Wednesday, January 13, 2016

Drama 01 - Pangeran Kopi (Coffee Prince) ****

Annyeonghaseyo,.. Seorang sahabat saya, ketika baru saja pulang dari tour Korea serasa bulan madu. Matanya berbinar-binar bahagia, kisah-kisahnya menggelora dan tentu saja nggak ketinggalan saya kebagian oleh-oleh (ini yang penting!). Sering dirinya membicarakan berbagai drama Korea. Tapi saya kekeuh, berkeras hati. No, I hate Korea! Ealah, kualat kali ya. Putri saya penggemar segala yang serba Korea, almarhum sepupu juga dikabarkan pernah dekat dengan seorang pria Korea, dst. I hate Korea, sebabnya dulu saya bekerja dan berkomunikasi dengan banyak orang-orang Korea. Memang ada yang cukup baik dan ramah, tapi lebih banyak yang kasar dan kurang halus adatnya. Ya, mungkin kultur saya yang serasa keturunan keraton laut kidul nggak cocok dengan budaya Korea. Serba berteriak dan menggertak. Gyaaaaah!...

Yang kedua saya sebal Drama Korea (atau Drama Asia lainnya) karena breath-taking, heart-breaking dan time-consuming. Satu seri bisa sampai dua puluh episode. Bisa lebih. Satu episodenya bisa makan waktu 45-60 menit. Sangat tidak sehat untuk tubuh, hati dan jiwa. Kenapa? Duduk berjam-jam dikasur atau sofa, menonton film berseri, mengenakan piyama, sedia popcorn, susu, dan tissue. Siap-siap menangis bombay terharu dan jatuh hati dengan tokoh utama. Pokoknya saya pikir Drama Korea adalah salah satu 'racun' dunia entertainment yang sangat berbahaya. Sekali keracunan susah sembuh. Dulu banget saya pernah keracunan serial Meteor Garden (Jerry Yan), sampai koleksi CD asli dari Taiwan dan membeli ratusan ribu rupiah. Kalau saya pikir sekarang, gila kali ya? CD-nya sudah teronggok berdebu di sudut lemari. Lalu menonton seri Full House (Rain) dan drama Friends (Won Bin). Thanks to my BFF, Elvira, akhirnya saya keracunan juga, yeayy! Awal tahun ini saya mulai dengan menonton serial Drama Korea lama yang dirilis 2009 -- 1st Shop of Coffee Prince.

RINGKASAN CERITA
Ceritanya sangat termehe-mehe. Bersyukurlah nama tokoh sinetron Indonesia lebih gampang diingat : Doddy, Bram, Anjas, dst. Nama orang Korea? Otak keriting jika mencoba mengingatnya satu-persatu. Go Eun-chan (Yoon Eun-hye), 24 tahun, adalah gadis yang tomboy sejak kecil. Penampilannya seperti lelaki, tingkah lakunya juga demikian. Keluarganya miskin, ibunya janda dan adiknya masih SMA. Untuk menghidupi keluarga, Eun Chan kerja serabutan dari tukang antar pizza, pelayan, menjahit mata boneka, mengupas kentang. Segala dilakukannya. Gayanya tomboy, ugal-ugalan tapi cutie. Baik hati sekaligus menggemaskan. Pokoknya dia nggak malu angkut karung, buang sampah, mengantar susu. Semua dilakukan Eun-Chan supaya dapur ibu dan adiknya tetap bisa ngebul.

Singkat cerita Eun-Chan ketemu cowok tinggi, ganteng, cucu keluarga ternama pemilik perusahaan kopi di Korea (Ouchhh,..so sweet!). Cowok ini usianya hampir 30tahun. Bandel, belum mapan bekerja, tapi kesayangan neneknya. Hartanya banyak, manja tapi baik hati. Cukup cerdas dan bertanggung-jawab. Alasan sebagai keturunan keluarga berpunya membuatnya agak malas untuk segera settled, membenahi hidupnya. Cowok ini Choi Han-kyul (Gong Yoo) lalu menyewa Eun-chan menjadi pacar gay-nya. Dia pikir Eun-Chan adalah seorang pemuda yang berwajah manis. Han-kyul tidak mau buru-buru menikah sekalipun neneknya sudah ngotot mencoba mencarikan jodoh, mempertemukannya dengan banyak wanita. Pertemanan Eun-Chan dan Han-Kyul makin akrab dan berliku ketika Han-Kyul diberi mandat membuka kedai kopi oleh neneknya, sang taipan. Eun-chan direkrut sebagai salah satu pelayan pria/barista kedai kopi. Eun-Chan sangat gembira karena ia menjadi karyawan di kedai tersebut dan tetap merahasiakan identitasnya sebagai seorang gadis. Dari sini plot cerita mulai ‘memanas’ sajian utamanya: romantika percintaan Eun-Chan dan Han-Kyul.

Untuk menambah keseruan kisah percintaan. Ada tokoh pendukung yaitu Choi Han-sung (Lee Sun-kyun), yang merupakan kakak sepupu Han-Kyul. Ganteng, dewasa, produser musik dan cinta pertama Eun-Chan. Rupanya Eun-Chan adalah tukang susu yang tiap hari mengantar ke rumah Han-Sung. Pribadi Han-Sung berbeda dengan adik sepupunya yang kasar, suka berteriak dan emosional. Han-sung mempesona sebagai pria dewasa yang matang, kalem dan mapan dalam bidang pekerjaannya (catet!). Biar makin seru ditambah lagi bumbu cinta segitiga antara Han-Sung, Han-Kyul dan wanita pelukis cantik yang anggun, Han Yoo-Joo (Chae Jung-an). Sampai disini bisa mengingat nama-namanya dengan baik? Syukurlah! Karena panjangnya adalah 17 episode yaitu sekitar 17 jam, tentu saja saya tidak sanggup menuliskan segalanya disini. Nanti malah jadi novel. Ceritanya panjang dengan plot, intrik, klimaks, romance dan anti klimaks yang sebenarnya mudah diduga. Kelebihannya adalah akting para pelakon yang keren abis. Chemistry-nya nyambung banget. Yang saya paling kurang cocok adalah akting pemeran Yoo-Joo, datar dan membosankan. Kurang improvisasi. Siapa saya kok sok menilai? Serasa temen deketnya Woody Allen aja hehe...

KEKUATAN KARAKTER
Suka banget dengan akting pemeran Eun-Chan yang tomboy, mudah berteman, suka menolong, kuat bekerja keras. Akting Eun-Hye sangat ciamik. Bagaimana ia konsisten dengan penampilan rambut pendek berponi dan gaya-gaya anak lelaki. Bisakah anak perempuan dikira anak lelaki? Bisa banget. Dulu saya pernah melakukannya. Syaratnya kurus kering, rambut dipotong pendek dan mengenakan topi pet serta kaus longgar kemana-mana. He-he,.. Patut disanjung akting Eun-Hye dan bagaimana menampakkan betapa ia sangat mencintai Han-Kyul sampai nangis-nangis banjir bandang. Berperan sebagai cowok ganteng yang stunning seperti yang dilakukan Yoo Gong mungkin tidak sulit. Buat saya yang sulit adalah membangun emosi bersama dengan aktris Eun-Hye. Saya hampir yakin keduanya saling naksir di belakang layar. Sampai hari ini kedua aktris dan aktor masih saling memuji. Saya ditipu romantika murahan drama Korea? Barangkali! Biarlah Tuhan juga yang mengampuni.

SETTING LOKASI
Setting lokasinya bikin manusia greget bermimpi tentang pencapaian hidup. Seandainya hidup kita seindah dalam film. Gyaaaah! (Ngegertak gaya Korea). Rumah kediaman Han-Kyul adalah semacam apartemen studio luas yang terletak di lantai teratas gedung bertingkat. Halamannya juga luas, berupa pelataran terbuka. Bisa jemur baju. Bisa memandang kota Seoul diwaktu siang dan malam. Bisa sarapan di luar beratapkan langit. Rumah kediaman Han-Sung adalah semacam villa rumah batu di pegunungan, serasa di Puncak gitu. Penuh kaca-kaca dengan pemandangan hijau taman dan perbukitan. Han-Sung juga memiliki anjing Bearded Collie yang dinamakan Terry namun dipanggil Ssulja oleh Eun-Chan. Beberapa adegan menampakkan  Han-Sung rajin menemani dan mengajak jalan Eun-Chan ketika ia putus asa tentang cinta, sembari membawa anjing kesayangannya yang berbulu tebal itu. Lucu! Belum lagi rumah eksotis si wanita pelukis Yoo-Joo. Karena dikisahkan sebagai seniman, maka ada studio lukis, adegan melukis dan aneka karya di sebuah galery. Keep dreamin’ on! Perhaps in another life (mengeluh sambil goreng tempe dengan serbet dibahu...) hihi...

Kesimpulan utama tentang drama Korea adalah cocok digelari sebagai silent killer. Gimana enggak? Kesibukan ketemu teman, masak, nulis, jalan keluar rumah, baca, bebenah rumah dst bisa kocar-kacir berantakan karena keracunan drama Korea. Salut untuk para sineas di Korea, kok bisa jago banget membuat cerita film, mengaduk emosi penonton dengan karakter-karakter yang dreamy and catchy. Lanjooooot!

Foto: berbagai sumber 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.