Wednesday, August 3, 2016

Tinjauan Film, Drama dan Buku Adalah Pekerjaan Rumah

Kenapa akhir-akhir ini gemar menuliskan tinjauan film dan drama khususnya Korea? Jawabnya karena saya tidak sabaran, grasa-grusu. Tidak sabar adalah sifat buruk yang saya miliki. Jaman dulu saya tidak sabar dengan hal-hal yang 'lemot' termasuk manusia lemot. Lalu oleh kehidupan saya diberi kesempatan belajar sabar. Belajar sabar ini bukan sebulan dua bulan tetapi belasan tahun dengan berbagai peristiwa yang terjadi. Mudah-mudahan sekarang sudah sabar dengan yang lemot-lemot. Membaca buku dan menuliskan resensinya akan makan waktu yang cukup lama. Karena baca buku sama dengan mengunyah sendiri. Lalu supaya "instat" (karena nggak sabar), saya mulai menonton drama Korea (di-blender). Ternyata lama-lama jenuh dan drama ini juga berseri, makan waktu juga untuk menonton setumpuk drama, mengingat segalanya dan menuliskannya (banyak drama yang diatas 100 episode). Maka terakhir beralih ke film-film layar lebar Korea. Karena sifat nggak sabaran itu tadi! Nonton film dua jam saja selesai lalu bisa segera dituliskan.

Kenapa Korea? Karena mereka pandai menyisipkan "makna kehidupan." Saya merasa cukup melihat terlalu banyak film dengan "special effects". Pernah sekali saya berdiskusi dengan seseorang yang mengatakan ia sangat benci film special effects. Kenapa? Ia menjawab, "Karena saya menonton film untuk menikmati acting dan memahami peran yang dibawakan." Waktu itu saya belum paham apa bedanya dengan film full special effects? Tokh aktor/aktrisnya juga harus ber-acting pura-pura dikejar monster? Setelah banyak menikmati drama Korea lalu saya tersadar. Yang hilang dalam "special effect movies" adalah makna kehidupan yang dapat disisipkan. Pure entertainment dengan special effects seperti makan bubur ayam dan hanya dapat buburnya saja! Film atau drama yang kaya dengan acting-acting menawan para pemerannya seperti menikmati semangkok bubur ayam komplit. Tentunya dengan suwiran daging ayam, rajangan seledri daun bawang, kuah kaldu, tong-chay, bawang goreng dan bahkan barangkali sedikit micin penyedap rasa (biasanya sisipan adegan vulgar, halah!). Sejauh ini perfilman dan drama Korea saya rasakan pandai meracik itu semua. Jadi ibarat sarapan bubur ayam, udah langganan ke warungnya "Bang Somad". Hehehe,..

Menikmat karya lalu melupakan. Pergi travelling lalu melupakan. Melalui berbagai peristiwa di kehidupan lalu melupakan. No way! Sedapat mungkin saya akan mencatat segalanya. Sehingga suatu hari jika ada exam saya masih dapat belajar dari "catatan-catatan" yang saya buat sebelumnya. Teman-teman sering merasa heran dengan daya ingat saya. Dengan bergurau saya katakan, "Tentu saja ingatan saya setajam silet,.." Kejelekannya, saya sulit melupakan "catatan-catatan" buruk yang pernah ada. Saya paling takut dengan penyakit seperti dimentia/alzheimer. Waduh, bagaimana jika suatu hari kelak saya benar-benar 'blank' dan melupakan segalanya, buyar? Maka saya berusaha mengingat dan mencatat segalanya. Film, drama dan buku membuat kita memahami hal-hal yang tadinya tidak kita pahami atau tidak kita mengerti tanpa perlu merasakan dalam sebentuk pengalaman hidup. Menuliskan kembali catatan tentang film, drama dan buku bagi saya adalah 'memasak' dengan resep yang telah dipelajari sebelumnya. Sementara membuat catatan diary/ actual things in life adalah 'memasak' dengan segala keahlian chef yang ada dalam diri. Sejauh mana misalnya kita dapat meracik hidangan lezat jika yang disediakan hanya brokoli, gula dan garam? Menuliskan film, drama dan buku bagi saya adalah pekerjaan rumah sedangkan menuliskan pengalaman kehidupan adalah thesis. :)

foto:berbagai sumber

2 comments:

  1. Sekedar berbagi... mungkin karena saya tidak menulis, jadi ingatan-ingatan akan buku, film, drama , lagu, biasanya terekam dengan baik di ingatan karena kesan ataupun kesamaan dan kesesuaian dengan kepribadian pikiran, namun ajaibnya.. masih relatif mudah memanggilnya kembali.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ditambah belum menikah dan belum punya putra..(aheem)..jadi ruang memori di kepala masih seluas samudra...:P

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.