Thursday, November 24, 2011

Seujung Kuku

Hari Rabu lalu ada kejadian kecil yang membuat saya berpikir besar. Kejadiannya konyol dan tak masuk akal. Siapapun yang mendengar akan berkomentar, "Bagaimana mungkin seseorang dapat masuk dalam situasi bodoh yang terkesan mengada-ada seperti itu!" Mungkin saya termasuk orang bodoh yang sering terlibat hal demikian.

Saat sedang berada di rumah saya berlaku ceroboh. Jemari tertusuk pecahan kayu dari pintu rumah secara tak sengaja. Ketika tergesa-gesa membuka pintu. Serpihan kayu yang kecil mungil dan tipis menusuk langsung ke dalam jempol tangan kanan. Terselip diantara kuku dan daging! Bayangkan perihnya seperti apa? Serpihan kayu itu sangat kecil namun ketajamannya mampu melukai daging. Terasa mengganggu.

Saya langsung berusaha menggunting kuku dan mencongkel-congkel serpihan itu sendiri. Berharap potongan kayu dapat segera keluar dari jemari tangan. Sayangnya serpihan itu tertanam cukup dalam dan membandel. Tidak dapat dicongkel keluar dengan cara apapun juga. Karena hari sudah larut malam, saya pikir sudahlah diamkan saja, tokh hanya sepotong serpihan kayu kecil. Besok pasti akan sembuh sendiri dan tidak terasa sakit. Jika ujung kuku sudah memanjang serpihan kayu pasti akan terdorong keluar dengan sendirinya.

Esok harinya ternyata jempol menjadi bengkak dan memerah. Terjadi infeksi! Akhirnya saya menuju ke rumah sakit. Sesungguhnya hanya kasus 'seujung kuku' namun kasus jemari saya dianggap sejenis kejadian emergency. Maka digiringlah saya ke dalam ruangan emergency. Dokter lalu mencoba mengeluarkan serpihan kayu itu dari kuku. 

Pertama kalinya saya tidak dibius sama sekali! Seorang dokter senior berkomentar, "Cuma masalah kecil, congkel saja langsung serpihan itu dengan pinset!" Kali ini bayangkanlah sakitnya kayak apa? Kuku dicongkel agar terbuka? Pernah menonton film tentang siksaan terhadap tawanan, terutama dalam film perang? Nah, yang saya rasakan kurang lebih adalah sama. Bagai pesakitan di kamp tahanan perang. Menangis dan menjerit. Akhirnya mereka menyuntik jemari saya hingga mati rasa dan mulai mencongkel kuku saya sedikit untuk mengambil serpihan kayu yang tertusuk di jemari sejak sepuluh jam sebelumnya. Setelahnya dokter bahkan menyuntik dengan anti tetanus dan memberikan antibiotik serta menyarankan saya minum panadol untuk mencegah jika terjadi demam.

Wow! Demikian besar efek karena seujung kuku yang terluka oleh serpihan kayu. Kejadian itu membuat saya tersadar. Membayangkan bagaimana penderitaan orang-orang yang menjadi tawanan perang? Bagaimana penderitaan orang-orang yang mengalami kecelakaan--tersesat dihutan--teraniaya-- dan sebagainya? Peristiwa 'seujung kuku' membuat saya bersyukur bahwa apa yang terjadi pada diri selalu merupakan hal-hal kecil yang konyol. Bersyukur atas kebaikan Tuhan dengan segala apa yang ditakdirkannya menimpa diri. Bisa saja saya mengalami hal yang lebih buruk. Kejadian ini membuat saya lebih menyadari arti empati dan simpati terhadap kesusahan atau penderitaan orang lain sekecil apapun itu. Bukankah sebaiknya begitu?

Change one thing, change everything - The Butterfly Effect

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.