Tuesday, March 17, 2015

Kebetulan Yang Sempurna

Dua hari lalu ada berita kurang mengenakkan yang saya terima. Tepatnya berita yang mengecewakan. Setelah penantian sekian lama dan harapan yang membumbung tinggi, ternyata apa yang menjadi keinginan tidak terpenuhi. Sudah berkali-kali saya mengalami kejadian seperti ini, dimasa lalu ketika berusia lebih muda rasanya sangat menyesakkan dada. Seolah kekecewaan harus disemburkan dengan kemarahan dan menyalahkan seseorang atau sesuatu. Ada kondisi yang menyebabkan saya tidak mempelajari bahwa segala sesuatu yang tidak atau belum terpenuhi oleh takdir memang ada maksudnya. Bukan sekedar bermaksud mengecewakan saya. Tetapi mungkin ada hal yang lebih baik yang menantikan setelah kekecewaan itu berlalu. Ini seperti menanti pelangi setelah hujan. Everything happens for a reason.

Menarik ketika saya sadari bahwa dalam kekecewaan ini saya tidak lagi terlalu berlarut atau depresi. Kecewa, namun saya merasakan bahwa memang ada garisan-garisan dan misteri dari Tuhan yang tak dapat kita abaikan begitu saja. Yang terpenting setelahnya saya segera bangkit kembali. Lebih menarik lagi ketika saya sadari bahwa saya sedang mempersiapkan sebuah tulisan rohani yang efeknya berdampak pada diri saya sendiri. Karena kekecewaan yang saya alami, saya merasakan rangkuman tulisan yang sedang saya buat seolah-olah nasihat Tuhan yang diucapkan dengan kata-kata kepada saya sendiri. Tidak melalui mulut manusia tetapi melalui tulisan tangan saya sendiri yang kemudian saya selesaikan menjadi sebuah artikel di majalah komunitas rohani Katolik.

Seolah dengan menuliskan naskah itu saya menjadi tersindir. Bahwa Tuhan mengatakan, "Kamu boleh saja pandai menulis, rajin membaca, tetapi ketika kesal dan kecewa tetap saja kamu membiarkan perasaanmu larut dan jengkel. Lalu apa artinya semua bacaan yang sudah kaubaca? Apa artinya semua tulisan yang sudah kauhasilkan? Jika pada prakteknya dirimu tetap saja mudah terombang-ambingkan dengan kenyataan yang ada." Tuhan bersabda dalam kehidupan kita, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Betapa mudah kita membaca dan mengangguk-anggukan kepala ketika memperoleh nasihat atau memberikan nasihat kepada orang lain. Tetapi ketika kita dihadapkan pada kenyataan dan  benar-benar diharuskan melakukan apa yang telah disabdakan oleh Tuhan, kita akan protes, "Why me God? Kenapa kejadian ini menimpa saya?" Manusia memang tidak makan dari roti saja, namun bagaimanapun juga manusia akan selalu mengeluh jika tidak punya roti. Namanya juga manusia! Thats why, we're all human and He is God!





2 comments:

  1. Pelajaran juga buat saya... yang membacanya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi..Gita ini aku nulis apa ya udah lupa... but thanks Gita menyempatkan diri membaca :)

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.