Friday, June 26, 2015

Waspada Kejahatan Meningkat

Bisa enggak sih kejahatan dimaklumkan dengan kata-kata seperti ini. "Dia berbuat jahat karena terdesak kebutuhan." Lalu semudah itu harus dimaafkan? Menurut saya seringkali kejahatan terjadi karena adanya kesempatan. Yang tadinya mungkin nggak terpikir, melihat kesempatan terpapar didepan mata. Why not? Kenapa nggak dicoba saja? Didikan orang tua dan agama menjadi faktor utama seseorang berpikir dua kali. Serius nih gue mau jadi penjahat? Kalo nggak ketahuan mungkin aman-aman saja. Tapi kalau ketahuan? Untuk yang memiliki kesadaran spiritual tinggi, "Nggak ketahuan oleh manusia oke! Tapi suara hati kan terus menyindir -- ih, kamu maling!"

Beberapa waktu yang lalu seorang teman terkena hipnotis. Kemungkinan besar memang pelaku sudah mempelajari behaviour atau pola laku calon korbannya. Diberitakan bahwa anaknya celaka dan harus segera dioperasi. Lalu dibutuhkan dana sekian banyak untuk langsung melakukan tindakan medis. Desakan untuk mentransfer uang dilakukan melalui telepon dengan skema drama. Di latar belakang terdengar suara-suara orang yang berperan sebagai dokter, polisi dan resepsionis rumah sakit. Suara dibuat saling ribut, berteriak-panik dan histeris. Otomatis membuat ibu si anak panik dan langsung mengirim sejumlah uang yang diminta. Ketika mencoba menilpon sekolah dan mencari kejelasan tentang keadaan anaknya entah mengapa tidak ada yang dapat memberikan konfirmasi. Karena kasih sayang yang besar dari seorang ibu untuk anaknya, maka bablaslah uang puluhan juta. Anaknya ternyata baik-baik saja di sekolah dan tidak kurang suatu apa. Modus kejahatan yang sangat cerdik!

Yang kedua seorang teman memiliki usaha catering dan sewa perlengkapan untuk hajatan. Ketika seorang lelaki menghubungi dengan ramah dan sopan lalu mengatakan, "Deal, kami butuh jasa ibu dan akan segera siap mentransfer uang saat ini juga Bu. Mohon dibantu dengan memberikan nomor rekening dan langsung kami dibantu untuk prosedur transfernya ya Bu." Lalu mulailah si 'lelaki ramah' nyerocos mengajak berbincang dan mendikte teman saya untuk memencet tombol-tombol sehingga tanpa sadar bukannya menerima transfer sekian juta, dirinya malah mengirim transfer sekian juga. Suaminya pun ditelepon oleh si 'lelaki ramah' dan menyatakan bahwa dirinya hendak menambahkan kekurangan DP yang belum dilunasi. Dengan prosedur hipno kata-kata manis yang sama sang suami pun tanpa sadar mentransfer sekian ratus ribu rupiah. Waduh!

Yang terakhir. Seorang teman yang masih lajang, gemar bepergian kemana-mana seorang diri menggunakan transportasi umum. Entah naik bis, kereta, taksi atau bahkan ojeg. Ketika bepergian dirinya sering membawa terlalu banyak barang dan tas. Saya sering mengingatkan teman yang bepergian dengan public transportation agar mencoba lebih simple/ ringkas dalam membawa barang. Karena jika terlalu banyak barang yang dibawa, maka perhatian kita akan terpecah-belah dengan urusan pribadi dan banyaknya barang tentengan yang harus diangkut. Ribed. Menurut saya idealnya satu tas ransel punggung dan satu tas kecil untuk segala uang dan dokumen penting yang selalu tergantung di bahu/pinggang. Itupun dengan catatan jika menaiki kendaraan umum yang berdesakan atau berjejalan tetap saja keamanan barang-barang kita tidak terjamin dari tangan usil para copet. Kejadian teman saya ketinggalan dompetnya di taksi. Beruntung sehari kemudian dikembalikan. Ia merasa sangat bersyukur. Ternyata hari berikutnya ia menerima SMS dari sebuah bank swasta yang menyatakan bahwa ia telah berbelanja 2,7 juta. Kagetlah dirinya. Ketika dicek sebuah kartu kredit rupanya telah dicuri dan digesek dengan semena-mena. Senilai 4juta-an. Lemaslah tubuhnya. Sekarang ia sedang dalam proses mengurus pemblokiran dan meminta haknya untuk dikembalikan. Entah bagaimana akhirnya.

Kejahatan ada dimana-mana. Polanya sama, mencari keuntungan maksimal dalam waktu singkat tanpa perduli merugikan atau menyakiti orang lain. Yang terpenting uang, benda atau materi yang diinginkan langsung tersedia didepan mata. Mengenai cara-cara masa bodoh sajalah. Asal tidak ketahuan. Aman! Jaman sekarang siapa cepat dia dapat. Siapa culun dia tertipu dan siapa bodoh dia pantas dirugikan. Itu sudut pandang orang yang punya niat tidak baik. Tetapi sudut pandang mereka yang punya nurani dan takut akan Tuhan tentunya tidak akan semudah itu berniat mengakali orang lain. Hidup ini berupa lingkaran-lingkaran yang bersinggungan. Ketika berbuat baik, pada suatu ketika kebaikan itu berbuah persinggungan pada kebaikan yang lain, mungkin berlipat ganda, alangkah indahnya. Sebaliknya ketika berbuat kejahatan dan suatu saat ada malapetaka yang menimpa diri atau orang-orang terdekat. Muncul pertanyaan: mengapa terjadi seperti ini? Why me? Bagaimana dengan statement: Gue udah sering berbuat baik, kenapa gue apes melulu dan merugi? Bagaimana dengan iman dan kesabaran? Bagaimana dengan : Gue akan sabar, beriman dan percaya, Tuhan hanya akan memberi kebaikan pada umatNya dan tidak akan mencobai melebihi yang mampu ditanggungnya. Amin!

Kemiskinan mungkin adalah ibu dari tindak kriminal, tetapi kurangnya intuisi tentang kebaikan adalah bapak dari perilaku tersebut, (Jean De La Bruyere)

4 comments:

  1. Saya suka kalimat penutupnya :)

    ReplyDelete
  2. "Siapa culun dia tertipu dan siapa bodoh dia pantas dirugikan"... :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau bisa sempatkan diri rajin membaca (updet berita/pengetahuan) agar tak mudah ditipu dan dirugikan :)

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.