Monday, November 28, 2011

Tepis Harap Dan Kecewa

Expectation is the root of all heartache.
William Shakespeare

Itu nasihat bijak dari Shakespeare. Namun bagaimana? Namanya manusia pasti memiliki harapan. Terkadang tidak hanya satu, harapan berderet sangat banyak. Berharap punya banyak keberuntungan dan kenikmatan. Mana mungkin hidup tanpa harapan? Kehidupan macam apa yang tidak lagi menyenandungkan harap?

Awalnya, saya tidak mengerti nasihat Shakespeare diatas. Apa maksud nasihat dan kata-kata itu? Tentu saja saya berharap banyak dalam kehidupan ini. Tidak satu tapi seribu harapan yang tersemai di hati. Berharap suami adalah pengusaha sukses. Berharap putri saya berprestasi baik di sekolah. Berharap boss bermurah hati dan sungguh mengapresiasi saya tidak hanya sekedar dengan kata-kata. Paling tidak saya berharap agar sahabat-sahabat saya adalah teman sejati, yang mau mendengar kesedihan dan membantu ketika saya sedang dilanda kemalangan.


Nyatanya? He-he... Semua orang pasti pernah mengalami kekecewaan. Ada yang meneriakkan kekecewaannya keras-keras pada seluruh dunia. Ada yang menyangkal dan seakan tak pernah gagal ataupun kecewa. Tak sedikit yang mengarang cerita bohong hanya agar terlihat tegar dan selalu bahagia. Bermacam cara tersedia untuk mengingkari kekecewaan. Tidak ada orang yang ingin kecewa!

Saya ingin sekali memiliki cara jitu mencegah kekecewaan. Apa sih obatnya? Ternyata tidak ada! Semua orang di dunia ini pasti akan mengalami kekecewaan. Kecewa pada pasangan hidup, kecewa pada sahabat, kecewa pada anak dan kecewa pada orang tua. Bahkan bisa jadi ada yang merasa kecewa pada Tuhan.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak kecewa ternyata adalah mengurangi ketergantungan, mengurangi harapan, mengurangi kelekatan pada apapun atau siapapun. Tidak tergantung (non dependable) ternyata adalah kunci untuk mengurangi rasa kecewa.

Berulang kali saya merasa kecewa pada kawan-kawan dan sahabat dekat. Peristiwa-peristiwa ini terjadi dalam gulungan masa yang berlalu. Entah terjadi di masa kecil, di masa remaja, atau kecewa pada rekan sekerja bahkan hingga merasa kecewa pada sahabat dunia maya. Seseorang yang tadinya asyik, cool, gaul, pintar, menyenangkan tiba-tiba menjadi seseorang yang mengecewakan. Tanpa alasan yang jelas. Ini adalah bentuk ketergantungan saya kepada teman atau orang lain. Buahnya, kecewa.

Pada masa kecil ketika saya diperlakukan seperti itu rasanya sedih. Dicuekkin, dibuang, tidak dianggap menjadi bagian dari komunitas. Saya jadi tertekan, melodramatis, ingin menangis, putus asa dan bertanya-tanya 'Mengapa orang lain berbuat jahat dan mengecewakan saya?' Rupanya itu terjadi karena dunia kita masih sangat kecil, muda dan sempit adanya.

Menjelang kedewasaan, saya mengalami puluhan hingga barangkali ratusan ulah teman atau sahabat yang sangat mengecewakan. Yang ingkar janji, yang mencari saya hanya jika sedang butuh, yang numpang nangis di pundak saya, yang butuh curhat rumah tangga dst. Namun disaat saya membutuhkan mereka. Banyak yang kabur, pura-pura sibuk, pura-pura tuli atau menjawab secara singkat keresahan hati yang saya yang tuliskan panjang dan berseri.

Tentu saja saya kecewa. Tetapi sekarang saya mampu berpikir,'Oh barangkali ia memang benar-benar sedang sibuk'. Atau barangkali ada sesuatu yang tengah terjadi pada dirinya dan ia memilih untuk menarik diri sejenak dari pertemanan kami. Saya coba berikan ruang -- berikan waktu -- berikan kesempatan pada orang lain (dan saya sendiri) untuk bertenang, samadi. Saya kurangi ketergantungan pada mereka, pada orang lain.

Jika sesuatu atau seseorang berharga dan Tuhan mengijinkan ia kembali dalam kehidupan kita, maka ia akan kembali. Jika tidak, move on. Kita harus berpindah dan melangkah ke bagian kehidupan selanjutnya. Manusia di dunia ini milyaran jumlahnya. Mengapa harus kecewa oleh satu atau beberapa orang? Akan selalu ada orang lain yang tersedia di kehidupan untuk menjadi orang-orang yang pantas kita sayangi dan kasihi. 


Never regret. If it's good, it's wonderful. If it's bad, it's experience.
Victoria Holt


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.