Wednesday, March 6, 2013

Pendampingan Angel and Demon

Bukannya ingin menyaingi Dan Brown maka saya menuliskan tentang hal ini. Tapi memang ada suatu pengembaraan hidup yang dapat digambarkan sebagai peristiwa pendampingan Angel and Demon dalam hidup saya. Entah dengan hidup Anda, pernahkah hal semacam ini terjadi? Baru-baru ini saya merasa dicobai oleh kekuatan pendampingan dari Angel and Demon. Tidak dalam wujud yang sesungguhnya namun dalam wujud beberapa peristiwa yang menimpa.

Saya kerap kali menyatakan diri jauh dari karakteristik 'orang suci' atau orang yang getol melakukan kegiatan rohani. Tidak berani menyatakan diri sebagai orang yang religius. Jika orang bertanya, maka saya akan menjawab bahwa agama bagi saya adalah sesuatu yang 'suam-suam kuku.' Saya tidak berani mengenakan label 'spiritual' karena takut kelak akan menuai beban mental jika suatu saat perilaku saya buruk atau melenceng dari batas. Sebenarnya kalau dilihat dari sisi lain hal ini justru suatu 'excuse' atau alasan, agar jika suatu hari jika perilaku saya salah, orang akan memaklumi. Hmmm...

Beberapa waktu lalu seseorang menawarkan iming-iming Fame and Famous atau kejayaan dan popularitas dalam naungannya. Asalkan saya bekerja keras dan menurut pada semua arahannya. Seiring waktu ternyata saya kelelahan, kehabisan dana dan terus dicambuk oleh kata-kata yang hanya menggembar-gemborkan kekurangan saya. Tidak ada apresiasi atau ungkapan syukur dan terima kasih atas jerih payah saya terhadapnya. Yang ada saya selalu jauh dari target yang ditetapkan.

Hal ini juga mengingatkan saya pada perumpamaan seekor kuda yang matanya hanya mampu memandang kedepan dan si kusir kereta mengiming-imingi sang kuda dengan seikat rumput segar yang ditaruh didepan moncong sebagai umpan. Kuda akan terus dicambuk dan diberi penglihatan tentang seikat rumput segar. Pada kenyataannya rumput itu tidak akan pernah diberikan. Kusir hanya butuh sang kuda untuk terus berjalan, bekerja keras dan membawa beban. Demon. Orang semacam ini adalah demon dalam kehidupan, berhati-hatilah,...

Kala saya kelelahan, seseorang lainnya muncul dan terus mengingatkan saya tentang Tuhan. Sesuatu yang tadinya 'suam-suam kuku.' Sesuatu yang buat saya adalah sekedar idealisme. Tuhan itu dibutuhkan jika kita sudah tua, sepuh, sakit-sakitan dan butuh bertobat. Terlebih lagi kita sudah tidak punya kegiatan lain yang dapat kita lakukan selain dari mendekatkan diri kepada Tuhan. Mau dugem sudah telat, mau gaul sudah kadaluarsa, mau sok keren sudah nggak laku. Nah, itulah saatnya kita mendekatkan diri pada Tuhan. Tapi seseorang yang masih muda, keren, gaul dan masih laku, banyakkah yang ingat kepada Tuhan? Seseorang yang lain ini takut akan Tuhan dan terus mengikuti teladanNya. Ia juga terus mengingatkan dan mendampingi saya. Angel. Ia senantiasa muncul kala dibutuhkan,...

Saya merasa sangat lelah dan berada di persimpangan. Untung pada akhirnya saya dapat menjernihkan jiwa dan melihat kenyataan bahwa seikat rumput segar yang dijadikan tumbal atau iming-iming keduniawian bukanlah sesuatu yang real atau nyata. Itu adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Itu adalah Demon yang mencobai, memberikan tawaran palsu. Itu adalah hasutan agar kita menyembah materi/ berhala atau sesuatu yang bukan Tuhan. Dan oleh sang demon saya diajarkan bahwa Tuhan hanyalah sejenis medical kit, yang dapat kita pergunakan hanya jika kita dalam keadaan darurat sakit dan terluka. Betapa dekatnya saya dengan pengkhianatan terhadap Tuhan.

Pada akhirnya saya sadar semua orang pasti akan mati. Sejauh apa ia menjadi sukses atau terkenal dan setinggi apa harta yang ia timbun. Semua orang akan mati. Jadi pendampingan Angel and Demon harus kita cermati betul dalam perjalanan hidup kita. Entah kebetulan atau tidak, beberapa hari lalu saya juga menonton mengenai pengalaman orang-orang yang comma atau hampir mati dari National Geographic. Mereka mengalami sukacita atau kegembiraan yang luar biasa dan bersaksi bahwa life after death indah, menakjubkan dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Semua orang yang mengalami pengalaman hampir mati itu, rata-rata mengubah pandangan mereka tentang kehidupan. Saya tidak takut mati, tapi saya takut jika tidak dapat mempertanggungjawabkan kematian saya. Karena apa? Karena sifat keduniawian yang begitu saya puja-puja semasa hidup... Dan tidak siap dengan kematian.
  
Sometimes the people you'd take a bullet for, are the ones behind the trigger....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.