Thursday, April 21, 2016

Kartini Masihkah Perlu Masak?

Hari Kartini dan semua orang berbondong-bondong memamerkan pose berbusana kebaya. Seolah dengan mengenakan busana itu Kartini akan tersenyum bangga dan bahagia dari pusaranya. Takdir aneh membuat saya punya banyak teman dan sahabat yang berdomisili di luar negeri. Tentu saja berkomunikasi lewat sosial media. Ada yang di India, di Texas, di Seattle, di Jepang, di Belanda, di Jerman. Dan saya kagum pada mereka. Bukan masalah karena mereka menetap di luar negeri semata-mata langsung dikagumi begitu saja. Tetapi masalah kemandirian, sikap dan penerimaan terhadap kultur yang berbeda. Kekuatan mereka untuk bertahan di tempat-tempat yang awalnya mungkin terasa sangat asing.

Meme Kartini
Orang-orang yang menikah dengan kultur/budaya serta latar belakang berbeda itu bisa jadi harus full speed untuk saling menyesuaikan diri, khususnya bagi kaum wanita. Sama-sama orang Jawa menikah, wajar! Sama-sama orang Batak menikah, wajar! Ibu saya adalah wanita Chinesse Jawa yang menikah dengan lelaki Bugis. Dan saya sendiri sebagai blasteran tanpa kultur jelas menikah dengan pria Manado. Mungkin saya beruntung. Mungkin saya buntung. Ditakdirkan untuk hidup sebagai pemalas. Orang Manado memang suka pesta dan berdandan. Tapi itu juga sesuatu yang menarik, karena rata-rata dari mereka akan selalu berdandan rapi. Kemudian laki-laki Manado juga tak segan-segan memasak. Masakan saya adalah 'kacrut amburadul' dibandingkan masakan suami. Lalu saat saya bersemangat mencoba masak masakan Jawa seperti telor tahu kecap manis, dia tidak suka! Sedangkan saya tidak segitunya suka makan ikan, pagi sore siang malam? Sementara suami setiap hari harus makan ikan. Bingung dong! 

Itu hanyalah penyesuaian kecil ketika sesama orang Indonesia yang berbeda suku menikah. Bagaimana dengan mereka yang menikah dengan pria berkebangsaan asing? Tentu saja yang dihadapi seribu satu dan lebih bervariasi. Janganlah dianggap mudah! Selain dari masalah masakan dan selera makanan kesukaan yang sangat berbeda, pasti ada masalah sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Sesuatu yang tadinya sama sekali tidak pernah dimengerti kini harus dipelajari sebagai bagian dari dirinya sendiri. Belajar dari nol menjadi orang India. Belajar dari nol menjadi orang Jepang. Belajar dari nol menjadi orang Jerman. Mungkin yang relatif mudah adalah menikah dengan pria Amerika karena sehari-hari tokh tontonan kita banyak diimpor dari Hollywood? Saya terkagum-kagum melihat bagaimana teman saya di India menjadi ahli masak yang handal dan bagaimana teman saya di Jepang paham betul adat-istiadat disana. 

Sebelum mengenal suami saya hanya punya satu teman berdarah Manado. Hanya satu saja! Itupun Manado yang sudah lama menetap di pulau Jawa dan doyan gudeg. Nama marganya saja saya baru hafal tahun-tahun belakangan ini. Saya hanya hafal nama kecilnya, Nita. Saya tidak perduli nama panjangnya karena sulit diingat. Nama marganya itu aneh bin unik, Tampinongkol. Saya pun sangat tidak terbiasa dengan nama-nama marga Manado. Saya terbiasa dengan Widodo, Yudhohusodo, Rahardjo, dst. Ketika bertemu suami, baru saat itulah saya mengenal masakan Manado yang seribu satu jumlahnya. Dari bubur manado, ikan cakalang, sambal roa, lalampa, balapis, panada, paniki. Halah! Ternyata makanannya banyak banget. Dari yang tadinya huwek-huwek gak bisa menelan, gak doyan bubur Manado. Sekarang udah merem. Bring it on! Mau makan apa? Asal jangan hewan yang aneh-aneh. Give me fish all day long! The biggest one! Dan marga-marga asing dari Indonesia bagian timur? Tuturoong, Rotinsulu, Loho, Lumowah, dst. Mulai terbiasa dan paham yang mana kira-kira orang Manado. Suami saya? Sampai hari ini masih alergi gudeg dan semua masakan manis Jawa. Paling sering komplain: Kalau di Manado, es kacang merah itu menggunakan coklat asli yang dicairkan! Bukan kayak kalian orang Jawa yang bikin es pake gula merah! Akh, Kartini masihkah perlu masak? Udaaaaah, beli sate di depan rumah aja deh! (untuk para Kartini modern: Elvira Saquei & Weedy Koshino).

2 comments:

  1. Hahaha... Aku blajar masak disini, kalo ditanya bumbu2nya ingetnya bs Indianya bukab bhs Indonesianya.. #halah ... At least skrg kalo mudik sdh dipercaya mama buat masak kare ayam. Thank U dear.. Selamat Hari Kartini..

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.