Wednesday, January 4, 2012

Cerita Cinta Retak Adanya

Kebetulan ada teman-teman dari sebuah komunitas yang menyelenggarakan acara lomba penulisan di bulan Januari 2012 ini. Acaranya boleh terbilang sederhana yaitu acara bersama-sama melakukan komitmen untuk menulis setidaknya minimal 50.000 kata untuk dijadikan sebuah buku novel. Lomba ini tidak memberikan hadiah atau imbalan apapun selain dari ketekunan untuk menulis dan kekuatan untuk mengalahkan rasa malas.

Saya memilih judul 'Cerita Cinta Retak Adanya'. Judul ini sederhana dan sekaligus menarik bagi saya. Adakah cerita cinta yang sempurna dan berakhir bahagia selamanya?Bicara soal cinta. Minggu lalu saya berlibur ke sebuah kota dan bertemu dengan beberapa teman lama. Diantaranya bertemu seseorang yang pernah sangat mengesankan bagi saya.

Diluar dugaan, pertemuan kami terasa menyenangkan. Puluhan tahun tak pernah terjadi suatu pertemuan apapun. Pada akhirnya kami sempat bercakap-cakap dan minum kopi bersama di lobby hotel. Pertemuan lebih terasa sebagai perjumpaan dua sahabat lama yang sibuk bertukar cerita tentang keluarga, hobby dan pekerjaan kami masing-masing. Jauh dari istilah pertemuan rahasia atau pertemuan tak pantas lainnya. Kami bertemu dan berbincang sekedar sebagai teman lama dan keluarga kami mengerti.

Mencintai tanpa perlu memiliki pernah menjadi slogan kosong yang tak saya pahami. Terkesan sebagai kata-kata artificial dari seorang pecundang yang tak berhasil memiliki orang yang dicintainya. Belasan tahun menikah dan pertambahan usia sejak masa remaja membuat saya mengerti. Tidak semua cerita cinta dapat diakhiri dengan kebersamaan, pernikahan ataupun kutuk bahagia happily everafter. Itu hanya ada dalam negeri dongeng. Menikah sebaiknya atas dasar cinta, tapi mencintai tak harus diakhiri dengan pernikahan. Ada banyak faktor lain yang dipertimbangkan. Misalnya saja faktor keluarga, keyakinan, karakter dst. 

Cerita cinta retak adanya akan menjadi sempurna dengan lahirnya anak-anak yang baik. Terdidik, terawat dan teredukasi dengan baik. Anak -anak yang lahir, besar dan muncul sebagai manusia masa depan adalah simbol kisah cinta yang sempurna. Kisah cinta yang sesungguhnya karena peran ayah dan ibu yang mampu menahan diri serta ego. Demi kebahagiaan anak-anaknya. Namun, bagaimanapun juga - ego juga memiliki batas. Jika suatu batas sudah terlanggar, pasti cinta itu lama-lama akan terkelupas lepas. 

Barangkali pernikahan dapat diibaratkan dengan naik sepeda tandem? Dua pasang kaki menggenjot bersama menuju ke suatu arah dan menjaga keseimbangan agar tak terjatuh?? Lalu cinta itu apa? Cinta adalah bersepeda! Ha-ha....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.