Wednesday, July 20, 2016

Travel Note - Visit Jatim 2016 (2) Surabaya

Catatan 20 Juni 2016

(1) Soto Lamongan Cak Har MERR

Semalam akhirnya kami tiba dan menginap di rumah Linda, di Perumahan Puri - Surabaya. Rumahnya mungil dan terletak di ujung jalan. Perumahan Puri adalah sebuah perumahan yang nyaman, lumayan dekat ke Bandara Juanda. Banyak juga rumah-rumah besar mewah dan dilengkapi ruko/pertokoan yang nyaman. Tersedia aneka makanan enak, bahkan sekedar ngopi di Indomaret 24-H juga asyik! Pagi hari kami sudah keluar rumah dan menuju ke sebuah tempat untuk menikmati sarapan berupa soto khas Jatim. Ternyata soto ini mirip dengan 'Soto Pesek' yang biasa kami nikmati di Tangerang. Sotonya adalah "Soto Ayam Lamongan - Cak Har - MERR Surabaya." Beralamatkan di Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.220, Phone: 0857-0426-5904.

Karena terlalu excited pagi hari berkelana di Surabaya (pengen nyanyi 'soerabajaaa.. soerabajaaa oh soerabajaaa..'), saya menikmati saja hidangan soto yang tersedia dengan gembira dan setengah melamun antara percaya nggak percaya berada di Surabaya. Sotonya bening dengan kupasan daging ayam dan bumbu semacam serundeng kuning yang mereka menyebutnya 'KOYA.' Saya sampai survey sebenarnya koya ini apa sih? Ternyata koya adalah: kerupuk udang goreng dan bawang putih goreng yang ditumbuk halus dan dijadikan bubuk. Digunakan untuk ditaburkan/membumbui soto agar makin gurih (selama ini saya pikir dari kelapa parut, plis dee' bloon banget! hihihi..). 

Nah, saking masih nggak nyadar (antara capek dan gembira), saya juga tidak memperhatikan harga per porsi atau tambahan camilan lain di RM Cak Har MERR. Pokoknya ke kasir dan membayar! Hal ini sering dilakukan oleh saya maupun putri saya. Biasanya suami yang 'menggila' hihi. "Kok belanja/makan nggak dihitung harganya, main ambil, main pesan dan main bayar aja!Ya kita kan robotics anak-istri bahagia,..ha-ha-ha,... Lagi pula jam 9 pagi biasanya saya hanya makan roti dan minum susu/kopi. Nasi soto porsi besar membuat saya bingung karena belum terlalu lapar. Tapi berhubung bulan puasa, suasana rumah makan Cak Har tidak terlalu ramai. Nyaman sekali dengan gedung resto yang dibangun megah seperti rumah kayu desa, angin pagi terasa lembut menyelimuti diri. Ditambah nyoto anget-anget! Pas deh,.. Simak foto-fotonya aja yaa...(ketahuan nggak bisa bercerita kuliner dengan baik dan benar hihi...)

(2) Musium Sampoerna

Setelah sarapan di Cak Har, kami lanjoet ke MUSIUM SAMPOERNA. Eng-Eng-Eng! Musium ini sudah bolak-balik menghias berbagai promosi wisata kota Surabaya. Jadi it's a must to visit here, kalau pertama kali ke Surabaya. Kami tiba masih relatif pagi di tekape. Duh tempatnya rapi, terawat, dihiasi kebun indah. Ada beberapa mobil kuno menghias halaman Musium Sampoerna. Saya pikir masuk ke dalam musium ini kami harus membayar tiket. Alangkah kagetnya karena ternyata : ge-ra-tis. Musium dengan banyak koleksi barang jadoel dan design arsitektur yang begitu indah kok gratis? Tapi itulah kekuatan "Group Sampoerna". Berlokasi di Taman Sampoerna No.6, Phone: (031) 3539000.

Dalam musium dipajang banyak sepeda kuno, sepeda motor kuno dan ada beberapa karung yang menampakkan aneka kualitas tembakau. Baunya menyengat. As always saya suka bau-bau dari masa lalu. Hal-hal yang serba vintage. Jadi oke-oke saja. Kamar mandinya (toilet umum pria dan wanita) terletak berseberangan dengan pintu kayu raksasa yang sepantasnya menjadi pintu gerbang rumah (saking gedenya). Di dalam kamar mandi, dindingnya dihias kertas dinding dari susunan kemasan 'Dji Sam Soe' unik sekali. Wastafelnya juga model antik gitu berbentuk kotak dengan marmer putih. Di berbagai sudut dikisahkan perjalanan rintisan usaha group Sampoerna. Apa saja milestones (titik-titik balik penting) yang terjadi pada masa lalu. Berbagai foto petinggi dan pemilik perusahaan dari masa lalu juga terpajang di dinding. Saya tertarik pada sebuah mesin kuno hitam yang sangat besar, yang rupanya adalah mesin cetak kemasan (dus) rokok.

Tangga menuju lantai dua ternyata berisikan toko souvenirs. Saya sarankan membeli dari toko ini karena banyak barang kenangan/ cindera mata khas Musium Sampoerna. Hal yang sangat 'magical' di lantai dua adalah kita akan bertemu dengan beberapa pegawai wanita (didudukkan berjajar dalam ruang kaca tertutup) yang sibuk bekerja membuat lintingan rokok dan mengepaknya. Kita dapat memperhatikan langsung namun tak boleh berkomunikasi dengan mereka. Manusia-manusia yang bekerja dengan kecermatan, ketepatan dan kecepatan tinggi. Tangan-tangan mereka bergerak lincah dalam menyusun dan memainkan tembakau-tembakau untuk dikemas dalam bungkus rokok. Yang hebat lagi ada sebuah jendela kaca yang sangat besar di dinding belakang dan dibawah sana ratusan pegawai melakukan kegiatan yang sama persis. Seperti ratusan minions yang bekerja bersama-sama (kebetulan seragamnya kuning). Sayangnya pengunjung dilarang memotret kegiatan para pekerja wanita ini. DILARANG. Ratusan pekerja mengenakan seragam yang sama persis dengan topi yang juga sama. Laksana pasukan semut pekerja. Sulit mengenali wajah satu-persatu kalau tidak memperhatikan dengan cermat.

Untuk suvenir saya membeli sebuah mug bergambar Musium Sampoerna. Tadinya ingin membeli kaos bertuliskan 'nyleneh'. Model kaos yang kalimat-kalimatnya membanyol. Sayang putri saya dan juga Albert, putra Linda yang menemani kami tidak terlalu berminat pada kaos-kaos lucu tersebut. Dari musium kami lanjut kebelakang, dimana terdapat sebuah art gallery yang memajang aneka kreativitas para seniman Surabaya. Kompleks Musium Sampoerna terdiri dari tiga tempat yang bisa dikunjungi: musium-galerry-coffeeshop. Karena perjalanan menikmat Surabaya masih panjang, kami tidak sempat ngupi-ngupi di Coffee Shop yang juga kebetulan baru akan dibuka siang hari. Ada satu lagi, mobil wisata dari Musium Sampoerna yang kabarnya bisa mengantar keliling. Tapi hari itu juga tidak dioperasikan. Kami cukup puas mengakhiri kunjungan ke Musium Sampoerna dengan melihat-lihat pameran di Gallery bertajuk "Ampyang."

(3) Gedung Siola/Tunjungan City

Dari Musium Sampoerna kami berniat mengunjungi Musium Surabaya, sayangnya musium tutup pada hari Senin. Lucunya musium ini bergabung dengan "DISDUKCAPIL" Surabaya. Bukan temennya 'upil'. Disdukcapil adalah : dinas kependudukan dan catatan sipil -- KTP/Lahir/Nikah/Cere/Mati se-Surabaya semua dilayani oleh dinas ini, beralamat di Jl. Tunjungan Surabaya. Lha kalo ke musium terus dikira mau daftar cere talak satu gimana jeung? Yah, itu muka elo aja yang apes! He-he-he,.. Gedung ini kini disebut TUNJUNGAN CITY. Ibu Risma mulai membangun lagi gedung warisan jaman Belanda ini dan difungsikan untuk melayani masyarakat Surabaya. Bagus sih di dalamnya modern banget disdukcapil terlihat rapi dan banyak penduduk serta karyawan disdukcapil yang berbusana kantor berseliweran di gedung ini. Sayang menurut saya arsitektur Belanda/desaign heritage-nya agak terhapus. Bagian dalam gedung menggunakan lantai marmer warna abu gelap model desain minimalis masa kini (kurang cocok). Saya pernah lihat design lantai Plaza Indonesia (lupa resto/toko/cafe EX plaza kali?), itu desaign lantainya asli pakai lantai tegel model jadoel vintage, jaman opa saya masih hidup. Terasa sentuhan heritage-nya :). Lapor Bu Risma yak! :)

Gedung layanan disdukcapil a.k.a. Tunjungan City, punya nama lain juga. Dulu gedung ini dikenal seantero Surabaya sebagai gedung Siola. Sebagai pendatang di Surabaya (hanya untuk seminggu), saya penasaran kenapa namanya Gedung Siola? Emangnya masih sodara dengan Biola? Ternyata pada tahun 60-an (masa jadoelnya), gedung ini adalah pertokoan milik lima orang yaitu : Soemitro – Ing Wibisono – Ong – Liem – Ang, jadilah disebut : TOKO SIOLA/GEDUNG SIOLA. Asal orang Surabaya pasti tahu, kalo orang Klaten mungkin bingung! Hihi,.. Asyik ke gedung Siola ini. Selain ada musium, disdukcapil, sudut lain difungsikan sebagai galeri/pameran. Ketika kami datang sedang ada pameran foto "Denyut Nadi Kehidupan Surabaya" Duh, foto dan lukisannya apik-apik! Tetapi yang menarik minat saya adalah "TOKO UKM." Suka! Di dalam toko UKM itu (buka hingga jam 5 sore) terdapat banyak kerajinan halus bikinan UKM Surabaya. Seperti tas, dompet, scarf dll (sayang kaos-T Shirt-nya kurang bagus/lebih bagus kaos-T Shirt yang dijual di musium Sampoerna). Dan harganya,... muraaah cynn! Ya maklum kalo di Jakarta akan sulit menemukan barang-barang unik serapi itu dengan harga yang oke. Tempat yang cocok buat belanja suvenir!

Menurut saya kalau tak ada teman/kerabat. Cobalah menginap di jalan Tunjungan. Sepertinya menarik untuk menelusuri seluruh wilayah jalan Tunjungan. Ada Hotel Majapahit yang dulunya adalah 'Hotel Oranje' pada masa Belanda dan 'Hotel Yamato' pada masa pendudukan Jepang. Di hotel ini terjadi perobekan bendera Belanda merah-putih-biru yang dibuang warna birunya dan diubah menjadi merah putih. Peristiwa yang menunjukkan betapa muaknya rakyat Indonesia terus diatur oleh penjajah. Hotelnya tentu saja kuno/vintage as always dengan banyak kisah masa lalu. Tapi kini Hotel yang bernama Hotel Majapahit ini adalah hotel bintang lima dengan 140 kamar lebih. Selain Hotel Majapahit di wilayah ini juga terdapat Hotel Tunjungan berbintang empat. Hotel ini sepertinya lebih muda usia daripada Hotel Majapahit dan menyatu dengan Pusat Perbelanjaan Mewah TUJUNGAN PLAZA (TP). Mall dengan taburan toko-toko yang menjual barang branded. Tunjungan Plaza sepertinya berseri TP-1 hingga TP-6, mengingatkan saya pada Mall Kelapa Gading (MKG). Yang juga berseri dari MKG-1 hingga MKG-5.

(4) DELTA PLAZA dan MONKASEL (musium kapal selam)

Dari gedung Siola kami melanjutkan perjalanan menuju ke Delta Plaza untuk makan siang. Jujur saya lebih suka Delta Plaza daripada TP. Disini banyak makanan enak dan barang-barang yang sepertinya tidak semewah di Tunjungan Plaza alias lebih terjangkau. Saya sendiri menikmati "RUJAK CINGUR" delta plaza. Enak! Sayuran, lontong, buah, bumbu petis dan daging 'cingur' (hidung) sapi. Biasanya sih seperti 'tulang rawan'/ tulang lunak. Ya, nggak semua orang doyan makanan ini, beberapa orang (seperti suami yang asli Manado) akan bergidik ngeri dan kabur karena tidak doyan. He-he-he,..Coba saja di Plaza Surabaya Lantai 2 Unit 104, Jl. Pemuda, No. 33-37. Tempat makannya sih kecil, cafe/kedai biasa saja. Dan kami pun hanya mendapat tempat di sudut yang sempit karena banyak orang kantoran makan siang disini. Tapi dindingnya berupa kaca separuh badan sehingga memungkinkan untuk melihat ke bagian depan/ hallway mall. Tidak terasa sumpek duduk disini, apalagi ber-AC, he-he-he,...

Keluar dari Delta Plaza kami berjalan kaki menuju ke "MONKASEL". Di musium ini bayar tiket Rp. 10.000/orang. Ternyata yang disebut musium barangnya cuman satu : "Kapal Selam" udah itu doang! Kami pun menaiki tangga ke atas menuju pintu masuk kapal selam. Memang besar kapal selam ini. Dan bagi penggemar kabel, dinamo, mesin, torpedo, teleskop alias penggemar tehnik mungkin akan suka melihat kapal selam ini. Ya, isinya hanya seputar banyak peralatan/kelengkapan kapal selam serta seperti apa rasanya masuk di dalam kapal selam. Sayang AC-nya agak panas dan sumpek, juga ada bau minyak pelumas di dalam kapal selam. Saya hanya membayangkan para crew kapal selam itu selama beberapa hari tinggal di dalam ruangan pengap seperti itu di dasar laut. Wouw! Kebetulan ayah saya dulu pernah bekerja sebagai KKO dan KPLP (kesatuan penjaga laut dan pantai). Dan saya tahu benar bahwa angkatan laut memang dilatih untuk tinggal di dalam kapal selam/kapal pengintai semacam ini. Waktu kecil ayah pernah mengajak saya melihat 'kapal selam'nya. Waduh, saya phobia ruang kecil dan pengap! He-he-he,.. Sebetulnya ada ruang audio video untuk menonton film tentang kapal laut/ angkatan laut tapi karena cuaca sangat panas dan sepi, kami memutuskan untuk 'skip' acara nonton video-nya. Sebetulnya bagus sekali Musium Monkasel ini hanya menurut saya kurang terawat dan kurang dikembangkan. Misalkan ada toko suvenir kapal selam dan pernak-pernik TNI AU (sekaligus promosi) pasti menarik. Alamat Monkasel adalah Jl. Pemuda No.39, Embong Kaliasin, Genteng, Phone: (031) 5490410.

(5) Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria - Kuno

Mencecap Surabaya sehari terasa sangat panjang karena begitu banyak hal yang dapat dilihat. Kami menuju ke gereja kuno/klasik. Kebetulan gereja Katolik KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA. Beralamatkan di Jl. Kepanjen No.4, Surabaya. Suka banget, bangunannya bagus sekali. Seperti kastil atau istana Disney Princess, he-he-he... Warnanya merah bata. Sayang seribu sayang, ketika kami datang gerejanya sedang di-renovasi  besar-besaran, sehingga super berantakan. Puluhan tukang dan aneka peralatan bahan bangunan terserak dimana-mana. Umat pun di tempatkan di tenda-tenda besar yang ada di halaman. Tetapi terlihat bahwa gereja ini sudah sangat tua usianya dan menjadi saksi ribuan kehidupan umat Katolik sejak jaman dulu. Ada ruang yang memajang sebuah kitab suci raksasa dan perlengkapan Romo/Pastor dari masa lalu. Sekali lagi karena tempatnya 'berantakan' kami tak dapat berlama-lama. Lagi pula sulit menikmati keindahannya dengan kaleng-kaleng cat, bambu dan kayu yang disusun disana-sini. Semoga suatu hari nanti dapat kembali ke gereja ini dan mengamati lebih detail keindahannya.  

(6) Pasar Atom dan Nasi Cumi

Sore masih 'diharuskan' oleh Linda untuk mengunjungi Pasar Atom. Ternyata Pasar Atom ini kayak 'kue lapis' jadi ada bagian pasar lama dan ada bagian mall-nya. Kalau di pasar-nya agak panas sumpek dan jadoel. Atapnya masih menggunakan solatap plastik hijau tembus cahaya matahari. Terasa banget suasana 'chinatown' disini. Banyak dijual hidangan-hidangan non halal. Dan merupakan surga makanan serta cemilan/jajanan kecil. Semua pedagang akan berlomba menwarkan kripik dan snacks. Segala manisan, asinan, pahitan semua ada hehehe,... Kebetulan saya bukan tipe penggemar kripik, jadi saya sama sekali tidak berbelanja cemilan yang ada disini. Repot bawanya, apalagi kalo dimasukkan dus, serasa "Saodah pulang kampung." Jadi saya hanya penikmat suasana chinatown. Ada sebuah hallway panjang yang isinya pedagangan makanan. Aduh, komplit-plit-plit. Dari aneka gorengan dan hidangan lain. Perut dijamin mbledhos kalau berkunjung ke pasar Atom dan berhenti di tiap penjual makanan. Coba deh kunjungi ke alamatnya di Jl. Bunguran No. 45, Bongkaran, Pabean Cantian, Phone: (031) 3551995.

Dibelakang Pasar Atom ada sebuah warung yang menjual hidangan khas "NASI CUMI" penjualnya adalah keluarga Madura. Masakannya serba berminyak dan disajikan bersama rempeyek yang tipis kemrenyes gurih kalau dimakan enak sekali rasanya. Saya biasanya kurang suka rempeyek (apalagi pakai kacang), tapi rempeyek yang ini beda. Teksturnya renyah dan tipis lebih mirip kulit ayam yang digoreng. Karena suatu kerakusan saya makan "Nasi Cumi" dua kali selama di Surabaya. Tidak memperhitungkan efek gorengan yang dapat berakibat fatal. Sebelum pulang ke Surabaya saya minta makan nasi cumi lagi. Ternyata kelelahan dan pergantian cuaca panas-dingin-sedang (JKT-SBY-MLG-BATU-SBY-JKT) ditambah dengan keasikan makan gorengan dari nasi cumi, saya batuk dan flu parah selama hampir dua minggu, hingga ingus berdarah (hiyeeeks,..). Bukan sulap bukan sihir. Bukan edan bukan gendheng. Ternyata saya termasuk orang yang gak bisa jajan warung sembarangan di tepi jalan :D hihihi,... 

(7) RESTO HAPPY GARDEN

Linda si penggila kuliner masih 'memaksa' saya dan anak-anak (putri saya dan putranya) untuk makan di Resto chinesse food pada malam hari. Kira-kira jam 9 malam kami pergi ke Resto yang terlihat mewah dan banyak dikunjungi oleh keluarga-keluarga untuk 'late dinner' bersama. Namanya adalah HAPPY GARDEN RESTAURANT, Jl. Simpang Dukuh (Komplex Andika Plaza). Resto ini sepertinya dibuka untuk mereka yang suka makan enak, walaupun tengah malam buta! Saya kebetulan tidak menyimak jam bukanya restoran ini, tapi sepertinya beroperasi 24 jam. Asli "Program Penggendutan Tubuh." Bayangkan saja kalau tengah malam kita masih bersantap enak yang serba daging dan lemak. Tetapi hidangannya memang sangat lezat, semua dimasak fresh oleh juru masak handal! Dan perlu saya sampaikan bahwa Resto ini chinesse food 'totok' jadi tersedia makanan-makanan yang non halal. Yang halal tentunya juga ada. Karena takut gembrot (walaupun ngiler) saya hanya ikutan icip-icip sedikit hotplate, bubur ayam dan cincang daging manis (lhaa,..kok banyak juga! Hi-hi-hi,..). Hadeh, cobaan banget! Lanjut besok kisahnya,...

2 comments:

  1. Akhirnyaaa...mlaku-mlaku nang Tunjungan rek..!! :D

    Salut buat Mbak Win yang non Jatim isa menikmati rujak cingur... yaa, selain cingurnya, ndak semua orang isa langsung akrab sama petis setau saya. Hehehe.. lha wong saya yang asli Jatim aja ndak terlalu doyan rujak cingur, padahal rata-rata orang Jatim (terutama yang perempuan) pasti doyan rujak cingur.. :D
    Tapi kalo yang disebut "sego cumi" alias "nasi cumi" diatas Pasar Atom.. saya sepakat.. dua jempol.. :D :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gini dulu itu aku kost di Cipete, di ujung jalan ada RM. Rujak Cingur, berhubung anak kost 'apa aja dimakan' hehehe,.. Jadi makan rujak cingur udah biasa dan suka. Satu lagi aku juga suka tahu petis hehehe...

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.