Monday, June 29, 2015

Pukul 7.39 Yang Selalu Ditunggu

Pertama menonton film ini, berkerut kening. Volume dikencangkan sampai maksimal kok tetap saja sulit dimengerti. Kenapa tokoh-tokohnya berbicara dengan nada aneh? Kadang terdengar seperti kumur-kumur, kadang terdengar seperti kasak-kusuk. Cara mengucapkan I can't (saya tidak bisa) terdengar aneh : I KANTH, biasanya IKENT. Kecurigaan saya beralasan karena setelah penyelidikan lebih lanjut : FILM ini ternyata Bristish Production alias dibikin oleh negaranya Pangeran Charles. 

Inggris British selalu membuat saya terlihat kurang sopan, karena sering sulit menangkap percakapan mereka, ujung-ujungnya nanya melulu. Seringkali saya berkata, "Pardon me"...-- Maaf saya kurang paham-- ora mudheng omongane njenengan.... Kalau menonton film sering pula saya rewind -- saya mundurkan karena tidak jelas mendengar apa ucapan sang tokoh dalam film. Sudah beberapa saat lamanya sih saya menonton film berbahasa Inggris tanpa text. Untuk melatih "listening"-- Kalau pemusik bermain piano biasanya melatih "hearing" -- Yang jago dengar nada sudah bisa memainkan langsung pada instrumen musik. Kalau yang jago bahasa listening dan writing udah kayak air mengalir. Saya masih taraf belajar saja. Maklum sampai usia 20-an masih asyik berbahasa Jawa. Tertatih, karena English British sulit untuk dicerna oleh kuping, tetapi karena filmnya bagus banget dan berkesan. Maka saya ikuti dari awal hingga akhir. Film ini potret atraktif untuk kehidupan berumah tangga dan perselingkuhan. 

Alkisah Carl lelaki early 50ies udah nggak ketulungan stress dan bosannya. Kerja tiap hari bolak-balik pakai jas dan dasi, naik kereta "commuter" -- Pergi pagi pulang petang demi mencari nafkah bagi istri tercinta dan kedua anaknya yang sudah remaja. Yang sulung Adam hendak masuk kuliah dan adik ceweknya kelas senior di SMA. Rumahnya bagus banget. Di pinggiran kota London gitu. Ibarat kata di perumahan Cluster Citra Indah. Rumahnya tertata rapi, bahkan kebun dan segala isinya rapi. Istrinya bernama Maggie, paruh baya, lembut dan keibuan. Wah, rumah tangga dengan jam terbang yang cukup tinggi dan mapan! Tapi diam-diam si Carl ini udah capek banget kalo harus ke kantor apalagi boss-nya itu kejam banget. Suka membully anak buah. Kalau meeting ada orang datang telat dia nyinyir, "Wah udah telat sempatnya beli kopi segala di warung." Di lain waktu pegawai wanita juga dikomentari sadis sampai nangis. Carl posisinya semacam 'wakil' si Boss. Dia nggak suka karena boss arogan tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Melihat rekannya yang lain dibully -- dia hanya diam dan pura-pura tidak tahu. Tapi dalam hati suasana kantor kayak gitu si Carl udah "eneg banget."

Kebahagiaan Semu Carl & Sally
Nah, naik kereka itu si Carl kenalan sama wanita muda bernama Sally. Sama-sama naik commuter kereta bolak-balik yang mengantar pekerja dari perumahan dipinggiran kota ke pusat kota London. Si Sally ini udah tinggal serumah dengan tunangannya tapi belum menikah. Tunangan Sally bekerja freelance semacam atlet professional. Si Sally kerja sebagai manager trainer gym, kayak Celpit gitu ibaratnya ya. Tiap hari selama bertahun-tahun yang berangkat dan pulang kerja si Sally. Tunangannya ini bersantai dirumah karena dia kan atlet. Jadi Sally bangun pagi-pagi, mandi dan naik kereta. Tunangannya bangun buat jogging dan olah tubuh. Otomatis Sally juga capek dan nggak tahan dengan perjalanan bolak-balik serta rutinitas. Tapi dia mengusahakan agar masa depan rumah tangganya dan calon suami bisa berjalan dengan baik kedepan. Rumahnya semi apartment, bagus juga. Komplit segala perlengkapan dengan sepeda olahraga. Tapi disini yang bekerja keras adalah Sally. Ini sudah menjadi bibit "kelelahan bathin buat Sally" tapi dia bertahan dan bertekad menikah dengan tunangannya yang ganteng, seksi dan atletis (tapi gak kerja) bernama Ryan.

Perkenalan Sally dan Carl terjadi gara-gara rebutan tempat duduk di kursi kereta commuter, lama-lama jadi teman. Soalnya sehari itu kalau nggak salah sejam atau dua jam yang harus mereka habiskan waktu dengan berkereta commuter agar tiba di pusat kota London untuk bekerja kantoran. Bahkan si Carl menghitung setahun selama 37 hari dihabiskan dengan berkereta. Sementara Sally udah ngeluh-ngeluh cape bolak-balik ke kantor dan ke rumah, tiap hari terjebak rutinitas. 

Persahabatan keduanya terjalin baik, kompak banget. Semua diobrolkan. Yang tidak pernah dikeluhkan pada pasangan masing-masing juga diobrolkan satu sama lain. Sedikit demi sedikit lama - lama menjadi bukit. Niatnya hanya bersahabat tapi karena "lebih akrab" dengan sahabatnya daripada dengan pasangan masing-masing maka keduanya terjebak dalam skema perselingkuhan. Yang niatnya cuma sekali, jadi berkali-kali. Yang niatnya sebentar jadi curi-curi waktu untuk dapat bersama-sama. Menikmati masa-masa pacaran lagi. Penggarapan film ini sangat kuat dalam "proses terjadinya perselingkuhan." I mean cara memotret obrolan yang kompak, persahabatan yang erat lalu bergeser menjadi kebutuhan untuk saling mendukung, lambat-laun membuat dua orang yang terjebak rutinitas ini saling jatuh cinta. 

Keterkejutan Maggie 
Sepandai tupai loncat, sekali jatuh juga. Lama-kelamaan ketahuan oleh Maggie, istri Carl ini membuntuti dengan naik kereta juga. Jadi ketahuan kalau Carl pacaran sama manager tempat dirinya nge-gym. Padahal saat itu Sally pamit hendak pindah dengan tunangannya ke Australia. Ryan pengen mendalami "surfing" di australi dan mengajak serta Sally. Otomatis percintaan Sally dan Carl akan terputus di tengah jalan. Maggie ngamuk berat karena Carl ketahuan selingkuh. 

Sementara itu Sally akhirnya juga mengaku pada Ryan tunangannya kalau dia dekat dan pacaran dengan lelaki lain. Ngamuk juga! Anak-anak Carl diberi penjelasan dan cerita oleh Carl bahwa dirinya kenalan dengan cewek di kereta, bersahabat lalu kebablasan. Anak-anak terdiam tapi terlihat bahwa mereka sangat kecewa. Yang satu bahkan bertanya, "Bisa rekonsiliasi lagi nggak sama Mama? Bisa damai nggak?" Papanya jawab, "Belum tahu." 

Carl itu apesnya bertumpuk-tumpuk karena saat ketahuan selingkuh dia baru saja dipecat oleh bossnya yang arogan. Dia minta ijin cuti sehari buat jalan bersama Sally, tapi dia ngaku jalan sama anak-istri. Itupun dipersulit oleh bossnya dicari alasan biar nggak boleh cuti. Akhirnya dibentak oleh Carl, bahkan disantlap, "Udahlah ijin cuti sehari aja kok susah bener sih! Loe nama istri gue aja ngga hafal! Gue udah kerja disini tahunan. Nama bini gue Maggie!! Kalau nggak hafal juga: catat!!" Bossnya rupanya dendam, gitu doang dipecat. Disisi lain Ryan membuntuti Sally, jadi dia melihat dan tahu kalo selingkuhannya adalah Carl. Langsung digebugin abis-abisan pake diinjak. Apalagi Carl udah stw 50-an, nah Ryan masih muda 30-an, atlet pro pula! Carl masuk rumah sakit. Sukses babak-belur.

Di rumah sakit Maggie mengunjungi Carl, bagaimanapun juga mantan pasangan. Ketemu dengan Sally, duduk bersebelahan. Si Sally minta maaf, "Saya nggak bermaksud selingkuh dengan suami Anda. Dia itu sangat memuja Anda, sangat sayang pada Anda. Saya juga orang baik-baik." Didamprat oleh Maggie, "Ya sudah nggak usah banyak ngomong. Orang baik-baik itu tidak akan melakukan hal yang tidak baik. Tidak akan selingkuh." Sally langsung nangis dan mewek. 

Yang menarik adalah ucapan Maggie ketika menemukan Carl selingkuh. Maggie mengatakan, "Loe pikir loe doang yang merasa bosen, jenuh, eneg, gak tahan udah es te we, dst. Hidup monoton? Loe pikir gue kagak? Tapi gue kagak kayak elo dengan gampangnya selingkuh! Kenapa? Karena gue punya keluarga yang gue cintai dan harus dipertahankan. Kenapa bisa naksir Sally? Karena dia lebih muda? Karena dia lebih cantik?" Carl bingung menjelaskannya, "Memang dia lebih muda dan menarik. Tapi masalahnya bukan karena alasan itu." Maggie ngamuk dan tidak mau mendengar alasan lain. Muak. Tetapi penonton tahu, alasan perselingkuhan Carl dan Sally bukan sekedar karena ketertarikan fisik. More than that. Alasannya adalah karena Carl dan Sally merupakan dua orang yang sangat serius dan bertanggung-jawab untuk keluarga/pasangan. Rasa tanggung-jawab bahkan keharusan mencari nafkah ini begitu mendalam sehingga mereka berdua sangat kelelahan, kesepian di kereta dan terjepit rutinitas. Lalu pertemuan yang menjadi persahabatan itupun terjadilah. Berakhir pada perselingkuhan. 

Setelah Carl dan Sally mengaku pada pasangan masing-masing, keadaan cooling down dari klimaks cerita saat Carl digebugin oleh Ryan. Carl dan Sally kemudian liburan bersama. Disitu mereka menemukan persahabatan sejati mereka kembali, tanpa keinginan untuk berselingkuh. Permasalahan menjadi terbuka dengan jelas. Carl tadinya ingin hidup dengan Sally, tapi dengan bijaksana Sally menolak, "Kamu nggak usah bohong. Kamu masih merindukan rumah tangga kamu. Keluarga yang sudah kamu bangun dengan susah payah. Jadi kembalilah ke keluarga kamu." 

Kehidupan Berkereta Commuter Pagi-Sore
Ryan, tunangan Sally juga sudah menemukan damai dalam hatinya, "Yang lalu sudah berlalu. Kejadian kamu selingkuh sama lelaki itu sudah bubar. Saya memaafkan kamu. Ayo kita baikan dan rujuk lagi." Sally memandang dengan rasa tak suka dan akhirnya menolak. Padahal ia sedang mengandung bayi Ryan. Sally memperoleh pencerahan bahwa ia tidak bisa melanjutkan masa depan dengan seorang lelaki seperti Ryan. Dimana ia nyaris tidak pernah melakukan apapun untuk membantu penghidupan keluarga. Ryan seringkali mengucapkan, "Saya ingin kamu bahagia 110%, hanya kamu yang saya pikirkan." Tapi kerja jualan tempe atau pete juga nggak pernah. Relax terus di rumah sebagai "atlet pro." Ryan juga seolah memegang peran penting dengan terus mendikte dan menyetir Sally. Seolah ia berhak memberi maaf, karena Sally sudah berselingkuh. Padahal Sally tidak minta maaf. Dia memang lebih menyukai karakter Carl sebagai lelaki yang sangat bertanggung-jawab pada anak dan istri. Bekerja rutin kantoran walau dirinya sangat tidak bahagia. Yang penting istri bahagia dan anak-anak bisa kuliah.

ENDING FILM ditutup dengan scene maju pada DUA TAHUN kemudian. Carl masih naik kereta commuter, sudah berdamai dengan keluarga. Sudah punya pekerjaan baru. Ia melihat Sally dengan bayinya dan seorang lelaki baru yang bukan Ryan. Mereka hanya saling tersenyum, Carl melambai dari kejauhan saja. Ingin mendekat namun takut mengganggu dan takut pasangan baru Sally salah pengertian lagi. 

Moral cerita :.... banyak bangeeeet.... he-he.

Oh ya... The 7.39 adalah jam keberangkatan kereta commuter yang mempertemukan Carl dengan Sally. Anda naik kereta jam berapa?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.