Saturday, August 22, 2015

Emprit Ganthil Dimuat Di Femina Agustus 2015

Sudah lama saya punya cita-cita karya penulisan saya harus dimuat di majalah FEMINA. Cita-citanya dari kapan saya lupa. Saya pembaca Femina sejak remaja. Ibu dan Nenek sering membeli majalah yang usianya kurang lebih sebaya dengan saya ini. Menurut saya kalau bisa menulis dan dimuat di majalah Femina akan menjadi tolok ukur pencapaian tersendiri bagi saya. Mengapa? Karena seleksinya cukup sulit. Biasanya tulisan yang bisa 'goal' rata-rata karakternya wanita dan tangguh. Lalu kisah juga mengalir dengan bahasa yang 'semi sastra'. Ini artinya tidak sastra banget dan tidak menulis dengan penyebutan 'lu-gue.' Aih, pliss deh,.. lu gimana sih? Masih aja nulis lu-gue? Tenang, saya juga masih nulis lu-gue kok. Hi-hi. Tapi lihat-lihat di media mana saja yang masih bisa lu-gue dan mana yang tidak. Saya pikir kayaknya susah nih, nembus FEMINA. Apakah saya sanggup melakukannya?

Setiap kali ada "SAYEMBARA PENULISAN FEMINA" Pasti saya memaksa diri untuk ikut. Beberapa kali saya mengirim cerpen dan gagal dengan sukses. Kalau dipikir memang cerpen yang saya kirim mungkin 'dangkal' dan terlalu biasa. Suatu ketika, tahun lalu, karena sedang 'mood' menulis, saya berhasil menyelesaikan sebuah novelet sepanjang 40 halaman penulisan. Diutak-atik, dibaca bolak-balik, saya merasa novelet ini sedih dan mengharukan. Sesedih perasaan saya ketika menuliskannya. Yang ini terinspirasi pengalaman pribadi dan diFIKSIkan. Hal yang tidak mudah dan sebenarnya saya kurang suka menuliskan kisah pribadi. Tetapi kesedihan itu terus ada, seolah dia berkata, "Aku akan selalu membuatmu bersedih, terkecuali jika kamu menuliskannya." Jadi akhirnya saya menuliskan novelet itu. Paragraf demi paragraf dengan airmata yang kerap mengalir. Novelet ini akhirnya 'menyentuh' hati para pengurus redaksi FEMINA dan lolos untuk diterbitkan. Jadi beberapa kali mengirim CERPEN ke FEMINA gagal melulu. Mengirimkan Novelet dua kali, yang kedua langsung goal, dinyatakan siap tayang. Tuhan itu penuh kejutan. Seandainya saya lolos dalam naskah CERPEN, maka hanya akan 1x bertayang di FEMINA. Tetapi karena lolosnya cerita bersambung malahan 3-4x bertayang di FEMINA selama beberapa edisi.

Ketika menyampaikan kabar sukacita ini, sahabat-sahabat sejati turut gembira. Teman-teman di dunia penulisan juga menyampaikan selamat. Beberapa orang mungkin basa-basi ikut senang, entah dalam hatinya. Tidak jadi masalah. Yang menakutkan adalah diri sendiri dengan luapan emosi jiwa. Antara senang, bangga, takut. Senang karena baru kali ini mampu menulis dan menembus majalah kesayangan. Bangga karena memang karya sendiri, mikir sendiri dan gulung koming sendiri. Takut, kalau setelah ini tidak ada hal-hal yang mampu menjadi tolok ukur sebuah pencapaian bagaimana? Kalau mandeg begini-begini doang bagaimana? Makanya harus mampu mengingatkan diri sendiri. Kalau ada keberhasilan itu adalah Tuhan yang mengijinkan. Kalau diberi kegagalan artinya Tuhan masih ingin agar kita terus belajar, berusaha dan memperbaiki diri. Bangga kecil-kecilan boleh saja sesekali tokh itu pencapaian diri saya pribadi. Tapi kalau baru segitu doang udah nyombongnya kaya gajah bengkak. Nggak perlulah. Selalu masih ada celah bagi manusia untuk terus berkarya dan menyempurnakan hasil kreasinya. Thank You God!

6 comments:

  1. Selamat mbak Winda, sungguh saya salut karena masuk femina itu susah banget dan fiksi-fiksi femina selalu sukses mencabik-cabik perasaan saya. Berarti kalau mau bikin fiksi femina kita harus benar-benar menjiwai tulisan di dalamnya ya? Wah, pastinya sudah. Sekali lagi selamat ya Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mba Fabina.... saya juga merasa seperti MIMPI yang jadi kenyataan bisa masuk FEMINA. Saya nulis bolak-balik nggak goal...ini bisa goal makanya seperti tidak percaya. Untuk mba Fabina dan teman2x yang senang menulis dan pembaca di majalah ini pasti tahu tingkat kesulitannya hehehe,,....tapi yang hebat itu Tuhan bukan manusia. Kita hanya 'menerima' selalu anugrah Tuhan. Termasuk bagi saya untuk lolos disini...kali ini..hehehe...sekali lagi makasih Mba... jadi semangat nulis karena teman-teman spt Mba Fabina...

      Delete
  2. Congratulation yah....
    Saya baca Femina jarang-jarang, tapi tahu kalau fiksi yg tayang disitu benar2 berkarakter.
    Well done mbak Winda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mas Picall.... keep in touch lho yaa...saling tagged kalo ada tulisan baru mas..aku kalo ngga ditaggged kadang2x lupa blog walking hihi...

      Delete
  3. Mungkin karena lama ndak kontak, jadi ndak tau kalo tulisane Mbak Win masuk Femina.. pasti seneeeng banget.. selamat yo Mbak, omedetou jare wong Jepun.. :D oh ya, saya sik belum sukses dapat Femina sing ada cerita ini.. pengen tau ceritanyaa.. :D Ikutan senaaaang.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. nanti kuberi fotocopy nya Gita...tapi wes jadul ini...aku belum nulis lagi :( belum ada ide segar..:)

      Delete

Note: Only a member of this blog may post a comment.