Monday, August 29, 2016

KDRT yang benar adalah Komunikasi Dalam Rumah Tangga

Marriage is not for everyone. Iya benar. Pernikahan itu memang bukan untuk semua orang. Karena pernikahan menggandakan semua masalah dari satu menjadi dua. Dari satu kepala menjadi dua kepala dan saling berbenturan. Menggandakan berkah? Belom tentu! Iya kalau peruntungan sepasang sejoli membaik selama jalannya pernikahan. Bagaimana jika memburuk lalu ambruk? Cita-cita masing-masing individu tak kesampaian. Karir masing-masing mentok. Harapan rumah tangga mencapai masa gemilang hanya pepesan kosong. Membesarkan anak dilakukan pula dengan cara kedodoran. Most of the time saya berpikir bahwa pernikahan bukan untuk saya. Pernikahan membuat saya banyak berkorban dan merugi besar. Tapi ternyata saya tetap menikah juga (masih)!

Anehnya pernikahan ini dalam beberapa tahun lagi akan mencapai angka 20 tahun pernikahan. Pertengkaran-pertengkaran kami mulai memasuki "Era GAK MUTU". Era PIL, WIL dan BOKEK sudah terlewat dalam bab-bab sebelumnya. Pertengkaran masa lalu itu sudah terjawab dengan kata-kata mutiara, "Emang masih ada yang mau sama elo? Kalau masih ada yang mau, silahkan...!" Kemudian masalah bokek pernah terjawab dengan latihan ketabahan, ketika kami sekeluarga (termasuk anak) hanya menyantap nasi goreng curah yang dibeli di warung depan rumah selama beberapa hari berturut-turut. Saking nggak ada duit sama sekali. Itupun masih termasuk bagus kali ya, nggak sampai ke level nasi ikan asin, indomie atau bahkan nggak bisa makan selama seminggu. 

Pertengkaran "Era GAK MUTU" sifatnya insidental dan sangat aneh. Misalnya begini. Suatu hari saya dan suami harus kondangan ke lokasi dekat rumah dengan berjalan kaki. Mosok jarak 200 meter harus pake mobil? Acaranya jam 11 siang. Itu adalah jam yang sangat saya hindari untuk berjalan keluar rumah. Saya sering kecentilan dengan "menolak keras sinar UV". Saya tahu benar bahwa sinar matahari hanya aman untuk kulit dibawah jam 8.30 pagi. Sisanya siap mengeringkan kulit dan berfungsi mengumpulkan kerut. Kalau ketemu sinar matahari siang biasanya saya akan lari-lari lebay dan selalu berlindung di tempat gelap/teduh (mungkin sebelum reinkarnasi saya adalah vampir?). Kalau kepanasan saya juga sering mengeluh panjang pendek. Hingga pernah satu kali sahabat saya membentak, "Kamu sebentar lagi akan meleleh atau bagaimana?" Yah, setiap manusia punya sisi jelek dalam dirinya. Mungkin saya = lebay.

Maka dari itu saya memaksa suami membawa payung besar yang mudah dibuka dan dapat dipakai untuk berteduh berdua (memang lebay kelas dewa!). Tentu saja suami menolak. Panas terik kok malah membawa payung raksasa. Ke acara kondangan pula. Gila kali? Ia memaksa saya membawa payung yang kecil. Dengan alasan ia tidak butuh berteduh di bawah naungan payung. Silahkan saya berpayung sendiri sepuasnya. Saya agak jengkel karena saya sudah mengatakan bahwa saya yang akan membawa si payung raksasa tanpa rasa malu. Saya akan cuek menyenderkan payung atau meletakkan payung di lantai dalam acara kondangan tersebut demi keselamatan kulit saya. Payung adalah anti oksidan yang realistis dari UV. Saya sudah tahu bahwa payung kecil mulai rusak karatan dan sulit dibuka. 

Payung lalu menjadi sumber pertengkaran kami dalam perjalanan menuju acara kondangan. Saya jengkel karena masalah membawa payung saja saya tidak diijinkan alias didikte. Dan sepulangnya acara saya makin marah karena payung kecil sungguh sulit dibuka bahkan gagangnya copot ketika ditarik! Sehingga selama beberapa menit di perjalanan pulang saya terpanggang sinar UV jam 1 siang dan ini adalah hal yang paling saya benci. Terpaksa saya setengah berlari pulang meninggalkan suami supaya cepat terbebas dari sengatan UV. Sesampainya di rumah payung kecil langsung saya lemparkan ke sudut dengan mendongkol. Sementara suami sengaja berjalan pulang berlambat-lambat seolah menikmati sengatan matahari terik jam 1 siang itu sebagai bagian dari spa alam. Itu adalah salah satu contoh pertengkaran era gak mutu.

Kali lain saya membeli juice tiga gelas : dragon fruit, banana-strawberry dan mangga. Saya membayar lunas dan mendapatkan dua juice karena ternyata juice buah naga (dragon fruit) sedang dibuat. Maka saya harus menunggu. Tiba-tiba saja suami muncul dan melihat dua juice yang ada di meja. Kegemarannya adalah juice buah naga. Saya hanya berkata singkat sambil cuek, "juice buah naga sedang dibuat,..." Lalu suami mengangguk dan melangkah pergi. Biasanya ia akan membeli beberapa makanan yang ia sukai seperti sushi. Tak lama kemudian juice buah naga sudah siap dalam gelas plastik dan saya ambil dari counter karena sudah dibayar. Saya lalu kembali asyik bermain hape. Tiba-tiba saja saya lihat suami sedang mengambil juice buah naga! Rupanya ia sudah membayar dan membeli segelas lagi. Buset! Nggak konek,..

Saya berteriak tapi segalanya sudah sangat terlambat karena juice telah dibayar di cashier. Struk telah dikeluarkan dan buah naga telah di blender. Total kerugian mencapai Rp. 12.500,- . Lalu kami mulai saling berteriak dan bertengkar. lutuna lutung kasarung,... "Kok nggak bilang kalau juice itu sudah kamu bayar?!" Adalah protesnya yang pertama. Saya ngamuk, "Kamu nggak nanya udah dibayar apa belum. Mosok saya langsung kasih pengumuman? Lagian biasanya kamu pergi hanya untuk beli sushi!" Lalu kami saling merepet satu sama lain dan saling menyalahkan karena ada seseorang yang begitu goblog dan membiarkan juice buah naga dibeli hingga dua kali. Seorang oma-oma yang baru menyantap es magnum di sebelah meja menatap pertengkaran kami dengan pandangan ngeri. Dua karyawan yang ikut di dalam lift sempat pula mendengarkan jejeritan kami berdua dan sangat paham mengapa kami saling mendiamkan bete.

Setelah keluar lift, kami yang masing-masing tergopoh-gopoh repot dengan dua tangan membawa dua gelas juice dan membawa tas di bahu kanan-kiri mulai lagi saling bertengkar. Pertengkaran terhenti di area parkir setelah suami mengeluarkan jurus komunikasi terbaiknya: membentak 'diam kamu!' Saya langsung berhenti merepet. Mungkin jika itu adalah pesawat turbo dengan kecepatan supersonik ia langsung meledak dan hilang jadi debu di angkasa. He-he-he,.. Saya diam bukan karena takut. Tapi saya pikir memang perjuangan untuk kemenangan juice buah naga ini tidak pantas lagi dilanjutkan. Hi-hi-hi,.. Di mobil saya sindir lagi, "Menanggung kerugian dua belas ribu lima ratus rupiah saja istri sendiri diomeli habis-habisan. Bagaimana jika istri tersebut membuat kerugian dua belas setengah milyar rupiah? Dibunuh?" Pendek suami menjawab, "Gantung!" Hi-hi-hi,..

Ya begitulah! Menikah memang tidak untuk semua orang. Hanya untuk orang-orang yang terpaksa sudah telanjur menikah. Menikah adalah untuk mereka-mereka yang bisa mengartikan KDRT sebagai komunikasi dalam rumah tangga. Tahu kapan saatnya merepet dan tahu kapan saatnya mingkem. Sejak tahun-tahun awal pernikahan saking tobatnya menyesuaikan diri satu sama lain saya sering berkomentar, "Saya coba menyabarkan diri ya! Saya bertahan karena kamu sudah saya anggap seperti saudara/kerabat! Saya kasihan sama kamu,..." Lalu suami menjawab dengan nyontek, "Sama dong! Kamu juga sudah saya anggap seperti saudara saja. Apalagi saya, udah nggak tahan banget! Bener, cuma kasihan aja,.." Ya begitulah KDRT, komunikasi dalam rumah tangga. 

foto: berbagai sumber

Thursday, August 25, 2016

Travel Note - Visit Jatim 2016 (3) Museum Angkut & BNS

Catatan 21 Juni 2016

(1) Museum Angkut Batu Malang

Selasa adalah hari ketiga kami berlibur di Jawa Timur. Setelah sarapan mie seduh di rest-area (he-he-he, soalnya mau kuliner lagi udah kesiangan dan kota Surabaya 11-12 dengan kota Jakarta, macet pada hari kerja), kami dengan gembira dan gegap gempita segera menuju ke daerah tujuan wisata yang sudah lama didamba-dambakan: Museum Angkut! Terletak di kota Batu yang sejuk. Jarak dari Surabaya ke kota Batu itu kira-kira dua jam saja. Perjalanannya relatif aman dan nyaman. Bisa melalui tol untuk keluar dari kemacetan kota Surabaya. Di perjalanan kami melewati Kebun Raya Purwodadi - Jatim dan Taman Safari Prigen - Jatim. Sayang nggak mampir dulu. Lain kali yaaaa,..

Jalan yang di lalui di kota Batu juga relatif tidak terlalu rumit atau berliku. Di Batu itu banyak obyek wisata dan area-area itu saling berdekatan. Seperti Museum Angkut, Jatim Park 1 & 2, Eco Green Park dan Batu Night Spectacular (BNS). Kira-kira tepat pukul 12 siang tetot kami tiba di lokasi Museum Angkut. Kami rada happy karena bulan ramadhan tampaknya suasana sepi dan tidak terlalu padat. Antrian di loket juga manusiawi tidak mengular-naga. Saya langsung mengantri tiket dan membeli untuk tiga orang. Kira-kira harga berkisar 60-80rb rupiah. Tergantung paket. Jika ditambah melihat obyek yang lain-lain (yang lebih lengkap) tentunya harus membayar tiket yang lebih mahal. Karena ke Jatim adalah kesempatan langka, tentu saja saya membeli tiket berupa paket lengkap. Agar tak ada penyesalan. Semua obyek sudah dijajal/dicoba. 

Setelah mengenakan gelang kertas menandakan pengunjung sah. Kami lalu mulai memasuki area Museum Angkut. Astaga, ternganga-nganga kami melihatnya. Dalam sebuah ruangan besar dipamerkan banyak mobil, sepeda dan sepeda motor antik. Mau mejeng dengan mobil yang mana atau sepeda bagaimana, semua tersedia. Heran juga bagaimana cara mengumpulkan semua koleksi ini? Atau siapa yang rajin membeli semua benda antik ini dan memoles serta memperbaikinya seolah-olah masih baru kinclong? Saking banyaknya sampai bingung hendak berpose dengan kendaraan yang mana? Bahkan ada kereta kencana lengkap dengan kuda-kudanya. Tentu saja ini adalah kuda palsu alias patung. Museum kereta (andong) terlengkap seingat saya ada di Yogyakarta. Tak puas-puasnya memandang deretan mobil antik dan sepeda jadoel, kami sembari melangkahkan kaki ke lantai dua. Ternyata ruangan besar tadi hanyalah "pemanasan" saja!

Di lantai dua kami menemukan alat transportasi yang lebih antik-antik. Seperti pedati dari lombok lengkap dengan patung sapi yang menggeretnya. Ada pula sebentuk sampan kayu yang sangat mungil dan sederhana, dilengkapi semacam lampu petromax. Gitu doang! Dalam penjelasan tertulis bahwa sampan itu digunakan untuk mencari ikan di waktu malam. Aish! Dan disebutkan kualitas kayunya sangat baik. Jadi anti keropos/basah dst. Hebatnya nelayan Indonesia. Ada pula area luas di halaman depan lantai dua itu yang merupakan "hanggar pesawat". Semacam area parkir untuk pesawat-pesawat kecil yang dipamerkan. Pengunjung boleh naik ke pesawat dan mengenakan helm lalu serasa Tom Cruise dalam Top Gun! Potongan bagian kepala pesawat penumpang raksasa juga mejeng di area penerbangan ini. Pengunjung boleh mengenakan baju dan topi pilot di cockpit untuk pura-pura jadi pilot dan co-pilot. Hehehe,., Karena tujuan saya adalah mengantar anak-anak pesiar, dalam banyak kesempatan jarang berfoto deh! Kebanyakan anak-anak yang gemar beraksi. 

Selama di dalam perjalanan ini juga tersedia canteen area jajan-jajan santai. Mungkin karena bulan ramadhan lagi-lagi tak terlalu ramai di tempat makan tersebut. Hidangannya macam burger, french fries dan sebagainya. Memang melakukan jalan-jalan seperti ini bikin lapar juga! Apalagi wilayah jelajahnya sangatlah luas. Dari hanggar penerbangan kami kembali ke dalam ruangan di lantai dua. Disitu juga dipamerkan mesin-mesin kendaraan. Di ujung perjalanan gedung pertama tersebut kami temukan pameran mata uang dan perangko dari berbagai negara. Semuanya terpigura rapi dan dipajang di dinding. Keluar dari gedung pertama tersebut kami memasuki area display "kota tua". Kami berjalan-jalan serasa di jalan raya kota pelabuhan Sunda kelapa. Di kanan kiri, bajaj, bemo, sepeda pengangkut semangka, sepeda motor helicak, sepeda pengangkut rombong kaleng/rombong plastik semua berjajar terparkir rapi. Bahkan pikulan tukang sate dan sepeda pengangkut duren. Di ujung jalan terdapat "Kantor Pelabuhan Sunda Kelapa" yang sesungguhnya adalah cafetaria. Mangkal deh disitu, beristirahat!

Perjalanan de ja vue berlanjut ke area western. Disini dibuat replika suasana Amerika. Entah mengapa saya merasakan de ja vue seolah berada di suatu tempat di Universal Studio - Singapore. Salah satu sudut lokasi disana mirip sekali dengan yang ada di Museum Angkut Batu! Jajaran gedung Bank Of America, Hotel Hollywood, Broadway Theatre, Broadway musical. Beberapa bangunan bisa dimasuki sungguhan, bukan sekedar dekor. Ada penjara. Ada toko cindera mata dan ada lokasi studio untuk nonton film jadoel (film bisu yang masih hitam putih). Lalu sebuah ruangan gelap yang sejuk juga menampakkan jajaran mobil-mobil tua dan suasana Eropa. Jadi mobil-mobil dikategorikan berdasarkan negara tempat asal mobil tersebut diproduksi, ada Germany, Italy dan England. Saya kagum bagaimana investor membangun gedung-gedung yang juga mirip dengan suasana di negara-negara Eropa. Kalau ada yang berniat jahil, foto-foto disini (modal 80rebu) dan mengaku baru pulang dari Eropa juga layak dipercaya. ha-ha-ha,... Bahkan ada replika istana Buckingham lengkap dengan patung Ratu Elizabeth. Kita dapat berfoto berdua di singgasana dengan yang mulia ratu!

Paling menarik adalah zona Italy lengkap dengan kebun terbuka, bangunan replika depan kastil putih berpilar-pilar dan kolam air mancur. Serasa fountain of youth. Kolam ini sepertinya boleh dilempari uang coin. Agar mirip yang di Italy aja kali yaaa,.. Terakhir kami tiba di area Las Vegas. Wow, suasana megastar terasakan disini! Ada mobil Humvee kuning cemerlang mejeng dengan manisnya disini. Maap, baru pertama kali ini melihat Humvee jadi norak! Ada limosin panjang kap terbuka dengan patung John Travolta disisinya. Maju lagi, di dekat situ kita akan bersua Elvis Presley dengan koleksi mobilnya. Di sudut belakang ada mobil Batman seolah-olah terparkir di Gotham City! Las Vegas memang diwarnai dengan koleksi kendaraan para bintang hollywood sekaligus patung-patung sosoknya. Tetapi area ini tidak terlalu luas, hanya satu area pameran mobil laksana garasi raksasa yang dapat dinikmati dengan sekali sapuan pandang. Sebelum keluar dari keseluruhan area pameran museum angkut kami melewati lokomotif kereta api uap. Asyik juga sesekali mejeng di wagon kereta yang berwarna kelam, berfoto dalam nuansa vintage.

(2) Pasar Apung Batu Malang

Dari situ kami memutuskan menyusuri pasar apung. Terletak masih satu kompleks dengan museum angkut. Ternyata Malang juga memiliki area foodcourt/makan-makan yang berada di tepi kolam/sungai. Tak jelas apakah ini kolam atau sungai buatan. Yang pasti suasananya sangat mirip dengan Pasar Apung Lembang yang ada di Bandung. Tetapi saya lebih suka yang di Bandung karena area wisata pasar apungnya lebih luas, bersih, rapi, indah dan sejuk. Makanan juga oke. Yang ada di Batu - Malang ini areanya lebih kecil dan kurang menarik. Tampaknya hanya sebagai pelengkap museum angkut yang maha besar dan dahsyat itu. Paling tidak setelah lelah muter-muter di dalam museum angkut, pengunjung dapat memilih hidangan yang ada di pasar apung ini. Saya memesan nasi liwet yang rasanya ternyata sangat jauh dari Solo. He-he-he, alias kurang maknyus. Cukup untuk mengganjal perut saja. Hidangan yang disajikan di foodcourt pasar apung ini so-so, alias biasa saja. Tapi suasana adem ayem lan tentrem tentulah cukup memikat dengan pondok-pondok dan dok kayu-kayu bagi pengunjung untuk berjalan di tepian kolam /sungai sambil memilih hidangan atau belanja pernak-pernik seperti T Shirt, gantungan kunci dan lain-lain. Untuk mengambil pose-pose narsis juga sangat pas!

(3) Museum Topeng Batu Malang

Obyek terakhir yang kami kunjungi dalam kompleks ini adalah museum topeng, berjudul D' Topeng Kingdom Museum. Sepertinya museum ini relatif baru berdiri, di tahun 2014. Koleksinya sangat unik, magis dan eksentrik. Hanya saja menurut saya gedung/sasana tempat memajang kurang memadai. Jajaran patung dan topeng disusun terlalu mepet satu dengan lainnya. Lemari-lemari berdesakan, etalage berjejer merapat. Area berjalan kaki bagi pengunjung juga relatif sempit, alias kalau sedang membludak bakalan kurang nyaman berdesakan di dalam museum topeng. Karena saya suka seni kerajinan seperti ukir/batik dan topeng kalau berdesakan begitu sulit mengamati satu persatu. Benda-benda semacam ini yang menarik adalah detailnya. Belum lagi seandainya ada banyak anak-anak kecil berkeliaran dikhawatirkan akan terjadi keributan jika ada yang menabrak, menyenggol benda-benda hingga terjatuh. Ini berbeda sekali dengan area museum satwa yang akan kami kunjungi di hari berikutnya. Gedungnya sangat besar, luas dan megah. 

Eniwei, patung-patung yang dipajang unik-ajaib dan menguarkan pesona eksotis. Ada beberapa foto hitam putih dari masa lalu ketika suku-suku tertentu di indonesia mengadakan upacara khusus dengan mengenakan topeng-topeng tersebut, perlengkapan batu/arca dsb. Lagi-lagi heran, bagaimana cara mengoleksi benda-benda semacam ini. Banyak sekali koleksi arca/batu, patung ukiran, topeng-topeng Bali, wayang kulit, patung-patung tembaga/kuningan kecil. Yang mengerikan ada sebuah batu yang digunakan untuk ritual masa lalu entah upacara apa, masih ada sedikit darah kering menempel. Lha, nggak tahu juga darah apa itu? Horor, jadi teringat upacara persembahan darah perawan oleh suku terasing di film-film model petualangan ala Indiana Jones. Dirumah saya memiliki (hanya) dua patung tembaga kecil seperti dewi pradjnya paramita (antik). Sementara koleksi yang ada di sini ratusan atau mungkin ribuan. Wouw! Di ruang tengah museum yang agak luas (aih legaa), sembari duduk-duduk ada tetabuhan musik karawitan/keroncong yang menghibur para tamu dan kita dapat menyumbang serelanya di kotak sumbangan milik para pemusik ini. Pada bagian akhir ada sebuah area dengan banyak topeng, para pengunjung diijinkan berpose narsis dengan mengunakan topeng/topi/selendang/rompi. Serasa deh diri ini adalah tokoh pewayangan!

(4) Batu Night Spectacular (BNS) Batu Malang

Petualangan hari ini belum selesai karena malamnya kami masih lanjoot ke BNS. Apa itu? Batu Night Spectacular. Sering dengar BNS disebut-sebut teman-teman yang sudah pernah berkunjung kesana. Penasaran dan kami merasa harus kesana. Tanggung udah nyampe kota Malang gitu lho! Nilai plus travelling sendiri bersama keluarga adalah waktu yang fleksible dan pilihan obyek wisata dapat sesuka hati. Mau pergi kemana kaki melangkah sesuka gue. Minusnya adalah budget yang suka 'ngaco'. Kalau semua diikuti dan dijalani lalu menginap terlalu lama di area wisata tentu saja akan mengakibatkan membengkaknya biaya. Berhubung setelah dilihat BNS adalah semacam 'pasar malam' atau dufan-nya Batu/Malang, dan kami tiba memang sudah malam juga. Maka diputuskan untuk tidak membeli tiket terusan hanya tiket masuk saja Rp. 30.000/orang. Kalau nggak salah tiket terusan Rp. 100.000/orang. Ternyata trik ini salah juga. Karena anak-anak tetap ingin mencoba banyak obyek. Jatuh-jatuhnya 15 ribu bolak-balik dikeluarkan untuk masuk obyek ini itu atau menjajal permainan ini itu. Yah, lumayan tekor juga! Mending langsung beli tiket terusan jika ada anak-anak yang suka adventure/permainan amusement park.

Suasana pasar malam sangat kental di BNS. Dilengkapi dengan foodcourt raksasa. Namun lagi-lagi hidangan yang disajikan agak kurang mengundang selera. Juga kebersihan kedai-kedai yang sangat banyak di tempat maha luas ini sedikit dipertanyakan oleh saya. Mungkin ada beberapa yang dikelola secara profesional tapi secara keseluruhan foodcourt terasa muram, perlu dicat lagi. Dan jajanan yang muncul di kedai mayoritas adalah bakmi serta nasi goreng. Ada sate dan soto juga. Untuk mengganjal perut mau tak mau tentu saja kami harus makan dulu disini. Asumsi saya tempat-tempat semacam ini sepertinya ramai membludak hanya saat musim liburan, sementara hari biasa atau hari yang tidak libur panjang cenderung sepi. Akibatnya para pedagang is waiting for godot, menunggu-nunggu calon pembeli yang tak kunjung tiba. Otomatis nggak mungkin juga sedia capcay, fuyunghai atau ifumie ketika calon konsumen sepi. Yah, pokoknya di area rekreasi seringkali konsumsinya kurang memadai (keluhan seseorang yang nggak bisa masak, bisanya hanya minta makan,..). However anak-anak sangat menikmati aneka permainan yang ada. Yang unik adalah musium 3D, taman lampion dan area go-kart, serta ada permainan anti gravitasi yang diputar bak gasing. 

(5) HOTEL GRAND BATU INN

Malam telah larut ketika kami pulang ke hotel dan menemukan kekecewaan besar. Merasa tertipu kami langsung check out dan ganti hotel. Sebelumnya kami sempat berjalan-jalan di alun-alun kota Batu dengan harapan pulang langsung istirahat. Saya sarankan agar berhati-hati menginap di Batu (dekat museum angkut) karena ada sebuah hotel yang sangat tidak menyenangkan layanannya. Demikian pula karyawan-karyawannya berlaku sesuka hati/kasar, dilatih menipu/menjebak dan tidak menghargai tamu sama sekali. Yang dipikirkan hanya segera mendapatkan pemasukan dari tamu-tamu yang menginap. Kami mengalami kerugian sebesar Rp. 225.000,-. Hitung-hitung buang sial untuk hotel apes tersebut yang barangkali akan segera gulung tikar dalam waktu singkat. Amin! (ciee doa yang mengancam, ha-ha-ha..). Hotel berikutnya yang kami booking adalah hotel GRAND BATU INN. Recommend sekali untuk menginap di hotel yang bersih, murah dan teratur ini. Para karyawan hotel juga bersikap menolong dan sopan. Kamar seharga kurang lebih Rp. 400.000 dapat dihuni empat orang dengan dua buah ranjang ukuran double. Letaknya juga dekat sekali dengan Jatim Park2. Sarapan tersedia untuk empat orang sesuai dengan voucher yang kami terima. Tersedia juga kolam renang. Hanya saja tidak ada lift sehingga untuk tamu harus berolah-raga naik turun tangga. Untuk menginap orang-tua/pengguna kursi roda juga agak kesulitan. Tapi secara keseluruhan menyenangkan. Yang cukup populer di Jatim Park adalah Hotel POHON INN. Jika tujuan utama adalah Jatim Park, lebih baik memesan hotel ini. Karena satu paket dengan tiket masuk ke obyek Jatim Park. Ada transportasi ke lokasi-lokasi wisata terkait. Kemudian lokasi hotel juga dikelilingi kandang hewan-hewan. Jika hendak tidur kita akan dinina-bobokkan oleh harimau, aaaaummm! :)

Wednesday, August 24, 2016

Resensi Buku (4) Corat-Coret Di Toilet ****

Masih modal minjem buku pada Neng Gita, saya membaca lagi karya Eka Kurniawan. Sebenarnya saya sering baca itu kadang-kadang juga pengen tahu, "Bagaimana sih cara menuliskannya?" Bukan sekedar menikmati karena saya berusaha belajar menulis juga. Dan believe it or not menulis (tanpa dihujat) itu sulit. Kumpulan cerpen karya Eka ini tampaknya ditulis pada masa lalu, ketika ia masih dalam proses menulisnya itu. Ada yang ditulis tahun 2000 dan ada yang dimuat di majalah Hai. Cukup unik dan eksentrik. Tapi bagi saya masih lebih menarik membaca Lelaki Harimau. Sebagai bacaan ringan atau 'belajar menulis cerita ala Eka' buku ini baik untuk disimak.

Saya paling suka kisah "Corat-coret di Toilet" bagaimana begitu banyak orang yang mampir di toilet secara iseng menuliskan banyak hal. Aspirasi. Oleh Eka gagasan ini digarap menjadi sebuah cerita pendek konyol tentang pemerintahan dan demokrasi. Dengan percakapan sambung-menyambung berbentuk coretan dinding orang-orang yang mampir di kakus itu. Ide ini gila dan sangat fiksi tetapi menjadi cerita pendek yang unik. Kemudian ada pula cerita pendek tentang Kontrolir Henri alias Meneer Henri, pria Belanda yang jatuh cinta pada gadis pribumi cantik penjual bunga. Untuk kemudian ia menemukan kenyataan pedih bahwa ia tak dapat melamar gadis itu karena dirinyalah yang mengirim orang tua si gadis ke tanah pengasingan, Boven Digoel. Judul cerpennya sederhana, "Siapa kirim aku Bunga?"

"Hikayat si Orang Gila" juga lucu dan menarik. Secara kontras diperlihatkan bagaimana orang waras menjadi gila ketika terjadi chaos/pergolakan politik/perang dan kerusuhan sementara si orang gila pikirannya nge-blank, karena ia tetap gila dalam situasi apapun. Hanya berpikir untuk mencari makanan. Ketika orang-orang waras mengkhawatirkan si orgil dengan adanya chaos, orang gila tersebut terus saja berkeliaran dan selamat dari berbagai kerusuhan/mara bahaya. Ia akhirnya mati hanya karena kelaparan. Tragis. Itulah cara Eka meramu cerita-cerita pendeknya. Bukan sembarang cerita pendek tetapi mengandung unsur satire, komedi dan bahkan sejarah Hindia Belanda. Buku ini bagi saya menarik sebagai ide-ide cara seseorang menuliskan cerita pendek yang bukan cerita pendek biasa tentang 'Kau, aku dan cinta.' Ending-nya menggebrak atau bisa jadi sekedar menusuk jarum  namun ditulis dengan gaya smart thinking. He-he-he,..