Beda ya, kalau bermusuhan dengan teman. Kalau memang bisa diajak bicara atau konfrontasi langsung akan dapat diungkap hal-hal apa yang mengganggu. Hal yang memberatkan satu dengan yang lain. Bagaimana jika perang dingin ini terjadi dalam suatu perkumpulan organisasi nirlaba? Bersitegang antara orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal sama sekali? Bagaimana jika permusuhan ini terjadi dalam wadah kegiatan yang seharusnya justru berbuat amal atau melakukan sesuatu tanpa pamrih?
Beberapa waktu lalu saya menyaksikan film "The Galapagos Affair: Satan Came to Eden (2013)". Ceritanya jaman dulu banget ada sepasang pria dan wanita yang pindah ke salah satu pulau di Galapagos. Mereka ingin hidup menyepi dan tak mau bergabung dengan manusia lain. Jadi diam-diam pindah ke pulau terpencil. Ketika diketahui oleh khalayak umum, ramailah pemberitaan yang muncul di media massa. 'Heboh Adam dan Hawa menetap di kepulauan Galapagos.' Orang-orang jadi sadar bahwa ada sepasang sejoli yang nekad tinggal berdua saja disitu dan membuka lahan layaknya manusia jaman purba. Segalanya dikerjakan dengan tangan dan dengan bantuan alam.
Tak lama kemudian datanglah sepasang suami istri dengan anak lelakinya. Istrinya bahkan tengah hamil muda. Berikutnya datang pula seorang perempuan genit dengan dua lelaki. Hanya dengan kemunculan tiga keluarga di kepulauan terpencil seperti Galapagos keadaan menjadi rumit. 'Adam dan Hawa' yang ingin menikmati hidup berdua jadi terganggu. Sementara keluarga yang istrinya tengah hamil juga cukup merepotkan karena harus dibantu untuk melahirkan di pulau itu. Yang paling ajaib adalah perempuan yang datang dengan dua lelaki sekaligus. Perempuan ini memamerkan gaya hidup bebas yang sekehendak hatinya. Kedua lelaki adalah kekasih-kekasihnya. Cita-citanya juga ingin mendirikan hotel di Galapagos, yang tentunya sangat ditentang oleh sepasang sejoli yang pertama kali tiba disitu.
Dalam waktu yang tak terlampau lama terjadilah tragedi. Lelaki yang datang pertama kali dengan kekasihnya, meninggal karena sakit. Perempuan yang datang dengan dua kekasih, menghilang dengan salah satu kekasihnya. Kekasihnya yang lain ingin segera kembali ke peradaban dengan perahu nelayan, malah terdampar dan mati kekeringan di sebuah pulau tak berpenghuni. Desas-desus menyebutkan lelaki yang datang pertama kali dibiarkan mati sendiri diatas ranjang dikarenakan kekasihnya sudah tidak betah tinggal di pulau terpencil. Sementara perempuan yang menghilang dengan kekasihnya dibunuh dan mayatnya entah disembunyikan kemana. Satu-satunya orang yang mungkin tahu adalah kekasih keduanya yang juga kemudian ditemukan mati terdampar bersama seorang nelayan. Kejadian tersebut berlangsung pada sekitar tahun 1930-an.
Kemana manusia hendak pergi maka ke situ pula permasalahan dan tragedi akan muncul. Sekalipun manusia hidup terpencil di ujung dunia. Jika wataknya keras atau mudah berkonflik, maka di ujung dunia pun akan muncul permasalahan. Sama seperti permasalahan dalam negeri atau organisasi yang sedang saya geluti. Bagaimana mungkin pekerjaan akan terselesaikan dengan baik jika orang-orang yang ada di dalamnya berseteru? Yang lain suka memimpin dan mengarahkan. Yang lainnya juga demikian. Pendapat yang satu bertentangan dengan pendapat yang lain. Yang ini ingin A dan yang lain ingin B. Akhirnya pekerjaan tak terselesaikan dengan baik. Yang ada silang pendapat. Namun karena enggan berdebat terbuka, justru saling mendiamkan satu sama lain. Kapan masalah akan selesai? Semua orang hanya memberi perintah namun tidak ada yang mengerjakan. Pekerjaannya sesungguhnya bersifat voluntary alias tak dibayar. Bagaimana pula ini? Jika untuk pekerjaan yang tak dibayar saja manusia mudah berkonflik, bagaimana untuk pekerjaan yang dibayar dengan gaji besar?
Nah, bagaimana dengan diri kita? Apakah kita adalah jenis manusia yang mudah berkonflik kemanapun kita pergi atau justru membawa kedamaian dimanapun kita berada? Si istri yang bersusah payah melahirkan bayinya di kepulauan Galapagos adalah saksi terakhir tragedi yang menyembunyikan banyak misteri tentang tingkah manusia. Ketika diminta pendapatnya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Galapagos, wanita ini tidak mau menjawab. Ia hanya berkomentar pendek, "Mulut yang terbuka akan memudahkan lalat untuk masuk!" Itu benar, bijaksanalah dalam mengucap kepada orang lain. Jangankan memaki, salah bicara, salah maksud atau sekedar menyindir saja sudah mampu menerbitkan benci di hati orang lain. Anak-cucu wanita itu menjadi keturunan yang terberkati, mereka sudah menjadi pemilik hotel dan travel agent ternama di Galapagos. Bayi yang dilahirkannya kini sudah menjadi lelaki tua berusia 90 tahun. Saat manusia muncul di Taman Eden, disitu pulalah setan pada akhirnya akan muncul. (foto natcom.org)
Waw...
ReplyDeletelhoo...
Delete