Monday, September 8, 2014

Kemana Kaki Melangkah

Hidup ini memang pengembaraan, yang sendiri lebih leluasa sesungguhnya untuk pergi entah kemana. Karena tak ada yang akan menghalangi, menyalahkan, menggurui dan sebagainya. Namun tentu saja terkadang lebih sepi karena tiada sesiapa untuk berbagi. Hidup ini sebaiknya memang mengikuti kemana kaki melangkah. Kadang bergantung pula sepatu apa yang menempel pada kaki kita. Jika sepatu tua tentu harus berhati-hati agar kondisinya tak kian lapuk dimakan usia. Jika sepatu gunung tak ada salahnya mendaki lebih di ketinggian. Jika sepatu stiletto tak ada salahnya pula meliuk genit dikeramaian.

Hmmm,... hidup ini pengembaraan. Terbiasa aku bersama anggota keluarga lainnya. Kadang kurasakan terlalu lambat dalam melangkah entah menuju kemana. Kadang kuteriakkan kata-kata, "Tidak ada tujuan pasti kemana,... pun kau banyak menghalangi? Bagaimana jika kukatakan tujuanku adalah afrika atau gunung eskimo di antartika? Pasti banyak cela dan keraguanmu kita akan sampai disana!" Hidup berdua memang butuh ketrampilan yang luar biasa untuk menggapai ke arah sana. Hati-hati mendeskripsikan partner perjalananmu sebagai ia yang menghalangi ataukah ia yang menemani? Pada akhir perjalanan kau akan sendiri atau berdua, toleransimu yang menentukan.

Sejauh ini perjalanan yang kulalui cukup berarti. Dari sendiri, aku lalu berdua. Dari berdua lalu kami jadi bertiga. Tetapi setiap detiknya yang ada menurutku hanyalah bahagia dan ajaib semata. Bagaimana kami bisa menggapai semuanya perlahan namun pasti, tak banyak namun jujur, tertinggal di belakang tetapi mengerti arti budi pekerti. Hidup ini memang pengembaraan, butuh sepatu yang kuat dan cocok dengan kepribadian kita. Bisa jadi sepatunya kuat namun tak sesuai dengan hasrat kita. Bisa jadinya sepatunya indah namun melelahkan untuk suatu perjalanan. Hidup ini memang harus diikuti kemana kaki melangkah namun harus ada curiosity didalamnya. Kira-kira akan kemana, jangan selokan menjadi tempat akhir kaki terperosok. Parah pula jika mata kaki terkilir pada persendiannya. 

Pengembaraan di kehidupan adalah setiap hari. Ketika bertemu tanya dan tak tahu jawabannya. Ketika bertemu kurang dan tak tahu kelebihannya. Ketika bertemu lelah dan tak tahu peristirahatannya. Hidup ini penuh petualangan sekalipun aku hanya duduk disini di depan mesin ketikku setiap hari. Mengetikkan berbagai tanya, berbagai jawab, berbagai rindu dan berbagai kisah tetes keringat. Kusadari bukan masalah aku pergi kemana saja, tetapi lebih pada masalah aku mampu menjawab apa saja, itu sudah menjadi pengembaraan tersendiri dalam hidupku. Pertanyaan yang dahulu tak mampu kujawab dan ketakutan yang menjadi monster tidur malamku. Sepatuku, luar biasa jasamu, menemani kemana kakiku melangkah... I love skechers! 

1 comment:

  1. Aku suka analogi sepatu dan hidup, Mbak.. tak bertele-tele tapi mengarahkan kita berpikir..

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.