Sunday, December 4, 2011

Siklus Gila Ibu Dan Anak

Saya paling tidak tahan dengan segala sesuatu yang tidak rapi. Tak tahu mengapa, bahkan melihat seseorang mengenakan baju dengan beberapa helai benang menjuntai saja sudah membuat saya gelisah. Ingin menggunting benangnya yang mencuat tak karuan itu. Melihat seseorang mengenakan baju kusut tak disetrika akan membuat saya mengernyitkan mata. Sesuatu bangeeet,... He-he!

Di tempat kerja, lokasi meja saya kebetulan terletak di bagian depan meja tempat duduk tamu. Di meja itu banyak terdapat buku dan majalah yang tersedia untuk dibaca. Sementara itu banyak pula tamu datang dan pergi bergantian, tak semuanya meletakkan majalah dan bukunya dengan rapi ke tempat semula. Otomatis, saya merasa harus meletakkan semuanya kembali dengan rapi ke tempat semula. Sepet mata melihat buku, majalah dan segala brosur bertebaran diatas meja.

Akhir-akhir ini kegilaan saya terhadap kerapihan dan keteraturan benar-benar akut dan justru membuat stress. Akibatnya sering kelelahan karena terus-menerus merapikan dan mengatur segala sesuatu secara berurutan. Atau bahkan selalu mengembalikan barang-barang ke tempatnya semula. Atau melabel barang dengan judul-judul yang seharusnya. Bagaikan mesin organizer, semua harus masuk dus, kotak dan wadah yang seharusnya! Waduh,...

Hari ini untuk kesekian-ratus kalinya saya membereskan kamar putri saya. Stress-nya minta ampun! Anak perempuan, tetapi berantakan tak ketulungan. Koleksi bandana bertebaran, ikat rambut, boneka teletubbies empat buah, kartu remi hingga beberapa set, pinsil warna dan spidol. Beberapa dus, buku cerita juga bertebaran disana-sini. Kertas-kertas hasil gambarannya, buku pelajaran sekolah, buku latihan, satu dus permainan magic, berbagai jenis puzzle, aneka sticker, puluhan notes. Rasanya bisa gila untuk membereskan semuanya. Butuh waktu setidaknya 36 jam!

Kekacauan ini akan selalu berlangsung karena putri saya rajanya membuat kamar berantakan dan menyebar barang-barangnya sendiri. Saking kesalnya sering anak ini saya hardik dengan keras. Di sisi lain ia yakin sekali bahwa saya akan selalu membereskan barang-barangnya. Saya jengkel karena merasa sudah kelelahan dengan segala tetek-bengek kantor, masih di repotkan dengan kamarnya yang berantakan! Karena keyakinannya itu, putri saya justru rajin berulang kali membuat kamarnya berantakan. Sedangkan saya selalu kecanduan melihat segala sesuatu harus kembali pada tempatnya. Tak tahan jika tak merapikannya.

Kejadian semacam ini terus berulang bagai sebuah siklus gila ibu dan anak. Saya tahu orang lain akan berkomentar: "Udah biasa Jeng, namanya juga anak-anak pasti nggak bisa diem. Tidak usah dibereskan, nanti juga akan berantakan lagi. Bereskan saja seperlunya, tak usah terlalu rapi!” Tapi saya tidak bisa. Sumpek melihat sesuatu yang tidak teratur.

Tadi putri saya lagi-lagi kena hardik karena chaos di kamarnya tak ketulungan dan barang-barang menggunung setelah sekian minggu. Mulai berantakan dan kacau lagi. Ia bertanya, “Kalau Mami mau beres-beres kenapa aku yang selalu dibentakin sih?” Saya jawab ketus, “Habis udah puluhan hingga ratusan kali Mami beresin ini. Kamu buat berantakan lagi! Padahal sudah dikasih contoh cara merapikan dan memasukkan lagi ke tempatnya."

Putri saya hanya tersenyum simpul dan berlalu dari kamarnya. Memang ada yang namanya siklus tak berkesudahan. Ada yang menyesatkan, ada yang mengharukan. Ada siklus cinta yang bolak-balik melelahkan sambung putus bak ingus. Ada siklus memaafkan dan mengulangi yang sama, bolak-balik. Yang melihat atau mendengar kisahnya barangkali sudah lelah dan bosan. Namun yang menjalaninya tak henti dan tak kapok. Terus terjerat.
           

Lalu, apakah saya harus berhenti membereskan ruang kamar putri saya? Dan membiarkannya tidur diantara tumpukan mainan, dus-dus serta kertas sampul dan buku-buku yang bertebaran, seolah gelandangan??....Jika jawabannya :IYA. Saya hening sejenak dulu deh!....Hmmm,.. namun rasanya saya tetep harus membereskan. Pertama, alasannya putri saya masih relatif kecil dan muda usia, ..kedua ...  Seorang ibu tidak butuh alasan untuk selalu menolong anak-anaknya. Balik lagi deh, siklus gila ibu-anak! 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.