Thursday, March 12, 2015

Bebek Bertelur Emas

Berapa banyak dari kita yang bercita-cita setinggi langit? Berapa banyak yang ingin segala sesuatu dalam hidupnya terealisasi dengan sempurna? Lalu hitung dengan waktu, setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun, lima belas tahun bahkan hingga lima puluh tahun. Bagaimana akhir kisahnya? Ada yang tercapai, ada yang sama sekali tidak tercapai. Ada yang menurunkan standar hidup dari segala apa yang diangankan sebelumnya. Ada yang putus asa karena kegagalan, lalu jadi gila. Ada yang terlampau bangga dengan pencapaian sehingga menjadi arogan dan serakah. Ada orang yang sama sekali tak memiliki ambisi apapun dalam hidupnya, tiba-tiba saja mendapat keberuntungan jatuh di pangkuan yang bikin orang lain merasa iri! Kadang seseorang merasa iri tetapi yang menjadi sumber rasa iri barangkali justru merasakan hidupnya biasa saja. Masih ada harapan lain yang didamba dan sama sekali tidak tercapai. Fiiuhh,..

Setiap manusia di dunia ini berharap kehidupan selanjutnya akan seperti bebek bertelur emas. Yaitu penuh dengan kesuksesan dan keberuntungan. Berapa kali kita mendengar kisah aktor atau aktris Hollywood yang mengatakan, "Sebelumnya saya pernah bekerja menjadi pelayan, kuli bangunan, supir, satpam. Kini saya sukses sebagai aktor/aktris papan atas Hollywood,.. Nasib memang sungguh berbaik-hati terhadap saya." Sebagai penggemar kita akan melongo, ternganga-nganga. O em Ji. "Saya ingin punya kehidupan seperti itu. Saya ingin sukses seperti dia! Saya bisa dan harus bisa meraih harapan yang saya damba!" Nah, mulailah kita berharap bahwa pada suatu saat di kehidupan kita akan seperti bebek bertelur emas! Pengen banget sukses, menjadi orang ternama atau meraih kekayaan sebanyak-banyaknya. Ambisi menjadi ruh yang merasuk dalam jiwa. Disatu sisi baik dan disisi lain buruk. Ambisi seperti pedang bermata dua. 

Dalam salah satu episode Devious Maids dikisahkan Carmen Luna sangat berambisi menjadi penyanyi terkenal di usia 37 tahun, yang dalam dunia musik akan dianggap 'tua'. Sangat sulit baginya untuk meraih cita-cita tersebut. Tapi ia terus berusaha sekalipun berulang-kali pula ia gagal.  Ketika Carmen berpacaran dengan Sam yang merupakan rekan kerjanya, Carmen bertanya, "Apa ambisi kamu Sam?" Dengan santai Sam menjawab, "Saya ingin menjadi kepala pelayan/butler. Dan saya sudah menjadi kepala pelayan sekarang. Saya suka dan menikmatinya." Carmen terbelalak dan terkejut dengan jawaban tersebut, "Sam, kamu relatif masih muda, produktif dan pandai. Masakan kamu akan berhenti pada cita-cita jadi kepala pelayan?" Lalu Sam menjawab, "Apa salahnya jadi kepala pelayan? Kerjaan seperti ini enak, banyak santainya, cuma meladeni majikan orang-orang kaya. Gajinya juga lumayan dan saya tidak mempunyai beban pikiran sama sekali. Enjoying my life." Carmen lalu menjawab dengan  tajam, "Hyah, kalau kamu sudah tua, tinggal di apartemen yang buruk, karatan dan rongsok, sakit-sakitan serta sudah tidak punya uang sama sekali, kamu baru sadar ada yang salah dengan cita-citamu." Lalu Carmen melanjutkan, "Oya Sam,...saya tahu siapa diri saya. Yang pasti saya tidak ingin menikah dengan seorang kepala pelayan,..."

Di kehidupan ini banyak "Sam" dan "Carmen", ada orang-orang yang dengan dalih bersyukur menikmati semua yang mudah, gampang dan ada di depan mata. Ada orang-orang yang pun sudah mencapai suatu standar di kehidupan masih saja merasa 'kurang puas' dan ingin mendaki lebih tinggi. Bagaimana dengan Anda? Jujur, saya tipe Carmen dan tentunya akan lebih banyak mengalami gejolak konflik, kekecewaan, putus-asa dan tidak tahu lagi harus bagaimana untuk memuaskan ambisi. Tapi itu pilihan saya dan saya yakin pada dasarnya semua orang ingin kehidupannya seperti bebek bertelur emas. Kalau bisa mendapatkan keberuntungan yang sebesar-besarnya. Sangat tidak mudah! Ada yang jadi ambisius membabi-buta. Ada yang berharap setinggi langit tetapi santainya minta ampun dalam upaya mengejar ambisi. Dan pahitnya pula, ada orang yang berjuang hingga ajal terakhir, telur emas itu tak kunjung tiba. Ada orang yang cuma duduk santai menggunting kuku mendadak mendapat kiriman lotere. Sorry, hidup memang tidak adil. He-he-he,..

Satu rahasia utama selama nafas masih berhembus adalah 'jangan ada penyesalan.' Apapun yang terjadi dikehidupan, jangan ada penyesalan. Dengan kesadaran penuh kita jalani semua episode demi episode di kehidupan kita. Selama nafas masih berhembus akan selalu ada 'jalan cerita' baru yang akan dituliskan dalam buku takdir kita. Jangan percaya bahwa takdir akan berhenti hanya pada satu definisi sempit. "Saya orangnya seperti ini. Selamanya akan begini." Maka takdirpun akan tertulis seperti itu untuk Anda, hanya segitu! Hidup ini adalah kita berkesempatan menjadi pelayan Tuhan. Letakkan tangan kiri menyilang di depan dada sembari setengah membungkuk bagaikan pelayan setia yang melayani Rajanya lalu ucapkan, "Terima kasih untuk segala pengalaman baik di kehidupan, oleh karenanya saya menjadi bahagia. Terima kasih pula untuk segala pengalaman buruk di kehidupan, oleh karenanya saya menjadi belajar untuk lebih memahami arti bahagia." Dengan cara itu apapun yang kita terima di kehidupan, telur biasa atau telur emas, kita akan selalu diperkaya olehnya.

Oya ada lanjutan kisah Sam dan Carmen dari serial Devious Maids. Mendadak Sam memberitahukan sesuatu pada Carmen, "Carmen, aku ingin bercerita tentang ayahku. Dia bekerja selama tiga puluh tahun, ia terpaksa melakukan pekerjaan itu karena harus menghidupi keluarga. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang tidak disukai olehnya. Lalu pada suatu saat ia sakit dan meninggal begitu saja. Jadi selama hidup, ia tidak pernah merasakan bahagia. Karena alasan itu, aku sering bersantai dan tidak punya ambisi. Aku tidak ingin jadi seperti ayahku. Orang yang tidak bahagia sepanjang hidupnya. Tapi sekarang aku sudah tahu ambisiku. Aku ingin memilikimu Carmen. Maka aku ingin membuatmu bangga, aku resign dari pekerjaan ini dan akan mulai bekerja serius merintis karir." Hayyah,... demi cinta gitu aja Sam? 

Apapun yang kita jalani, hanya yakinkan diri. Suatu hari kelak jangan ada penyesalan, saat nafas kita tinggal satu-satu menjelang. Hidup ini tidak melulu hanya masalah sifat melankolis atau koleris manusia, hidup ternyata lebih rumit dari sekedar mendefinisikan watak seseorang. Lebih dari itu hidup ini dihitung dengan hembusan nafas. Dan jika sudah tak ada, jangan ada penyesalan. Sh*t kenapa dulu saya terlalu melankolis dan kurang berambisi dalam meraih cita-cita? Atau sh*t kenapa dulu saya terlalu koleris dan sering kejam pada orang lain, sehingga hari ini tak seorangpun perduli pada saya? Hidup harus balance, seimbang diantara berbagai sifat. Tugas kita adalah belajar menyeimbangkannya. Jangan terjadi disaat kita mati, mata masih enggan terpejam karena ada 'hutang-hutang' yang belum lunas di kehidupan, yaitu hutang untuk merasa bahagia dan mencintai dengan tulus. Tentang bebek bertelur emas. Rahasianya ada pada telur. Telur ceplok justru enak untuk dimakan. Telur emas? Paling banter buat pajangan doang,...

2 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.