Wednesday, August 12, 2015

The Best of Tukang Rujak

Tadi itu bepergian ke tempat yang agak jauh bersama suami. Kemudian mendadak suami berkomentar, "Itu lihat ada tukang rujak keren banget kayak orang kantoran!" Caranya berbicara begitu tiba-tiba dari balik kemudi, seolah ada tontonan karnaval yang luar biasa menarik. Otomatis pandangan saya pun beralih dari utak-atik gadget melihat ke arah luar kaca jendela. Dan benarlah. There he is, The Best of Tukang Rujak!

Bukan sulap bukan sihir, kami berdua terpaku menatap si tukang rujak yang terus melaju dengan dagangannya. Jadi tukang rujak ini bersih, rapi dan mengenakan kemeja lengan pendek. Gayanya persis orang kantoran. Sampai kami terheran-heran. Biasanya tukang rujak lain itu kucel, dekil mengenakan topi mang-mang. Yang ini bener-bener beda. Gerobagnya gede, tinggi dengan kaca besar. Kayak jendela kaca rumah. Gerobagnya juga bersih dan terawat. Kemudian buah-buahannya itu banyak dan tersusun rapi seperti puzzle dalam bentuk potongan-potongan yang meninggi. Dimasukkan dalam plastik-plastik bening. Semuanya terlihat teratur dan rapi. Well organized.

Beberapa hari lalu itu didepan rumah ada tukang asinan manggil-manggil. Tapi saya nggak berani beli. Waktu kecil saya sering jajan dan memanggil segala orang yang berjualan. Tetapi itu bertahun yang silam dan saya pun tinggal di kota kecil di Jawa Tengah. Semua pedagang keliling "bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan" dagangannya. Kalau di kota besar Jakarta? Aduh, tiap hari liat liputan TV tentang tahu berformalin, kerupuk dengan pewarna obat batik dan krecek dari bahan karet bekas apa gitu? Bikin stress dan tidak berani belanja apa-apa. Saya paling sering beli "jamu gendhong." Ini adalah pedagang keliling yang masih saya sukai untuk ajang beli jamu. Karena saya suka minum jamu-jamuan. Untungnya so far masih terasa original, jamunya. 

Jadi melihat tukang rujak yang full dignity gitu kami terkagum-kagum. Tadinya pengen memotret secara jelas. Sayang pas ada motor melintas dibelakang si tukang rujak. Jadinya foto hanya kebagian punggungnya yang berkemeja rapi. Suami berkomentar, "Jangan-jangan dia eks orang kantoran yang banting steer jadi tukang rujak?" Saya mengangguk serius. Bisa jadi. Karena dengan caranya berdagang, bukan rujak sembarang rujak. Tapi rujak buah yang terpercaya. Yup, whatever you do. Do it your best. Jadi orang akan kagum pada upaya Anda. Even jadi tukang rujak pun bisa full of dignity. Jadi ingat beberapa waktu lalu ada pemberitaan supir taksi ekspres yang ternyata adalah insinyur lulusan Jerman. Bapak supir itu juga kadang mengajar sebagai dosen. Pekerjaan memang biasanya dibayar berdasarkan "apa yang kita kerjakan." Tetapi pekerjaan akan menjadi sempurna berdasarkan "siapa yang mengerjakan." Got it?

2 comments:

  1. mungkin jualannya di sekitar gedung DPR-MPR :) wkwk...
    ada juga penjual lontong balap semacam itu (berkacamata pula) dekat tempat saya dulu... sampai saya mikir, orang ini mungkin terpelajar dan lebih cocok ngajar atau pekerja toko (padahal gk baik cuma menilai 'sampulnya' doang kan)...
    mungkin memang nggak biasa melihat yg kyk gitu ya? ^_^

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.