Beberapa hari lalu naik angkot dan terlibat insiden singkat yang mencengangkan. Kerasnya persaingan di kehidupan muncul dalam berbagai wujud yang tak terduga. Ada yang melakukan 'permainan cantik' ada pula yang hanya mampu melakukan 'permainan kasar.' Bermain cantik itu bagaimana? Rata-rata orang menyadari bermain cantik barangkali identik dengan ide menusuk dari belakang. Pura-pura baik didepan, namun diam-diam berusaha menjatuhkan orang yang tak disukai.
Kali ini saya secara langsung menyaksikan 'permainan kasar.' Ketika itu saya naik angkot jarak dekat saja, tetapi angkot sempat berhenti di depan sebuah pusat perbelanjaan. Supir angkot relatif masih muda usia, mungkin baru saja memulai karir narik angkot. Nah, ketika berhenti di depan pusat perbelanjaan itu di dekatnya sudah ada angkot lain yang juga menanti penumpang. Entah mengapa penumpang mulai berdatangan dan langsung naik ke angkot yang saya tumpangi. Asumsi saya adalah karena angkot yang saya tumpang parkir lebih dekat ke arah penumpang yang baru saja datang dari seberang jalan. Otomatis orang melangkahkan kaki ke angkot yang paling mudah dijangkau. Dalam waktu singkat angkot kami mulai penuh,
Tiba-tiba saja tanpa kami semua menduga, supir angkot yang sudah terlebih dahulu 'ngetem' alias mangkal menanti penumpang mendatangi angkot kami. Ia langsung menampar kaca spion milik angkot kami dan mengancam supir, "Hey, kamu tahu aturan atau tidak! Tahu diri sedikit lah! Jangan semua penumpang kauangkut. Mana kamu baru datang pula! Saya sudah dari tadi menunggu penumpang disini, jadi nggak kebagian. Brengsek kau!" Kurang lebih seperti itu ancaman yang ia lontarkan sambil menghantam spion yang tak berdosa. Sebagian penumpang termasuk saya merasa terkejut karena kekasaran atas penyerangan itu. Sementara penumpang yang lain mengatakan, "Kok sampai segitunya ngamuk hanya karena penumpang semua diambil oleh angkot ini. Gak bisa bersabar dan ikhlas."
Saya jadi berpikir hampir semua orang hanya memikirkan 'harta duniawi' -- Bahkan supir angkot saja yang barangkali penghasilannya tidak seberapa dibanding pengusaha, akan sangat murka jika rejeki itu 'dijarah' oleh orang lain. Terbersit dalam benak, bagaimana dengan seseorang yang aliran rejekinya 'dimatikan' dengan sengaja oleh orang lain. Dendam apa yang sekiranya akan meliputi? Kemarahan seperti apa yang akan meledak dalam dirinya? Kerugian yang mungkin hanya 'recehan' bagi orang lain bisa jadi dianggap kerugian besar bagi yang merasa dirugikan. Tapi bukankah mengais rejeki itu akan selalu ada jalannya? Seberapa besarpun rejeki yang kita paksakan untuk kejar, bisa jadi akan hilang percuma dikarenakan cara memperolehnya yang sia-sia belaka. Tetapi jika memang rejeki itu datangnya dari Tuhan, tanpa dikejarpun akan muncul dipangkuan. Kita percaya yang mana? Rejeki harus dikejar dan direbut paksa? Atau rejeki harus diikhtiarkan semampunya, sisanya biar Tuhan yang menentukan? Have a nice day,...
Sepertinya rata-rata yang sering menggunakan fasilitas kendaraan umum pernah ngalamin kejadian kaya gini Mbak.. malah bisa dibilang, penumpang itu diatur oleh kesepakatan antrian para sopir angkot kita harus masuk ke angkot yang mana...
ReplyDeleteiya saya juga pernah lihat "pemerintahan angkot"...saya hanya kurang nyaman dengan reaksi kasarnya..
Delete