Wednesday, November 30, 2011

Benci Bola

Sore kemarin saya BBM-an seru dengan ex. teman-teman kuliah. Pembicaraan ngalor-ngidul hingga akhirnya mendarat pada kehadiran David Beckham di Indonesia dengan LA Galaxy-nya yang memeriahkan kebahagiaan para penggemar bola di tanah air.

Beberapa teman bersemangat mengamati dari layar kaca dan memberi komentar tentang pertandingan persahabatan ini. Saya sendiri sedikit tersendat dan ogah - ogahan mendengar pembahasan tentang bola tersebut, karena saya memang bukan perempuan penggemar bola. Seandainya pun saya adalah seorang laki-laki sepertinya saya tetap bukan penggemar bola. Saya akan setia pada kegemaran menonton dance championship dan ice skating! Ha-ha..

Alasan benci bola ternyata panjang dan historikal. Jika diusut dimulai sejak masa sekolah dasar. Dimana dalam permainan kasti (bola tangan) saya selalu menjadi target pelemparan bola. Sangat menyakitkan saat bola dilempar dengan sekuat tenaga oleh seorang kawan pria pada diri saya. Jika ada pertandingan kasti semua group menolak kehadiran saya di kelompok mereka. Alasannya saya pembawa sial. Membawa kekalahan! Maka sejak itu saya benci bola.

Memasuki masa sekolah menengah pertama. Pengenalan dunia olah raga bergeser dari bola tangan ke bola volley. Lagi-lagi saya kepayahan mengikuti alur permainan bola sekalipun kini adalah volley. Jangankan bermain, aturan mainnya saja saya tidak mengerti. Boro-boro bermain dengan gaya seksi seperti yang dilakukan oleh para gadis pemain volley pantai, melakukan service awal untuk memulai pertandingan saja saya tidak bisa! Tidak ada tenaga untuk memukul bola. Jika harus memantulkan bola dengan kepalan tangan, kedua belah sisi tangan saya akan kemerahan, memar dan sakit. Sungguh olah tubuh yang menyiksa bagi saya. Bisa jadi saya keturunan woro sembodro, ha-ha!

Setelah dewasa, saya bertemu suami yang sangat 'gila bola'. Pernah kami janjian untuk pergi bersama dan saya menunggu dirinya lamaaaa... tak kunjung tiba. Khawatir akan sesuatu yang terjadi menimpa. Eh, tidak tahunya ia berhenti di sebuah lapangan dekat situ karena ada pertandingan bola antar RT. Dan tanpa sadar ia keasyikan sendiri menonton bola hingga lupa waktu lalu terlambat datang ke pertemuan kami.

Berusaha mendampingi suami, setengah terpaksa kadangkala saya coba menemaninya menonton bola di televisi. Baru dua menit saya sudah merasa gerah dan tidak betah. Tidak mengerti, mengapa dua puluh dua pria sibuk sendiri saling berteriak, saling memaki dan berlarian kesana-kemari sekuat tenaga demi sebuah bola yang menggelinding. Saya 'benci bola' dan memiliki suami 'gila bola'. Untungnya sejauh ini tidak berdampak dan menjadi permasalahan dalam pernikahan kami. Fiuhhhhhhhhhhhh!...

Tuesday, November 29, 2011

Simbah Maha Tahu

Saya memiliki koleksi scarf. Itu loh aneka selendang, syal kecil untuk dililitkan pada leher. Menurut saya mengenakan scarf itu praktis, hemat dan terlihat chic. Entah mengapa saya suka beli scarf dan sering mendapat hadiah/oleh-oleh berupa selendang-selendang semacam ini. Mungkin karena pekerjaan saya yang sekretaris. Jadi image sekretaris kompeten bisa muncul dengan mengenakan scarf? Entahlah,....

Awalnya saya kenakan biasa saja dengan cara dililitkan di leher. Lama-kelamaan rasanya kok membosankan sekali mengenakan scarf dengan cara yang sama. Saya ingin mengenakan scarf dengan cara yang berbeda-beda dan unik. Apalagi scarf saya banyak - bermacam corak - size dan model. Masakan hanya dikenakan dengan cara yang itu-itu saja? Kreatif sedikit dong!

Beberapa waktu yang lalu saya pernah melihat buku tentang aneka scarf dan cara mengenakannya. Sempat tertarik dan ingin memiliki buku semacam itu. Namun karena pertimbangan biaya dan banyaknya barang yang memenuhi rumah, saya pikir belum terlalu perlu untuk membelinya saat itu. Nah, sekarang tentu saja buku tersebut sudah habis terjual dan hilang dari peredaran (dan lagi saya masih tetap bokek serta malas mengeluarkan uang untuk berbelanja barang yang tidak mendesak. Ingat prinsip ekonomi!). He-he,..

Mendadak saya teringat tentang keajaiban dunia maya. Tentang Mbah Google yang dipuja-puji sebagai dewa maha tahu. Iseng, saya browsing tentang scarf dan cara mengenakannya.... and...voila! Serta-merta muncul sebuah website lengkap tentang scarf. Dari produk yang dijual, bahan-model-ukuran dan tentu saja cara mengenakannya. Lengkap dengan masing-masing sub judul gaya scarf serta video model yang memperagakan cara membuat simpul/ menata scarf! Wouw! Bayangkan,..

Tidak heran, sekarang kecenderungannya semua orang akan menanyakan segala perihal pada Mbah Google. Lha wong, memang serba tahu! Terpikir oleh saya, bagaimana jika lama kelamaan lalu kita mulai menggeser posisi Yang Maha Mengetahui dengan Simbah yang serba tahu itu? Lalu berdoa pada Mbah Google? Nah lho!

Monday, November 28, 2011

Tepis Harap Dan Kecewa

Expectation is the root of all heartache.
William Shakespeare

Itu nasihat bijak dari Shakespeare. Namun bagaimana? Namanya manusia pasti memiliki harapan. Terkadang tidak hanya satu, harapan berderet sangat banyak. Berharap punya banyak keberuntungan dan kenikmatan. Mana mungkin hidup tanpa harapan? Kehidupan macam apa yang tidak lagi menyenandungkan harap?

Awalnya, saya tidak mengerti nasihat Shakespeare diatas. Apa maksud nasihat dan kata-kata itu? Tentu saja saya berharap banyak dalam kehidupan ini. Tidak satu tapi seribu harapan yang tersemai di hati. Berharap suami adalah pengusaha sukses. Berharap putri saya berprestasi baik di sekolah. Berharap boss bermurah hati dan sungguh mengapresiasi saya tidak hanya sekedar dengan kata-kata. Paling tidak saya berharap agar sahabat-sahabat saya adalah teman sejati, yang mau mendengar kesedihan dan membantu ketika saya sedang dilanda kemalangan.


Nyatanya? He-he... Semua orang pasti pernah mengalami kekecewaan. Ada yang meneriakkan kekecewaannya keras-keras pada seluruh dunia. Ada yang menyangkal dan seakan tak pernah gagal ataupun kecewa. Tak sedikit yang mengarang cerita bohong hanya agar terlihat tegar dan selalu bahagia. Bermacam cara tersedia untuk mengingkari kekecewaan. Tidak ada orang yang ingin kecewa!

Saya ingin sekali memiliki cara jitu mencegah kekecewaan. Apa sih obatnya? Ternyata tidak ada! Semua orang di dunia ini pasti akan mengalami kekecewaan. Kecewa pada pasangan hidup, kecewa pada sahabat, kecewa pada anak dan kecewa pada orang tua. Bahkan bisa jadi ada yang merasa kecewa pada Tuhan.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak kecewa ternyata adalah mengurangi ketergantungan, mengurangi harapan, mengurangi kelekatan pada apapun atau siapapun. Tidak tergantung (non dependable) ternyata adalah kunci untuk mengurangi rasa kecewa.

Berulang kali saya merasa kecewa pada kawan-kawan dan sahabat dekat. Peristiwa-peristiwa ini terjadi dalam gulungan masa yang berlalu. Entah terjadi di masa kecil, di masa remaja, atau kecewa pada rekan sekerja bahkan hingga merasa kecewa pada sahabat dunia maya. Seseorang yang tadinya asyik, cool, gaul, pintar, menyenangkan tiba-tiba menjadi seseorang yang mengecewakan. Tanpa alasan yang jelas. Ini adalah bentuk ketergantungan saya kepada teman atau orang lain. Buahnya, kecewa.

Pada masa kecil ketika saya diperlakukan seperti itu rasanya sedih. Dicuekkin, dibuang, tidak dianggap menjadi bagian dari komunitas. Saya jadi tertekan, melodramatis, ingin menangis, putus asa dan bertanya-tanya 'Mengapa orang lain berbuat jahat dan mengecewakan saya?' Rupanya itu terjadi karena dunia kita masih sangat kecil, muda dan sempit adanya.

Menjelang kedewasaan, saya mengalami puluhan hingga barangkali ratusan ulah teman atau sahabat yang sangat mengecewakan. Yang ingkar janji, yang mencari saya hanya jika sedang butuh, yang numpang nangis di pundak saya, yang butuh curhat rumah tangga dst. Namun disaat saya membutuhkan mereka. Banyak yang kabur, pura-pura sibuk, pura-pura tuli atau menjawab secara singkat keresahan hati yang saya yang tuliskan panjang dan berseri.

Tentu saja saya kecewa. Tetapi sekarang saya mampu berpikir,'Oh barangkali ia memang benar-benar sedang sibuk'. Atau barangkali ada sesuatu yang tengah terjadi pada dirinya dan ia memilih untuk menarik diri sejenak dari pertemanan kami. Saya coba berikan ruang -- berikan waktu -- berikan kesempatan pada orang lain (dan saya sendiri) untuk bertenang, samadi. Saya kurangi ketergantungan pada mereka, pada orang lain.

Jika sesuatu atau seseorang berharga dan Tuhan mengijinkan ia kembali dalam kehidupan kita, maka ia akan kembali. Jika tidak, move on. Kita harus berpindah dan melangkah ke bagian kehidupan selanjutnya. Manusia di dunia ini milyaran jumlahnya. Mengapa harus kecewa oleh satu atau beberapa orang? Akan selalu ada orang lain yang tersedia di kehidupan untuk menjadi orang-orang yang pantas kita sayangi dan kasihi. 


Never regret. If it's good, it's wonderful. If it's bad, it's experience.
Victoria Holt