Tuesday, August 4, 2015

Efek Domino Media Sosial

Bagaimana kalau yang terakhir jatuh bukanlah sepenggal kartu domino kecil tetapi kulkas dua pintu yang bunyinya GLODHAAAAKS! Maksudnya apa sih Tan? Gini lowh,... Kalau efek domino itu kan kartu-kartu kecil dijajarkan panjang dan berliku, namun satu gerakan yang salah akan menjatuhkan seluruh barisan kartu. Merusak tatanan yang ada. Bayangkan kalau di ujung kartu ada sebuah kulkas besar dan benda ini sampai terkena dampak domino, saking kuatnya ikut terhempas jatuh ke tanah? Kerusakan dan suara keras bagaimana yang akan kita dengar? 

Banyak orang ingin sekali lekas populer di media sosial. Ada yang berupaya keras, membayar fasilitas medsos, ada yang rajin posting dan shared kemana-mana, ada yang rajin kasih kuiz dst agar blog-nya ramai pengunjung. Saya justru sering takut dan tak yakin. Apa iya pengen blog saya dibaca banyak orang? Blog kadang-kadang berisikan tulisan pribadi/curahan hati. Ada masanya juga happy dan nggak happy. WHAT IF,.. Bagaimana jika, pada suatu ketika kita salah bicara? Kita salah posting? Kita salah berkomentar? Namanya salah, ya seringnya nggak disengaja. Kalau disengaja namanya MODUS. Bisa saja kita lupa bahwa kita pernah berkomentar kasar, posting cerita memalukan atau yang lainnya. Masih ingat kasus gadis yang mengumpat-umpat di PATH dengan kasar lalu masyarakat 'menjatuhkan hukuman' ala medsos pada dirinya? Demikian pula banyak kasus lain sehubungan dengan kebebasan berekspresi di media sosial. Ya seperti itu efek kulkas yang jatuh di ujung kartu domino! Hati-hati.

Lalu apakah jadi takut untuk menuliskan pengalaman dan berbicara dengan bebas? Nggak juga kali ya? Pernah saya menulis lalu setiap saat saya minta pada teman saya untuk memeriksa/membaca apakah tulisan saya pantas dibaca oleh orang lain? Saya sempat menanyakan pada teman saya, "Kira-kira apakah tulisan saya akan menyinggung pihak lain atau tidak ya? Dengan berkisah seperti ini?" Lalu teman saya menjawab, "Win, kamu nggak akan bisa menuliskan apapun juga kalau kamu selalu takut/ragu/khawatir dengan aneka tulisan dan pengalaman yang ingin kamu tuangkan. Apa jadinya kalau tulisan selalu serba terlalu sopan dan datar? Apa yang akan menjadi daya tarik bagi pembacanya? Nggak ada!" 

Saya pikir nasihatnya benar juga! Udah aja sejak saat itu saya tuliskan apa saja yang melintas di kepala, apa saja yang ada dalam benak dan berbagi aneka pengalaman. Takut juga sih, kalau ada efek domino yang merugikan dengan jatuhnya sebuah kulkas di ujung sana. Tapi saya akhirnya memutuskan untuk pede saja, menuliskan hal-hal yang menarik untuk saya kupas. Hak setiap penulis untuk menuangkan imajinasi dan pikirannya ke dalam kanvas goresan pena. Tidak ada pelukis yang dilarang menggaris lurus atau lengkung. Demikian pula tidak ada penulis yang dilarang mengatakan ya atau tidak. Itu hak sang creator yang punya kreativitas. Bagaimana kalau kreativitasnya salah atau menyinggung orang? Kalau memang tidak disengaja ya harus minta maaf, apa boleh buat! Kalau sengaja bikin tulisan yang mengandung huru-hara? Ya, itu namanya memang cari penyakit!

4 comments:

  1. Salam kenal mbak Josephine. Saya suka tulisan Mbak. Tetaplah mencurahkan isi hati ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mba Fabina,..jadi "tersanjung" kayak episode sinetron yang bersambung-sambung hihihi...

      Delete
  2. Kalau saya, mungkin lebih memilih menghapus tulisan saya yang berpotensi 'nggak banget': http://www.kompasiana.com/kembang_jagung/pernah-tersesat_55b461ff1097733b27bea862

    dan... disamping saya sendiri masih dalam tahap belajar menulis: http://wp.me/p60Eiy-5n ^_^

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.