Film lama "Broken Flowers" dari sutradara dan penulis Jim Jarmusch dirilis tahun 2005. Saya berkesempatan menonton film ini di 2015, artinya 10 tahun kemudian. Saya tahu aktor utamanya Bill Murray sangat terkenal, namun terus terang bukan aktor favorit. Beberapa film Bill yang saya tonton juga membuat saya merasa bloon. Mungkin Ghost Buster adalah film lamanya yang simple-lucu dan cukup saya sukai. Tetapi film "Lost in Translation" membuat saya kurang paham dan film "Groundhog Day" sepertinya terlalu banyak berceloteh buat saya. Tetapi okelah, saya coba nikmati "Broken Flowers."
Adegan pertama: Bapa-bapa usia setengah abad yang nyaris bergelar opa sedang duduk malas di depan TV (nonton film ttg Don Juan) mengenakan setelan training/ jumpsuit olah raga. Baju berlengan panjang dan celana panjang yang sama sekali tidak ada kesan trendy, kesannya 11-12 dengan mengenakan daster panjang bagi kaum wanita. Dari penggambaran tersebut kelihatan bahwa lelaki tersebut super pemalas! Tapi rumahnya mewah dan megah, kontras dengan rumah tetangganya, pria muda bernama Winston yang hidup dengan istri dan kelima anaknya. Empat dari lima anak itu masih terbilang balita (ada yang kembar segala). Dari awal menonton saya sudah ragu-ragu, "Ini Film mumbo dumbo? Atau layak tonton?"
Setelah Film berakhir, rasanya ingin tepuk tangan. "Bravo!" Filmnya bagus. No. Tanpa tembak-tembakan, tanpa action apapun, tanpa darah dan sadisme, tanpa adegan seks sama sekali, kecuali si Bill bangun tidur dengan Sharon Stone. Setiap detik dari awal film mengantarkan cerita tentang kehidupan seorang lelaki yang tanpa emosi lalu sedikit mulai ada perubahan di akhir cerita. Pria ini kaya raya. Tapi di usia setengah abad tidak punya istri dan tidak punya anak. Hanya gonta-ganti pacar sampai usia gaek. Yang membuat saya salut setiap inci dari film ini punya warna dan makna. Jadi hampir setiap adegan, percakapan dan tokoh, mencitrakan seseorang dalam kehidupan. Yang mungkin juga orang yang Anda dan saya pernah kenali.
Don Johnston adalah seorang pria nerd yang sukses sebagai pengusaha komputer. Pada usia setengah abad Don seolah telah selesai dengan hidupnya. Don sangat pemalas, cuek, irit bicara dan tanpa emosi sama sekali. Ketika pacar terakhirnya yang bernama Sherry pergi, Don juga cuma diam saja pasrah. Tidak ada niat menghalangi apalagi melamarnya untuk dijadikan istri atau bagaimana. Pokoknya Don seolah 'telah selesai'. Nggak pengen ngapa-ngapain lagi. Don hanya ingin menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan menonton televisi adalah surganya. Ngeri ya?
Don Johnston adalah seorang pria nerd yang sukses sebagai pengusaha komputer. Pada usia setengah abad Don seolah telah selesai dengan hidupnya. Don sangat pemalas, cuek, irit bicara dan tanpa emosi sama sekali. Ketika pacar terakhirnya yang bernama Sherry pergi, Don juga cuma diam saja pasrah. Tidak ada niat menghalangi apalagi melamarnya untuk dijadikan istri atau bagaimana. Pokoknya Don seolah 'telah selesai'. Nggak pengen ngapa-ngapain lagi. Don hanya ingin menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan menonton televisi adalah surganya. Ngeri ya?
Ketika kekasihnya pergi, di pintu rumah ada setumpuk surat kiriman pos. Yang paling atas adalah surat berwarna pink. Surat itu dari seorang wanita mantan kekasih Don yang mengabarkan bahwa mereka punya anak berusia 19 thn dan sekarang si anak kemungkinan besar sedang mencari Don. Surat itu tanpa nama pengirim alias surat kaleng. Don tetap saja acuh. Dia nggak yakin bahwa dirinya punya anak dan kalaupun iya, dia tidak bersemangat mencari tahu tentang anaknya. Seorang lelaki yang sangat aneh, acuh dan tanpa emosi. Don tidak jahat hanya saja ia malas melakoni kehidupan yang rumit. Hidupnya dibuat serba mendatar, flat. Nggak punya keluarga nggak masalah. Diputus pacar nggak masalah. Punya anak atau engga punya anak juga nggak masalah buat Don.
Sampai disini, tetangganya, Winston, yang punya lima anak memberi semangat pada Don. "Kamu harus mencari tahu dong tentang anakmu. Kamu buat daftar mantan-mantanmu dulu. Kamu selidiki sekarang mereka bagaimana dan siapa tahu kamu bisa melacak siapa sebenarnya ibu dari anakmu. Ini kalau benar kamu punya anak. Masak kamu nggak penasaran sudah punya anak yang berusia dewasa??" Winston lah yang setengah memaksa Don untuk sedikit beremosi dan berwarna karena tahu bahwa dirinya punya anak. Winston ingin Don punya tujuan hidup dengan menyadari pentingnya punya anak. Don sendiri pada akhirnya pergi mengunjungi para mantan untuk mencari tahu tetapi tanpa ambisi apapun. Dia pergi hanya karena diminta oleh Winston.
Perjalanan Don ternyata memberikan aneka pengalaman. Pertama ia menemui Laura (Sharon Stone), yang kini menjadi janda cantik tapi miskin. Laura memiliki anak gadis bernama Lolita, yang (maaf) berbakat menjadi perempuan nggak bener. Ada adegan anak remaja ini berjalan telanjang bulat diruang tamu dihadapan Don, yang membuatnya langsung terbirit kabur keluar rumah. Lalu Don ketemu lagi dengan mantannya yang lain, Dora(Frances Conroy). Dora hidup dengan suaminya, punya rumah mewah, sukses dan kaya raya namun tak memiliki anak. Yang ketiga ia menemui Carmen (Jessica Lange), kekasihnya yang tampaknya kini telah menjadi lesbian dan menjadi ahli berkomunikasi dengan hewan. Yang terakhir ia menjumpai Penny (Tilda Swinton), yang hidup dengan para pengendara moghe. Salah satu pengendara bahkan sempat menonjok Don karena membuat Penny jengkel dengan kemunculan Don kembali di rumah Penny. Yang terakhir Don menjumpai salah satu kekasihnya yang bahkan sudah meninggal dunia dan meletakkan serangkaian bunga indah di atas nisannya. Total mantan kekasih Don Johnston ada enam orang termasuk mantannya yang terakhir, Sherry.
Perjalanan Don ternyata memberikan aneka pengalaman. Pertama ia menemui Laura (Sharon Stone), yang kini menjadi janda cantik tapi miskin. Laura memiliki anak gadis bernama Lolita, yang (maaf) berbakat menjadi perempuan nggak bener. Ada adegan anak remaja ini berjalan telanjang bulat diruang tamu dihadapan Don, yang membuatnya langsung terbirit kabur keluar rumah. Lalu Don ketemu lagi dengan mantannya yang lain, Dora(Frances Conroy). Dora hidup dengan suaminya, punya rumah mewah, sukses dan kaya raya namun tak memiliki anak. Yang ketiga ia menemui Carmen (Jessica Lange), kekasihnya yang tampaknya kini telah menjadi lesbian dan menjadi ahli berkomunikasi dengan hewan. Yang terakhir ia menjumpai Penny (Tilda Swinton), yang hidup dengan para pengendara moghe. Salah satu pengendara bahkan sempat menonjok Don karena membuat Penny jengkel dengan kemunculan Don kembali di rumah Penny. Yang terakhir Don menjumpai salah satu kekasihnya yang bahkan sudah meninggal dunia dan meletakkan serangkaian bunga indah di atas nisannya. Total mantan kekasih Don Johnston ada enam orang termasuk mantannya yang terakhir, Sherry.
Film ini disebut-sebut sebagai film yang mengedepankan kenikmatan sebuah perjalanan dan bukan sekedar tujuan akhir, karena ending film mengambang tak jelas. Pat-pat gulipat hewes-hewes bablas angine. Bagi yang mengharapkan film model Rambo atau Matrix, mungkin akan berkomentar, "Film kok isinya angin bahorok nggak jelas dari awal hingga akhir, bingung sendiri..." Karena ending film tidak membuka tabir misteri siapa anaknya, apalagi siapa ibunya. Penonton dibiarkan kebingungan dan terus penasaran dengan pertanyaan "Siapa sih anak dari Don Johnston dan siapa ibunya?" Mungkin harus mencegat sutradara sekaligus penulisnya, Jim Jarmusch, nodong sambil bertanya: jadi jawabannya siapa ibunya dan yang mana anaknya?
Sedikit penggambaran tentang karakter dari para kekasih Don:
- Laura adalah wanita cantik yang menjalani hidup dengan terus bergembira (tipe party girl). Kaya, miskin atau kesedihan tidak mampir dalam hatinya. Dulu suaminya pembalap NASCAR yang tewas dalam kecelakaan. Sekarang ia sendiri saja mengasuh anaknya dengan kerja serabutan tak jelas (menjadi penata lemari pakaian?). Anaknya yang bernama Lolita menjadi terlalu cepat dewasa, genit dan menjual sensualitas diri. --> Ini menggambarkan kehidupan perempuan ada yang terlalu terbawa peran sebagai ibu. Ada yang santai saja, terserah anaknya mau jadi apa, masa bodoh.
- Dora tampaknya masih mencintai Don karena sepertinya ia masih memakai kalung mutiara yang pernah diberikan oleh Don. Bahkan ada foto lama Dora semasa muda dan cantik. Foto itu diperlihatkan pada Don oleh suami Dora, Don ingat bahwa yang memotret Dora dalam foto itu adalah dirinya. Dora kaku dan nervous, tidak menunjukkan benci tetapi merasa kurang nyaman dengan kemunculan Don dalam hidupnya. --> Ini menggambarkan beberapa orang terkadang menikah dan kelihatannya hidup bahagia. Padahal dalam hatinya ia masih belum bisa melupakan seseorang dari masa lalu.
- Carmen menjadi orang yang seolah ingin total melupakan masa lalunya. Bahkan seperti menyangkal bahwa ia pernah punya masa lalu dengan Don. Ini dikarenakan Carmen sepertinya memiliki perubahan orientasi seksual. Carmen hanya mencintai pekerjaannya sebagai seseorang yang punya keahlian berkomunikasi dengan hewan (mengobrol dengan hewan/ psikolog hewan?) --> Dalam kehidupan ada orang-orang yang sangat tidak suka jika disinggung mengenai masa lalunya. Dikubur dalam-dalam. Bahkan kalau bisa berganti buku kehidupan. Dengan tegas ia mengatakan tidak ingin makan, jalan, nge-date atau janjian apapun lagi dengan Don.
- Penny adalah perempuan yang paling sakit hati dan emosional atas hubungannya dengan Don. Ia masih marah dan murka karena hubungan mereka tidak berhasil. Padahal ia sendiri yang dulu memutuskan Don. Dan ketika ditanya apakah ia punya anak. Penny justru marah besar. Penny adalah perempuan yang paling "mungkin" menjadi ibu dari anak Don. Penny hidup melarat di sebuah sudut pedesaan terpencil dengan rumah yang bahkan kelihatan lebih buruk dari rumah Laura. --> Ada orang yang mendendam dan dibawa hingga berpuluh tahun lamanya sehingga hidup hanya difokuskan untuk beremosi semata.
Pada endingnya Don ketemu seorang anak lelaki remaja dan mengobrol. Ia mencurigai anak itu mengikuti jejaknya sejak dari bandara. Ia melihat pita berwarna pink terikat pada tas anak itu. Dan berasumsi bahwa anak itulah anak yang sedang mencari bapaknya. Tetapi ketika Don menanyakan hal tersebut, "apakah kamu mengira saya ayahmu?" anak itu justru lari ketakutan. Ia menyangka Don adalah orang yang aneh. Maklum sekarang banyak people trafficking (penculikan orang). Don berusaha mengejarnya. Disisi lain, di seberang jalan ada seorang remaja lelaki chubby naik VW Beetle dengan temannya, yang memutar lagu dari CD yang sama persis dengan milik Don yang hilang ketika dipukul oleh kekasih Penny. Don jadi bingung, yang mana anaknya? Terlebih lagi yang mana ibu dari anaknya?
Saya sendiri mencurigai surat kaleng berwarna pink berasal dari Sherry (Julie Delpy), kekasih terakhir yang meninggalkan Don dengan rasa kecewa dan bosan. Karena pada akhir film tampak bahwa Sherry meninggalkan surat dengan amplop pink dan tulisan yang ada didepan amplop mirip sekali dengan tulisan tangan dari surat kaleng yang muncul pada awal film. Tampaknya Sherry sudah lelah dan bosan mendampingi Don. Tidak dijadikan istri. Tidak juga punya anak dan kehidupan sudah terasa sangat membosankan bagi mereka berdua. Tidak ada tujuan berikutnya. Sherry hanya mempermainkan Don, memberi surat kaleng palsu yang menggambarkan bagaimana seandainya kehidupan Don jika ia punya anak. Bagaimana kira-kira warna kehidupannya?
Perjalanan mencari anak yang awalnya dipaksakan oleh Winston sedikit demi sedikit membuka pintu emosi dalam diri Don. Ia menjadi lebih perhatian terhadap anak-anak dan remaja. Yang tadinya ia acuh dan tak perduli, sekarang ia mulai ragu, menebak dan mencari-cari siapa anaknya dan siapa perempuan yang menjadi ibu dari anak satu-satunya. Film ini dengan bagus memperlihatkan bagaimana kehidupan ini memang tidak adil. Ada orang yang acuh, dingin, tak punya perasaan, namun berhasil menjadi kaya raya dan punya banyak koleksi wanita dalam hidupnya. Disisi lain ia tak pernah berniat atau sanggup mempertahankan wanita manapun untuk menjadi pendamping hidup yang sesungguhnya, till death due us part. Ia menyia-nyiakan semua kisah cintanya di masa lalu. Bahkan ia tak perduli tentang anak. Baginya hidup hanya untuk dijalani sebagai egonya sendiri, sebagai Don yang serba masa bodoh. Tetapi "misteri anak dalan surat kaleng" perlahan-lahan mengubah pandangan hidupnya. Tidak secara drastis tetapi cukup signifikan... "What if I am a father of a son...? Gimana kalau seandainya gue punya anak?" --
Kalau dicari maknanya, film ini punya makna.
Kalau dicari sensasinya, film ini tidak punya. Garing semata,...
Pilihan bagi penikmat film, sesuai selera.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.