Sunday, June 8, 2014

Sekali Seumur Hidup


Steven si pengantin pria ini anak sulung tetangga. Lucu, anak kami memanggilnya "Oom" dan ia memanggil kami "Oom dan Tante" -- Jadi siapa yang sebenarnya Oom-Oom? Undangan disebar sejak bulan Mei oleh ibunda Steven, Ibu Evie. Senang juga karena lokasi resepsi berada di Balai Kartini yang terkenal 'prestige' -- Sudah lama tidak ada undangan pernikahan karena kawan-kawan kami rata-rata sudah menikah. Sisanya tidak jelas, entah kapan nikahnya? He-he,...



Jadilah kami bertiga berangkat menuju ke tempat acara. Lumayan jauh dan tertipu karena rupanya pintu tol didepan Kartika Chandra sudah tidak ada? Rasanya dulu kok ada pintu tol disitu? Jadi seharusnya keluar di Semanggi. Karena terliwat kami keluar di Pancoran dan berputar balik lagi ke arah Balai Kartini. Rasanya dua kali ini kami menghadiri pernikahan di Balai Kartini. Yang pertama mewakili paman untuk orang yang sesungguhnya tak kami kenal. Setelah itu, kami dapat undangan tapi tak dapat datang karena sedang bepergian ke pulau peucang. Yang berikutnya adalah undangan pernikahan dari Steven dan Stella ini.



Ternyata Balai Kartini memiliki banyak sekali ruangan untuk mengadakan acara pernikahan. Entah ada berapa ruangan yang disewakan. Jika tak mengerti benar bisa jadi 'tersasar' dan kondangan di pengantin yang salah. He-he,... Tempat parkir juga luar biasa padat dan macet. Beruntung gedung disebelah, tampaknya gedung patra jasa juga membuka lahan parkirnya untuk tamu-tamu undangan dari Balai Kartini. Setelah akhirnya memperoleh parkir, kami semua pun menuju ke ruang resepsi yang dimaksud. Tamu rupanya cukup banyak sehingga semuanya berjejalan di satu ruangan. Inilah ini lah ciri khas 'wong kito' -- Mangan ora mangal kumpul. Yang diundang mungkin entah berapa ratus orang. Untungnya makanan yang disediakan melimpah dan serba lezat.  Ada pamali atau pantangan, bahwa dalam pernikahan makanan yang disediakan seharusnya cukup untuk semua orang dan tersisa. Hal itu lebih baik, sebagai penanda bahwa rejeki dalam rumah tangga nantinya juga akan melimpah. Boleh percaya, boleh tidak.



Akhirnya setelah perut terasa kenyang, bertemu dan menyapa beberapa kenalan yang tak disangka kami jumpai dipesta itu. Dan kebingungan sendiri hendak duduk atau berdiri dimana, karena padatnya para pengunjung. Kami akhirnya memilih untuk segera pulang. Lagipula malam bertambah larut dan jarak rumah kami sangatlah jauh. Dibawah masih banyak tamu-tamu yang berdatangan dengan busana pesta yang glamour. Entah hendak mengunjungi pengantin yang mana, maklum begitu banyaknya pesta yang diselenggarakan oleh beberapa pasangan pengantin sekaligus. Akh, bagaimana hendak menikah jika model yang harus disisihkan harus sedemikian besar? Bersyukurlah bagi mereka yang mampu menikah secara mewah dan bersyukur pula yang melakoninya dengan sederhana. Karena kelulusan bukan pada pesta pernikahannya tetapi kelanggengan pernikahan itu sendiri. Bisakah sekali seumur hidup? Happy Wedding, Steve & Stella! 8-Jun-2014


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.