semakin banyak pula orang yang ditolong olehnya. Tidak ada perhitungan untung dan rugi, kalau ia punya uang maka ia akan memberikannya pada orang-orang yang membutuhkan. Entah untuk biaya sekolah, biaya pengobatan sakit atau bahkan sekedar membeli makanan atau oleh-oleh untuk mereka yang ada disekelilingnya. Kata-kata kasar dari mulutnya tenggelam oleh kebaikannya. Sekarang beliau sudah tiada, meninggal dunia dua tahun yang silam. Kadang-kadang rasanya tak dapat dipercaya bahwa ada orang yang seperti itu, kasar dan tidak menyenangkan dalam bersosialisasi. Tidak suka basa-basi dan mudah mencela. Tetapi dalam tindakan dia adalah yang terdepan, menolong semua orang dengan kelebihan yang dimilikinya. Dan tidak pandang bulu, orang kaya atau orang miskin, kerabat atau bukan ia akan selalu berderma bagi yang membutuhkan. Mengenang beliau rasanya menitik air mata. Sekarang sudah tidak ada lagi sosok seperti itu dimuka bumi.

Bukan, bukan berarti saya mengagung-agungkan derma atau sokongan dana dari siapapun. Tetapi saya hanya makin menyadari dan tersentuh oleh kenyataan betapa kata-kata itu terkadang tidak punya arti. Dalam kehidupan bersosial kata-kata terkadang hanya numpang liwat dan basa-basi. Kata-kata hanya kosmetik untuk menunjukkan bahwa seseorang punya itikad baik tanpa perlu untuk merealisasikannya. Tergantung niat yang bersangkutan. Pada teman yang mengucap, 'saya berharap kamu baik-baik saja.' Dalam hati saya tertawa. Tidak ada satupun pertolongan real yang pernah dilakukannya kepada saya. Dulu ketika ia punya kesempatan untuk menolong, ia TIDAK melakukan apa-apa. Sekarang ketika sudah tidak ada sama sekali yang bisa dilakukannya, seolah ia concern dengan keadaan saya. Apakah kamu baik-baik saja? Daaaaaan,..... Setiap kali seseorang bertanya pada Anda, "Are you okay?" Anda hanya perlu mengangguk, tersenyum dan menjawab, "Ya of course I'm okay." Jangan terlalu banyak berharap pada kata-kata orang lain. Berharaplah pada diri Anda sendiri. Ora et Labora, berdoa sekaligus bekerja. Kata-kata dari seseorang seringkali hanyalah sekedar kata-kata tanpa makna. Too bad,..

Monday, June 29, 2015

Pukul 7.39 Yang Selalu Ditunggu

Pertama menonton film ini, berkerut kening. Volume dikencangkan sampai maksimal kok tetap saja sulit dimengerti. Kenapa tokoh-tokohnya berbicara dengan nada aneh? Kadang terdengar seperti kumur-kumur, kadang terdengar seperti kasak-kusuk. Cara mengucapkan I can't (saya tidak bisa) terdengar aneh : I KANTH, biasanya IKENT. Kecurigaan saya beralasan karena setelah penyelidikan lebih lanjut : FILM ini ternyata Bristish Production alias dibikin oleh negaranya Pangeran Charles. 

Inggris British selalu membuat saya terlihat kurang sopan, karena sering sulit menangkap percakapan mereka, ujung-ujungnya nanya melulu. Seringkali saya berkata, "Pardon me"...-- Maaf saya kurang paham-- ora mudheng omongane njenengan.... Kalau menonton film sering pula saya rewind -- saya mundurkan karena tidak jelas mendengar apa ucapan sang tokoh dalam film. Sudah beberapa saat lamanya sih saya menonton film berbahasa Inggris tanpa text. Untuk melatih "listening"-- Kalau pemusik bermain piano biasanya melatih "hearing" -- Yang jago dengar nada sudah bisa memainkan langsung pada instrumen musik. Kalau yang jago bahasa listening dan writing udah kayak air mengalir. Saya masih taraf belajar saja. Maklum sampai usia 20-an masih asyik berbahasa Jawa. Tertatih, karena English British sulit untuk dicerna oleh kuping, tetapi karena filmnya bagus banget dan berkesan. Maka saya ikuti dari awal hingga akhir. Film ini potret atraktif untuk kehidupan berumah tangga dan perselingkuhan. 

Alkisah Carl lelaki early 50ies udah nggak ketulungan stress dan bosannya. Kerja tiap hari bolak-balik pakai jas dan dasi, naik kereta "commuter" -- Pergi pagi pulang petang demi mencari nafkah bagi istri tercinta dan kedua anaknya yang sudah remaja. Yang sulung Adam hendak masuk kuliah dan adik ceweknya kelas senior di SMA. Rumahnya bagus banget. Di pinggiran kota London gitu. Ibarat kata di perumahan Cluster Citra Indah. Rumahnya tertata rapi, bahkan kebun dan segala isinya rapi. Istrinya bernama Maggie, paruh baya, lembut dan keibuan. Wah, rumah tangga dengan jam terbang yang cukup tinggi dan mapan! Tapi diam-diam si Carl ini udah capek banget kalo harus ke kantor apalagi boss-nya itu kejam banget. Suka membully anak buah. Kalau meeting ada orang datang telat dia nyinyir, "Wah udah telat sempatnya beli kopi segala di warung." Di lain waktu pegawai wanita juga dikomentari sadis sampai nangis. Carl posisinya semacam 'wakil' si Boss. Dia nggak suka karena boss arogan tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Melihat rekannya yang lain dibully -- dia hanya diam dan pura-pura tidak tahu. Tapi dalam hati suasana kantor kayak gitu si Carl udah "eneg banget."

Kebahagiaan Semu Carl & Sally
Nah, naik kereka itu si Carl kenalan sama wanita muda bernama Sally. Sama-sama naik commuter kereta bolak-balik yang mengantar pekerja dari perumahan dipinggiran kota ke pusat kota London. Si Sally ini udah tinggal serumah dengan tunangannya tapi belum menikah. Tunangan Sally bekerja freelance semacam atlet professional. Si Sally kerja sebagai manager trainer gym, kayak Celpit gitu ibaratnya ya. Tiap hari selama bertahun-tahun yang berangkat dan pulang kerja si Sally. Tunangannya ini bersantai dirumah karena dia kan atlet. Jadi Sally bangun pagi-pagi, mandi dan naik kereta. Tunangannya bangun buat jogging dan olah tubuh. Otomatis Sally juga capek dan nggak tahan dengan perjalanan bolak-balik serta rutinitas. Tapi dia mengusahakan agar masa depan rumah tangganya dan calon suami bisa berjalan dengan baik kedepan. Rumahnya semi apartment, bagus juga. Komplit segala perlengkapan dengan sepeda olahraga. Tapi disini yang bekerja keras adalah Sally. Ini sudah menjadi bibit "kelelahan bathin buat Sally" tapi dia bertahan dan bertekad menikah dengan tunangannya yang ganteng, seksi dan atletis (tapi gak kerja) bernama Ryan.

Perkenalan Sally dan Carl terjadi gara-gara rebutan tempat duduk di kursi kereta commuter, lama-lama jadi teman. Soalnya sehari itu kalau nggak salah sejam atau dua jam yang harus mereka habiskan waktu dengan berkereta commuter agar tiba di pusat kota London untuk bekerja kantoran. Bahkan si Carl menghitung setahun selama 37 hari dihabiskan dengan berkereta. Sementara Sally udah ngeluh-ngeluh cape bolak-balik ke kantor dan ke rumah, tiap hari terjebak rutinitas. 

Persahabatan keduanya terjalin baik, kompak banget. Semua diobrolkan. Yang tidak pernah dikeluhkan pada pasangan masing-masing juga diobrolkan satu sama lain. Sedikit demi sedikit lama - lama menjadi bukit. Niatnya hanya bersahabat tapi karena "lebih akrab" dengan sahabatnya daripada dengan pasangan masing-masing maka keduanya terjebak dalam skema perselingkuhan. Yang niatnya cuma sekali, jadi berkali-kali. Yang niatnya sebentar jadi curi-curi waktu untuk dapat bersama-sama. Menikmati masa-masa pacaran lagi. Penggarapan film ini sangat kuat dalam "proses terjadinya perselingkuhan." I mean cara memotret obrolan yang kompak, persahabatan yang erat lalu bergeser menjadi kebutuhan untuk saling mendukung, lambat-laun membuat dua orang yang terjebak rutinitas ini saling jatuh cinta. 

Keterkejutan Maggie 
Sepandai tupai loncat, sekali jatuh juga. Lama-kelamaan ketahuan oleh Maggie, istri Carl ini membuntuti dengan naik kereta juga. Jadi ketahuan kalau Carl pacaran sama manager tempat dirinya nge-gym. Padahal saat itu Sally pamit hendak pindah dengan tunangannya ke Australia. Ryan pengen mendalami "surfing" di australi dan mengajak serta Sally. Otomatis percintaan Sally dan Carl akan terputus di tengah jalan. Maggie ngamuk berat karena Carl ketahuan selingkuh. 

Sementara itu Sally akhirnya juga mengaku pada Ryan tunangannya kalau dia dekat dan pacaran dengan lelaki lain. Ngamuk juga! Anak-anak Carl diberi penjelasan dan cerita oleh Carl bahwa dirinya kenalan dengan cewek di kereta, bersahabat lalu kebablasan. Anak-anak terdiam tapi terlihat bahwa mereka sangat kecewa. Yang satu bahkan bertanya, "Bisa rekonsiliasi lagi nggak sama Mama? Bisa damai nggak?" Papanya jawab, "Belum tahu." 

Carl itu apesnya bertumpuk-tumpuk karena saat ketahuan selingkuh dia baru saja dipecat oleh bossnya yang arogan. Dia minta ijin cuti sehari buat jalan bersama Sally, tapi dia ngaku jalan sama anak-istri. Itupun dipersulit oleh bossnya dicari alasan biar nggak boleh cuti. Akhirnya dibentak oleh Carl, bahkan disantlap, "Udahlah ijin cuti sehari aja kok susah bener sih! Loe nama istri gue aja ngga hafal! Gue udah kerja disini tahunan. Nama bini gue Maggie!! Kalau nggak hafal juga: catat!!" Bossnya rupanya dendam, gitu doang dipecat. Disisi lain Ryan membuntuti Sally, jadi dia melihat dan tahu kalo selingkuhannya adalah Carl. Langsung digebugin abis-abisan pake diinjak. Apalagi Carl udah stw 50-an, nah Ryan masih muda 30-an, atlet pro pula! Carl masuk rumah sakit. Sukses babak-belur.

Di rumah sakit Maggie mengunjungi Carl, bagaimanapun juga mantan pasangan. Ketemu dengan Sally, duduk bersebelahan. Si Sally minta maaf, "Saya nggak bermaksud selingkuh dengan suami Anda. Dia itu sangat memuja Anda, sangat sayang pada Anda. Saya juga orang baik-baik." Didamprat oleh Maggie, "Ya sudah nggak usah banyak ngomong. Orang baik-baik itu tidak akan melakukan hal yang tidak baik. Tidak akan selingkuh." Sally langsung nangis dan mewek. 

Yang menarik adalah ucapan Maggie ketika menemukan Carl selingkuh. Maggie mengatakan, "Loe pikir loe doang yang merasa bosen, jenuh, eneg, gak tahan udah es te we, dst. Hidup monoton? Loe pikir gue kagak? Tapi gue kagak kayak elo dengan gampangnya selingkuh! Kenapa? Karena gue punya keluarga yang gue cintai dan harus dipertahankan. Kenapa bisa naksir Sally? Karena dia lebih muda? Karena dia lebih cantik?" Carl bingung menjelaskannya, "Memang dia lebih muda dan menarik. Tapi masalahnya bukan karena alasan itu." Maggie ngamuk dan tidak mau mendengar alasan lain. Muak. Tetapi penonton tahu, alasan perselingkuhan Carl dan Sally bukan sekedar karena ketertarikan fisik. More than that. Alasannya adalah karena Carl dan Sally merupakan dua orang yang sangat serius dan bertanggung-jawab untuk keluarga/pasangan. Rasa tanggung-jawab bahkan keharusan mencari nafkah ini begitu mendalam sehingga mereka berdua sangat kelelahan, kesepian di kereta dan terjepit rutinitas. Lalu pertemuan yang menjadi persahabatan itupun terjadilah. Berakhir pada perselingkuhan. 

Setelah Carl dan Sally mengaku pada pasangan masing-masing, keadaan cooling down dari klimaks cerita saat Carl digebugin oleh Ryan. Carl dan Sally kemudian liburan bersama. Disitu mereka menemukan persahabatan sejati mereka kembali, tanpa keinginan untuk berselingkuh. Permasalahan menjadi terbuka dengan jelas. Carl tadinya ingin hidup dengan Sally, tapi dengan bijaksana Sally menolak, "Kamu nggak usah bohong. Kamu masih merindukan rumah tangga kamu. Keluarga yang sudah kamu bangun dengan susah payah. Jadi kembalilah ke keluarga kamu." 

Kehidupan Berkereta Commuter Pagi-Sore
Ryan, tunangan Sally juga sudah menemukan damai dalam hatinya, "Yang lalu sudah berlalu. Kejadian kamu selingkuh sama lelaki itu sudah bubar. Saya memaafkan kamu. Ayo kita baikan dan rujuk lagi." Sally memandang dengan rasa tak suka dan akhirnya menolak. Padahal ia sedang mengandung bayi Ryan. Sally memperoleh pencerahan bahwa ia tidak bisa melanjutkan masa depan dengan seorang lelaki seperti Ryan. Dimana ia nyaris tidak pernah melakukan apapun untuk membantu penghidupan keluarga. Ryan seringkali mengucapkan, "Saya ingin kamu bahagia 110%, hanya kamu yang saya pikirkan." Tapi kerja jualan tempe atau pete juga nggak pernah. Relax terus di rumah sebagai "atlet pro." Ryan juga seolah memegang peran penting dengan terus mendikte dan menyetir Sally. Seolah ia berhak memberi maaf, karena Sally sudah berselingkuh. Padahal Sally tidak minta maaf. Dia memang lebih menyukai karakter Carl sebagai lelaki yang sangat bertanggung-jawab pada anak dan istri. Bekerja rutin kantoran walau dirinya sangat tidak bahagia. Yang penting istri bahagia dan anak-anak bisa kuliah.

ENDING FILM ditutup dengan scene maju pada DUA TAHUN kemudian. Carl masih naik kereta commuter, sudah berdamai dengan keluarga. Sudah punya pekerjaan baru. Ia melihat Sally dengan bayinya dan seorang lelaki baru yang bukan Ryan. Mereka hanya saling tersenyum, Carl melambai dari kejauhan saja. Ingin mendekat namun takut mengganggu dan takut pasangan baru Sally salah pengertian lagi. 

Moral cerita :.... banyak bangeeeet.... he-he.

Oh ya... The 7.39 adalah jam keberangkatan kereta commuter yang mempertemukan Carl dengan Sally. Anda naik kereta jam berapa?

Wednesday, June 24, 2015

Pertemanan Koplak-Koplak Bergembira

Nih ya cerita. Saya punya gank. Komplotan. No, I'm not that old, yang serba gaptek dan culun. Nggak, saya ikut milis dari tahun 1999 kalau tidak salah. Ada beberapa milis yang saya ikuti dan Thank God, sampai hari ini pertemanan itu masih ada. Ada yang super akrab udah jadi BFF, till death due us part (halah lebay!). Ada yang sun pika-piki basa-basi. Ada yang kabarnya menguap entah kemana. Hilang tak tahu rimbanya. Namanya pertemanan ya seperti itu. 

Pengalaman mengenai karakter saya yang agak-agak labil tapi ngeyel (keras kepala) membuat saya introspeksi diri. Kayaknya saya nggak bisa ikut pertemanan kelompok. Saya kurang cocok bergaul dalam klub atau rombongan orang banyak. Biasanya saya hanya terseret arus dan membeo, lalu hal-hal jadi membosankan buat saya. Lha iya, kan saya bukan burung beo? Tepatnya saya burung kenari, biarpun kecil dan mungil tapi mencicit sendiri. Pantang membeo! He-he,..

Nah, grup pertemanan ini ada yang usianya belasan tahun. Kadang beberapa orang masih kompak ngumpul dan ketemuan. Sesekali. Ini grup ada beberapa. Inipun saya udah overdosis untuk ukuran emak-emak -- tante-tante whatever you name it about me, saya masih lumayan aktif. Ngobrol, chat, ngegrup, kopdar, kumpul reuni. Halah.... banyak bener gaulnya Tan? Sebodo lah yang penting happy. Oya, putri saya mirip dengan saya. Sama! Temannya seabreg-abreg. Buanyaaaak! Friends makes us happy. Beda dengan suami, agak rasis beliau, lebih mudah dekat dengan teman-teman sekampungnya saja yang sama-sama berbahasa Russia. Hihihi,...

Grup yang terakhir berusaha timbul kembali adalah grup penulis dan penggemar buku. Awalnya kita dipersatukan sebagai pembaca "Supernova" karya Dee Lestari. Perkumpulan ini isinya orang aneh-aneh. Sumpah aneh semua. Termasuk saya! Susah menjelaskannya. Tapi karakter manusia yang ada dalam perkumpulan ini unik-unik. Ada yang bujangan. Ada yang punya anak dua. Ada yang punya anak satu. Ada yang anaknya udah kuliah. Ada yang anaknya balita. Ada yang bapak bertanggung-jawab tapi jarang pulang karena kerja ke hutan-hutan. Ada wanita cantik yang diidolakan banyak lelaki sayang sekali bersama sang suami belum berputra hingga sekian lama. Ada yang ibu dan istri tapi jiwanya ke abege-abegean (ini mungkin sayah?) hihihi.... Menurut saya kelompok kami itu harusnya pake motto 'koreng adalah kami.' Karena setelah dilacak, karakternya unik-unik karena sebagian dari kami punya/ada pengalaman masa lalu, bisa luka hati bisa hal lain yang membuat kami tumbuh jadi 'orang aneh.' Pelariannya : kami hobby baca buku/ nonton film.

Kebayang dong, sesama orang aneh ngumpul? Gesekannya kayak gimana? Suka komen nggak nyambung, suka nyambung asal-asalan. Suka sinis berjamaah. Suka asbun. But I think we're all about age yang seharusnya ya udah nggak main drama-drama atau gimana. Honestly, saya udah nggak kuat main drama. Drama itu : benci/sebel/reseh sama teman dll. Hiyalah udah umurnya untuk just : yes or no. Gitu aja kok repot. Aging is default, maturity is optional. Menjadi tua dan bertambah usia itu pasti. Tetapi menjadi dewasa adalah pilihan. Dewasa itu keharusan bagi semua orang yang bertambah usia tetapi kedewasaan kadang nggak ada stock yang tersedia bagi orang yang bahkan mungkin sudah lanjut usia.

Kemarennya saya komen asbun (asal bunyi). Ya ampun. Ada teman yang kayaknya kesal banget dengan komentar asbun saya. Udah dong saya menjelaskan bahwa saya hanya bercanda dan asbun. Bahkan saya meminta maaf karena barangkali memang saya yang 'sok akrab' maksudnya melucu, eh malah melukai hati. Lha ya tanpa sengaja dong? Untuk apa sengaja melukai hati teman sendiri? Emangnya saya sebiadab itu..(hicks-hicks-hicsk...nangis ala pelem India). Ya pokoknya saya menjelaskan dan minta maaf, eh tidak ada tanggapan dari yang bersangkutan. Apakah memaafkan. Apakah tidak memaafkan. Ataukah menganggap saya guilty as charged? Ya pokoknya salah - nggak salah -- saya minta maap ajah. Prinsipnya burung kenari itu hanya burung kecil yang rajin mencicit. Digencet, dilempar batu juga mati! Saya cuma nggak mau menyakiti perasaan teman sendiri. 

Karena nggak ada tanggapan, nggak enak dong perasaan saya. Wah, gimana nih? Sampai kapan saya dianggap bersalah? Kedewasaan saya itu kedewasaan 'cemilan', saya dewasa dengan sangat lambat. Sedikit demi sedikit. Secuil demi secuil. Seperti remah-remah yang dibuang Hansel dan Gretel untuk mencari jalan pulang kembali ke rumahnya sebelum diculik nenek sihir. Seperti itu saya mencari kedewasaan dalam diri. Kedewasaan ada tetapi kesabaran yang mungkin sudah menipis. Marah? Gantian ngambeg pada teman saya? Enggak juga ya? Saya udah tante-tante gitu ngambeg-ngambegan kaya anak SD, kayaknya kok 'bukan gue banget'. Cuman begini, SAYA TIDAK MAU TERINTIMIDASI OLEH APAPUN. I'm a free will, saya adalah jiwa yang bebas dan lepas. Jadi nggak ujan--nggak angin saya memutuskan resign dari group. LEFF FROM GROUP. 

Sumpah, saya nggak ngambeg. Nggak marah balik. Cuma saya menghindari di'casting' jadi peserta drama-drama yang sudah tidak saya inginkan. Saya mau bilang sama teman-teman, "Kalau kalian tetap mau menyapa saya secara personal, curhat, tanya jawab dll. Dengan senang hati saya tunggu dan saya terima nikahnya...eh maksudnya curhatnya." Soalnya sebagai seorang yang gemar nulis saya senang ngobrol dan mendengar pendapat orang tentang hidup dan kehidupan. Saya udah cuwek abis, kalau punya banyak teman yang baik dan sayang : Alhamdulilah. Punya dua-tiga orang teman yang mencintai saya dengan setulus hati jiwa dan raga : Terima kasih Tuhan, betapa baiknya Engkau! Jadi saya ini cuwek, mau ada banyak temen ya oke. Tidak dianggap teman karena saya kurang berguna bagi mereka, ya nggak apa-apa juga. Tokh saya punya suami dan anak. Minimal mereka jelas membutuhkan saya. Kalau teman-teman kan masih punya dunia kehidupannya masing-masing. 

Nah, saya keluar grup kira-kira jam sembilan pagi, tanpa pamit. Saya males basa-basi. Mau ngomong apa juga nggak tahu karena ya bingung, ya seganlah. Yang ada dalam pikiran saya hanya : kayaknya teman-teman kelompok aneh ini anehnya udah nggak kira-kira atau keanehan saya yang sudah sembuh? Atau bagaimana? Pokoknya saya sendiri nggak tahu harus berkata apa. Karena saya yakin saya nggak marah. Justru saya agak sedih karena merasa saya sudah bikin jengkel teman. Sudah menyakiti hatinya dengan komentar saya (yang tanpa sengaja dan awalnya dimaksudkan bercanda). 

Ternyata ketika saya resign dari group, yang lain heboh! Saling bertanya-tanya "WHY"-- Aduh, saya lagi-lagi ada pada dilema males menjelaskan, wong saya bukan dosen. Jam enam sore, SAYA DI ADD lagi dimasukkan paksa dalam group!! Kocak benerrr.... Belum juga kabur 1x24 jam, saya sudah dicari lagi! Tobat,...orang-orang ini memang aneh! Setelah saya pikir, mungkin I belong with them, karena saya juga merasakan masih ada tersisa sedikit unsur aneh dalam diri saya...Hmmmm,... Moral cerita : pertemanan itu koplak-koplak bergembira, hari ini sebal besok rindu. .... Jangan terlalu serius ya kalau ada teman yang kelihatannya menjengkelkan, yang penting selalu bagikan cinta untuk mereka! 

Wednesday, June 10, 2015

Siapa ibu dari anaknya?

Film lama "Broken Flowers" dari sutradara dan penulis Jim Jarmusch dirilis tahun 2005. Saya berkesempatan menonton film ini di 2015, artinya 10 tahun kemudian. Saya tahu aktor utamanya Bill Murray sangat terkenal, namun terus terang bukan aktor favorit. Beberapa film Bill yang saya tonton juga membuat saya merasa bloon. Mungkin Ghost Buster adalah film lamanya yang simple-lucu dan cukup saya sukai. Tetapi film "Lost in Translation" membuat saya kurang paham dan film "Groundhog Day" sepertinya terlalu banyak berceloteh buat saya. Tetapi okelah, saya coba nikmati "Broken Flowers."

Adegan pertama: Bapa-bapa usia setengah abad yang nyaris bergelar opa sedang duduk malas di depan TV (nonton film ttg Don Juan) mengenakan setelan training/ jumpsuit olah raga. Baju berlengan panjang dan celana panjang yang sama sekali tidak ada kesan trendy, kesannya 11-12 dengan mengenakan daster panjang bagi kaum wanita. Dari penggambaran tersebut kelihatan bahwa lelaki tersebut super pemalas! Tapi rumahnya mewah dan megah, kontras dengan rumah tetangganya, pria muda bernama Winston yang hidup dengan istri dan kelima anaknya. Empat dari lima anak itu masih terbilang balita (ada yang kembar segala). Dari awal menonton saya sudah ragu-ragu, "Ini Film mumbo dumbo? Atau layak tonton?"

Setelah Film berakhir, rasanya ingin tepuk tangan. "Bravo!" Filmnya bagus. No. Tanpa tembak-tembakan, tanpa action apapun, tanpa darah dan sadisme, tanpa adegan seks sama sekali, kecuali si Bill bangun tidur dengan Sharon Stone. Setiap detik dari awal film mengantarkan cerita tentang kehidupan seorang lelaki yang tanpa emosi lalu sedikit mulai ada perubahan di akhir cerita. Pria ini kaya raya. Tapi di usia setengah abad tidak punya istri dan tidak punya anak. Hanya gonta-ganti pacar sampai usia gaek. Yang membuat saya salut setiap inci dari film ini punya warna dan makna. Jadi hampir setiap adegan, percakapan dan tokoh, mencitrakan seseorang dalam kehidupan. Yang mungkin juga orang yang Anda dan saya pernah kenali. 

Don Johnston adalah seorang pria nerd yang sukses sebagai pengusaha komputer. Pada usia setengah abad Don seolah telah selesai dengan hidupnya. Don sangat pemalas, cuek, irit bicara dan tanpa emosi sama sekali. Ketika pacar terakhirnya yang bernama Sherry pergi, Don juga cuma diam saja pasrah. Tidak ada niat menghalangi apalagi melamarnya untuk dijadikan istri atau bagaimana. Pokoknya Don seolah 'telah selesai'. Nggak pengen ngapa-ngapain lagi. Don hanya ingin menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan menonton televisi adalah surganya. Ngeri ya? 

Ketika kekasihnya pergi, di pintu rumah ada setumpuk surat kiriman pos. Yang paling atas adalah surat berwarna pink. Surat itu dari seorang wanita mantan kekasih Don yang mengabarkan bahwa mereka punya anak berusia 19 thn dan sekarang si anak kemungkinan besar sedang mencari Don. Surat itu tanpa nama pengirim alias surat kaleng. Don tetap saja acuh. Dia nggak yakin bahwa dirinya punya anak dan kalaupun iya, dia tidak bersemangat mencari tahu tentang anaknya. Seorang lelaki yang sangat aneh, acuh dan tanpa emosi. Don tidak jahat hanya saja ia malas melakoni kehidupan yang rumit. Hidupnya dibuat serba mendatar, flat. Nggak punya keluarga nggak masalah. Diputus pacar nggak masalah. Punya anak atau engga punya anak juga nggak masalah buat Don.

Sampai disini, tetangganya, Winston, yang punya lima anak memberi semangat pada Don. "Kamu harus mencari tahu dong tentang anakmu. Kamu buat daftar mantan-mantanmu dulu. Kamu selidiki sekarang mereka bagaimana dan siapa tahu kamu bisa melacak siapa sebenarnya ibu dari anakmu. Ini kalau benar kamu punya anak. Masak kamu nggak penasaran sudah punya anak yang berusia dewasa??" Winston lah yang setengah memaksa Don untuk sedikit beremosi dan berwarna karena tahu bahwa dirinya punya anak. Winston ingin Don punya tujuan hidup dengan menyadari pentingnya punya anak. Don sendiri pada akhirnya pergi mengunjungi para mantan untuk mencari tahu tetapi tanpa ambisi apapun. Dia pergi hanya karena diminta oleh Winston.

Perjalanan Don ternyata memberikan aneka pengalaman. Pertama ia menemui Laura (Sharon Stone), yang kini menjadi janda cantik tapi miskin. Laura memiliki anak gadis bernama Lolita, yang (maaf) berbakat menjadi perempuan nggak bener. Ada adegan anak remaja ini berjalan telanjang bulat diruang tamu dihadapan Don, yang membuatnya langsung terbirit kabur keluar rumah. Lalu Don ketemu lagi dengan mantannya yang lain, Dora(Frances Conroy). Dora hidup dengan suaminya, punya rumah mewah, sukses dan kaya raya namun tak memiliki anak. Yang ketiga ia menemui Carmen (Jessica Lange), kekasihnya yang tampaknya kini telah menjadi lesbian dan menjadi ahli berkomunikasi dengan hewan. Yang terakhir ia menjumpai Penny (Tilda Swinton), yang hidup dengan para pengendara moghe. Salah satu pengendara bahkan sempat menonjok Don karena membuat Penny jengkel dengan kemunculan Don kembali di rumah Penny. Yang terakhir Don menjumpai salah satu kekasihnya yang bahkan sudah meninggal dunia dan meletakkan serangkaian bunga indah di atas nisannya. Total mantan kekasih Don Johnston ada enam orang termasuk mantannya yang terakhir, Sherry.

Film ini disebut-sebut sebagai film yang mengedepankan kenikmatan sebuah perjalanan dan bukan sekedar tujuan akhir, karena ending film mengambang tak jelas. Pat-pat gulipat hewes-hewes bablas angine. Bagi yang mengharapkan film model Rambo atau Matrix, mungkin akan berkomentar, "Film kok isinya angin bahorok nggak jelas dari awal hingga akhir, bingung sendiri..." Karena ending film tidak membuka tabir misteri siapa anaknya, apalagi siapa ibunya. Penonton dibiarkan kebingungan dan terus penasaran dengan pertanyaan "Siapa sih anak dari Don Johnston dan siapa ibunya?" Mungkin harus mencegat sutradara sekaligus penulisnya, Jim Jarmusch, nodong sambil bertanya: jadi jawabannya siapa ibunya dan yang mana anaknya?

Sedikit penggambaran tentang karakter dari para kekasih Don:
  • Laura adalah wanita cantik yang menjalani hidup dengan terus bergembira (tipe party girl). Kaya, miskin atau kesedihan tidak mampir dalam hatinya. Dulu suaminya pembalap NASCAR yang tewas dalam kecelakaan. Sekarang ia sendiri saja mengasuh anaknya dengan kerja serabutan tak jelas (menjadi penata lemari pakaian?). Anaknya yang bernama Lolita menjadi terlalu cepat dewasa, genit dan menjual sensualitas diri. --> Ini menggambarkan kehidupan perempuan ada yang terlalu terbawa peran sebagai ibu. Ada yang santai saja, terserah anaknya mau jadi apa, masa bodoh.
  • Dora tampaknya masih mencintai Don karena sepertinya ia masih memakai kalung mutiara yang pernah diberikan oleh Don. Bahkan ada foto lama Dora semasa muda dan cantik. Foto itu diperlihatkan pada Don oleh suami Dora, Don ingat bahwa yang memotret Dora dalam foto itu adalah dirinya. Dora kaku dan nervous, tidak menunjukkan benci tetapi merasa kurang nyaman dengan kemunculan Don dalam hidupnya. --> Ini menggambarkan beberapa orang terkadang menikah dan kelihatannya hidup bahagia. Padahal dalam hatinya ia masih belum bisa melupakan seseorang dari masa lalu.
  • Carmen menjadi orang yang seolah ingin total melupakan masa lalunya. Bahkan seperti menyangkal bahwa ia pernah punya masa lalu dengan Don. Ini dikarenakan Carmen sepertinya memiliki perubahan orientasi seksual. Carmen hanya mencintai pekerjaannya sebagai seseorang yang punya keahlian berkomunikasi dengan hewan (mengobrol dengan hewan/ psikolog hewan?) --> Dalam kehidupan ada orang-orang yang sangat tidak suka jika disinggung mengenai masa lalunya. Dikubur dalam-dalam. Bahkan kalau bisa berganti buku kehidupan. Dengan tegas ia mengatakan tidak ingin makan, jalan, nge-date atau janjian apapun lagi dengan Don. 
  • Penny adalah perempuan yang paling sakit hati dan emosional atas hubungannya dengan Don. Ia masih marah dan murka karena hubungan mereka tidak berhasil. Padahal ia sendiri yang dulu memutuskan Don. Dan ketika ditanya apakah ia punya anak. Penny justru marah besar. Penny adalah perempuan yang paling "mungkin" menjadi ibu dari anak Don. Penny hidup melarat di sebuah sudut pedesaan terpencil dengan rumah yang bahkan kelihatan lebih buruk dari rumah Laura. --> Ada orang yang mendendam dan dibawa hingga berpuluh tahun lamanya sehingga hidup hanya difokuskan untuk beremosi semata. 
Pada endingnya Don ketemu seorang anak lelaki remaja dan mengobrol. Ia mencurigai anak itu mengikuti jejaknya sejak dari bandara. Ia melihat pita berwarna pink terikat pada tas anak itu. Dan berasumsi bahwa anak itulah anak yang sedang mencari bapaknya. Tetapi ketika Don menanyakan hal tersebut, "apakah kamu mengira saya ayahmu?" anak itu justru lari ketakutan. Ia menyangka Don adalah orang yang aneh. Maklum sekarang banyak people trafficking (penculikan orang). Don berusaha mengejarnya. Disisi lain, di seberang jalan ada seorang remaja lelaki chubby naik VW Beetle dengan temannya, yang memutar lagu dari CD yang sama persis dengan milik Don yang hilang ketika dipukul oleh kekasih Penny. Don jadi bingung, yang mana anaknya? Terlebih lagi yang mana ibu dari anaknya?

Saya sendiri mencurigai surat kaleng berwarna pink berasal dari Sherry (Julie Delpy), kekasih terakhir yang meninggalkan Don dengan rasa kecewa dan bosan. Karena pada akhir film tampak bahwa Sherry meninggalkan surat dengan amplop pink dan tulisan yang ada didepan amplop mirip sekali dengan tulisan tangan dari surat kaleng yang muncul pada awal film. Tampaknya Sherry sudah lelah dan bosan mendampingi Don. Tidak dijadikan istri. Tidak juga punya anak dan kehidupan sudah terasa sangat membosankan bagi mereka berdua. Tidak ada tujuan berikutnya. Sherry hanya mempermainkan Don, memberi surat kaleng palsu yang menggambarkan bagaimana seandainya kehidupan Don jika ia punya anak. Bagaimana kira-kira warna kehidupannya?

Perjalanan mencari anak yang awalnya dipaksakan oleh Winston sedikit demi sedikit membuka pintu emosi dalam diri Don. Ia menjadi lebih perhatian terhadap anak-anak dan remaja. Yang tadinya ia acuh dan tak perduli, sekarang ia mulai ragu, menebak dan mencari-cari siapa anaknya dan siapa perempuan yang menjadi ibu dari anak satu-satunya. Film ini dengan bagus memperlihatkan bagaimana kehidupan ini memang tidak adil. Ada orang yang acuh, dingin, tak punya perasaan, namun berhasil menjadi kaya raya dan punya banyak koleksi wanita dalam hidupnya. Disisi lain ia tak pernah berniat atau sanggup mempertahankan wanita manapun untuk menjadi pendamping hidup yang sesungguhnya, till death due us part. Ia menyia-nyiakan semua kisah cintanya di masa lalu. Bahkan ia tak perduli tentang anak. Baginya hidup hanya untuk dijalani sebagai egonya sendiri, sebagai Don yang serba masa bodoh. Tetapi "misteri anak dalan surat kaleng" perlahan-lahan mengubah pandangan hidupnya. Tidak secara drastis tetapi cukup signifikan... "What if I am a father of a son...? Gimana kalau seandainya gue punya anak?" --

Kalau dicari maknanya, film ini punya makna. 
Kalau dicari sensasinya, film ini tidak punya. Garing semata,... 
Pilihan bagi penikmat film, sesuai selera.